“Fatimah! Maksud kamu apa meninggalkan Nyonya besar sendirian!” pekik Alya membuyarkan kemesraan Fatimah dan Andrew. Fatimah terlihat bangkit dari pangkuan Andrew karena pria itu yang akan berdiri.
“Saya yang suruh, memangnya kenapa?” tanya Andrew sambil menaikan satu alisnya. Dia menatap tidak suka ke arah Alya.
“Nyonya tadi terjatuh Tuan….”
“Bohong. Jangan percaya dia Tuan Andrew yang tampan, tadi saya tinggalkan baik-baik saja kok. kecuali dia berniat mencelakainya,” sambar Fatimah yang tidak lagi memanggilnya Nyonya. Sekarang Fatimah memandang rendah dirinya. Konyolnya lagi, Fatimah sudah mulai berani memanggil Andrew dengan embel-embel tampan.
“Saya tidak bohong, Tuan. Fatimah! Jaga mulutmu ya!” ucap Alya yang hampir kehabisan kesabaran. Rasanya dia ingin menimpuk mulut ular itu dengan vas bunga di dekatnya.
“Diam kamu! Kenapa kamu sensitive sekali dengan Fat
“Jangan di sini, Alya. Di dalam saja,” ucap Benny saat tiba-tiba Alya menubruk tubuh besarnya. Benny sampai kesulitan berjalan karena pelukan Alya yang erat.Setelah menutup pintu, barulah Benny membiarkan Alya menumpahkan segala kesedihannya. Sebagai pria, dia menilai apa yang dilakukan oleh Andrew sudah sangat keterlaluan. Bagaimana perkara pernikahan bisa begitu sepele bagi seorang Andrew, tanpa mau mengerti perasaan Alya. Justru terus-menerus menyakiti Alya atas nama belenggu pernikahan.‘Seharusnya dia menceraikan kamu dari dulu, kalau perlu, pernikahan itu tidak pernah terjadi,’ ucap Benny yang tertahan di hati. Tidak mungkin dia mengucapkan perkataan itu menilik kondisi Alya yang hancur. Dia tahu kalau Alya berusaha menjadi istri yang baik, sekalipun perlakuan Andrew sudah melampaui batas.“Duduk Alya,” titah Benny sambil membimbing Alya di pinggir ranjang. Betapa Alya yang menempel ketat di tubuhnya begitu menggugah li
“Benny, kamu belum tidur?” tanya Andrew yang seperti biasa langsung menerobos kamar Benny. Benny yang semula terlihat duduk tenang di pinggir ranjang lantas berdiri.“Belum Tuan. Memangnya ada apa Tuan? Apakah Tuan mau membahas tentang proyek lagi?” jawab Benny. Tentang perencanaan anggaran sebenernya belum selesai gara-gara Andrew yang badmood setelah marah-marah tadi. Seenaknya sendiri dan tidak professional. Untung, status Andrew di sini adalah majikan Benny, kalau bukan Benny sudah memarahinya habis-habisan.“Soal perencanaan anggaran, tolong kerjakan malam ini, setelah itu berikan kepada saya, supaya saya bisa mengevaluasi,” tukas Andrew. Benny hanya mengiyakan. Padahal sebelumnya Andrew bilang kalau mau membahas hal ini bersama, supaya tahu detail dari biaya pembangunan serta kualitas dari material apartemen yang rencananya akan dibedakan dengan pembangunan sebelumnya. Proyek apartemen ini sangat krusial demi citra dari Schimme
Ketukan Palu menandakan berakhirnya proses sidang. Mengoyak-oyak hati Alya. Betapa Alya ingin menangis pada saat itu juga, tetapi dia lebih menahannya karena dari ekor matanya dia melihat Andrew menyeringai. Sepertinya Pria itu sudah menunggu momen seperti ini.Andrew menoleh. Mengalihkan perhatiannya dari meja hakim ke Alya yang sedang tertunduk dan membisu. Pria itu seakan bisa menebak apa yang dirasakan Alya.“Kamu pasti sedih kan karena berpisah dariku? Pasti dalam mimpiku kamu sudah sangat ingin menjadikanku pangeranmu. Hahaha teruslah bermimpi wanita kampung, karena sampai kapanpun kamu tetap sampah bagiku.”Jantung Alya seperti diremas. Meski dia sangat membenci Andrew, tapi dia tidak menampik kalau Andrew adalah penguasa singsana hatinya. Namun, siapa sangka jika penguasa itu justru telah meluluh-lantakan hatinya sampai berkeping-keping. Ah, kenapa cinta bisa sesakit ini.‘Kamu bukan hanya sekedar pejantan impianku Andrew, kamu l
Langkah jenjang Alya tampak tergesa-gesa. Sesekali, dia melihat ke sekitar. Memastikan tiada ada orang yang mengintainya selama berjalan keluar dari pengadilan. Dia sudah berjanji untuk bertemu dengan seseorang di depan swalayan, tidak jauh dari pengadilan.Senyumnya mengembang tatkala melihat mobil fortuner yang terparkir di pinggir jalan. Mobil dengan desaign besar dan gagah, mengambarkan karakter dari pemiliknya. Plat mobilnya bahkan Alya hafal di luar kepala.“Sini, masuk Alya. Kok lama sekali kamu,” ucap Benny yang menepuk-nepuk kursi di sampingnya saat Alya membuka pintu.Alya tersenyum tipis dan langsung mengambil posisi di samping Benny. Alya terlihat memalingkan wajah karena Benny yang memandangnya dengan tatapan yang tidak biasa. Wajah sendu Alya tidak bisa berbohong, pasti Alya habis menangisi perceraian tadi, begitu batin Benny.Benny menjalankan mobilnya. Sebenernya ini scenario yang sudah direncanakan tadi malam. Di mana setelah
“Sialan! kemana Benny!” geram Andrew yang sudah sampai ke lokasi proyek. Tetapi orang yang dia percaya malah tidak ada di tempat.Owner perusahaan property terbesar di kota itu terlihat gusar. Bukan sekali dua kali Benny menghilang seperti ini. Yang pertama, mungkin dia masih terima karena alasan tidak enak badan. Tetapi yang ini, tanpa memberitahunya sama sekali dan tidak jelas kemana perginya, Benny meninggalkan proyek yang jelas-jelas sangat membutuhkan peranannya.Kalau bukan karena segala perencanaan yang sudah matang bersama dengan Benny, pastilah Andrew sudah mendepaknya jauh-jauh. Andrew sangat anti terhadap mereka yang kurang professional. Namun, dia tidak bisa berbuat banyak karena, Bisa dikatakan Benny adalah jantung dari proyek itu. seluk beluk dari semuanya dipegang olehnya.Argh!Andrew mengacak-acak rambutnya sendiri. Dengan gusar, dia merogoh ponsel yang ada di sakunya untuk menelfon Bernando.“Suruh salah satu bod
Menjelang sore, Alya terlihat kecapekan sampai terduduk sedikit menjauh dari pantai. Benny hanya terkekeh.“Gimana sudah puas mainnya?”“Iya, Ben. Capek banget aku,” sahut Alya dengan nafas ngos-ngosan. Pria itu terlihat mendekat ke arahnya. Kemudian tanpa meminta izin terlebih dahulu, tubuh rampingnya langsung dibopong oleh Benny.“Ih, Benny nakal!” pekik Alya manja. Sedangkan, Benny hanya tersenyum sambil membawa Alya menuju kursi panjang di bawah pohon cemara.Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat bongkahan karang yang meninggi tidak jauh dari sana.Alya mengikuti arah mata Benny, kemudian memandang Benny lekat-lekat seakan penasaran dengan apa yang dipikirkan Benny.“Kayak tempat itu asik tuh, enggak terlihat dari mana-mana,” ujarnya sambil memancarkan wajah yang tidak biasa. Mata Alya membola begitu menangkap maksud dari Benny.“Ih, aku enggak mau gituan di t
Benny tercenung saat melihat Alya yang sedang berlarian ke arahnya. Dia berhenti menggocek bola. Menguasai bola dengan menginjak atasnya. Bertolak pinggang dengan tubuh machonya yang dipenuhi keringat.Alya berhenti cukup jauh dari tempatnya berada. Sepertinya wanita itu canggung untuk masuk ke area di mana para pria sedang bermain bola.Benny yang tanggap langsung menendang bolanya kepada salah seorang di antara mereka dan langsung undur diri. Padahal, sebenernya dia masih ingin bermain bola lebih lama, tapi tidak memungkinkan karena melihat kondisi Alya yang sangat ketakutan. Entah karena apa.“Alya, kamu kenapa?” tanya Benny yang sudah mendekat. Tanpa diduga, Alya langsung menubruk tubuh kekar berkeringat itu dengan sangat erat.“Benny, ada yang memata-matai kita. Aku takut,” adu Alya tanpa memperdulikan aroma jantan dari pria itu yang cukup menyengat sebenernya. Tapi entah kenapa, terasa enak menguar di indra penciu
“Atas nama Benny, kamar deluxe room, ocean view ya, Pak. Boleh dibantu untuk Kartu identitasnya, Pak?” ucap Resepsionis dengan bahasa yang sopan, tapi gelagat tubuhnya yang seakan mencari perhatian Benny, membuat Alya muak.“Ini, Mbak.” Benny mengulurkan ktpnya. Terlihat cara resepsionis itu menerimanya sangat tidak biasa. Mengigit bibir sambil memandang Benny dengan tatapan penuh arti. Astaga, kenapa cewek ini semakin agresif saja.“Benny Lawata? Bapak keturunan Ambon? Sama dong dengan aktor favorite saya, Mario lawalata. Ternyata pria Ambon gagahnya enggak ada obat ya,” serunya penuh kekaguman dan sok akrab juga membuat Alya mendelik jengah.Benny hanya terkekeh, tapi dia buru-buru menjaga sikap karena melihat Alya yang sepertinya kurang suka dengan tingkah resepsionis itu. Meskipun sebenernya, dia ingin menanggapinya lebih jauh, supaya dia tahu sejauh mana Alya bisa bertahan dari rasa cemburunya.“Makasih ya, M