“Ada yang bisa saya bantu Tuan?” tanya pelayan muda itu yang terkejut melihat pria berperawakan besar itu tiba-tiba muncul dari belakangnya yang tak lain adalah Andrew.
Mata Andrew yang sulit tergambarkan membuat pelayan muda itu begidik. Apalagi saat Andrew tiba-tiba menyikap roknya.
“Jangan Tuan!” cegah pelayan muda itu sambil menahan roknya supaya tidak terbuka. Namun, apa daya, tenaganya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan si buas itu.
“Wow mulus sekali,” decak Andrew sambil mengelus-elus bulatan ranum yang tersembunyi. Tidak memperdulikan gadis itu yang terus protes. Percuma saja karena mansion ini adalah miliknya, tidak ada siapapun yang bisa mencegahnya.
“Kamu sudah pernah ngapain saja sama pacar kamu?” tanya Andrew dengan pandangan yang masih takjub ke bulatan sintal itu.
“Saya belum pernah pacaran Tuan,”
“Oh ya?” Mata Andrew begitu mengerikan s
Prang!“Woi! Siapa itu?”Andrew langsung menghentikan gerakanya dan mencabut miliknya dari pelayan muda itu. Pria itu langsung berjalan ke sumber suara. Vas yang pecah tanpa ada siapapun di dekatnya membuat dahinya berkerut. Kemudian dia mengedarkan pandangan.“Siapapun kamu keluar!” suara bassnya mnggelegar memenuhi ruangan.Alya muncul dari tempat bersembunyiannya di bawah meja. Dia tahu resikonya kalau sampai tidak menuruti permintaan Andrew. Sepandai apapun dia bersembunyi, pasti pria buas itu akan menemukannya, dan tidak ada ampun baginya . Dengan menunduk, dia melangkah mendekati Andrew.“Oh, ternyata kamu wanita kampung,” Andrew tersenyum meremehkan. “Ngapain kamu ngintip-ngintip? Pengen?” imbuhnya.Alya tidak menyahut. Sekalipun dia mengungkapkan keinginannya, dia sudah bisa menebak kalau Andrew akan menepisnya dengan sangat hina. Meski
“Tuan, aku enggak nyaman kalau ada yang liatin,” ucap pelayan itu yang berbisik di dekat rahang keras Andrew.“Sudah anggap saja dia patung, enggak usah dihiraukan, sekarang kamu masukan milikku, terus goyang,” balas Andrew.Pelayan itu mengiyakan, meskipun dia merasa nyeri yang luar biasa saat batang besar yang menyesaki lubang senggamannya. Sekilas, dia melirik Alya dengan wajah yang sendu.Alya menggigit bibirnya melihat posisi bercinta yang sudah lama dia idamkan. Di pangku oleh tubuh bongsor dan berotot khas pejantan sejati. Ingin sekali dia berada di posisi gadis itu. Sambil dipangku. Sambil bercumbu.“Enggak bisa goyang, Tuan.”Andrew mendecak sebal. Memang sejatinya dia masih perawan sehingga belum tahu bagaimana cara bercinta dengan liar. Alya membatin, kalau seandainya dia menjadi gadis itu, pasti tanpa malu dia akan memberikan goyangan panas sampai Andrew belingsatan.“Naik turun saj
Alya terpaku melihat tubuh gagah Andrew yang mengkilap. Punggungnya tampak melengkung, menandakan tenaga yang dihasilkan sudah maksimal. Selangkangan besarnya beradu dengan milik gadis itu. Semakin lama semakin cepat dan tidak terkendali.“Terima ini!” Suara seraknya bagai auman harimau, diiringi suara pekikan gadis itu. Bisa ditebak apa yang terjadi setelahnya. Andrew menghentikan gerakannya, sedangkan tubuh gadis itu menggeliat dan bergetar. Klimaks yang luar biasa pasti terjadi di antara mereka.Keringat membasahi perawakan Andrew yang kekar. Senyum penuh kepuasan terlihat di wajahnya. Dengan kondisi tubuh yang masih menyatu. Pria itu masih bergerak maju mundur secara perlahan sambil tangan besarnya tampak mengelus kemulusan dari gadis itu. Menikmati sisa-sisa klimaks yang menakjubkan.Terdengar suara batang besar Andrew yang keluar dari liang kecil itu. Dari liang yang mengangga, keluarlah cairan bercinta mereka sampai turun membasahi lantai. Kal
“Lagi ngapain Nyonya?”Ratih menghampiri Alya yang bergegas berdiri. Alya tampak gugup.“Lagi bersihin cairan Bik,”“Ya Ampun Nyonya, enggak usah. Biar saya saja yang membersihkan dan merapikan tempat ini. Ini sudah malam, sebaiknya Nyonya istirahat di kamar saja.” Ratih langsung mengambil alih tissue itu. Sontak saja Alya kecewa. Padahal dia ingin sekali mencecap cairan itu, tapi aneh juga kalau dia merebut tissue itu dari Ratih.Dengan langkah gontai, dia berjalan menjauhi Ratih. Namun baru beberapa langkah, dia membalikan badan seolah teringat dengan sesuatu.“Bibik belum menjelaskan kepada saya maksud dari ‘korban’ tadi.”Ratih menghela nafas,”Ceritanya panjang Nyonya, besok saja saya ceritakan.”Alya tanggap. Ratih terlihat sangat capek. Beberapa kali, dia terlihat menguap saat sedang menata ruang makan. Alya tidak tega bertanya lebih lanjut. Mungkin un
“Minum.”Alya tertegun karena Andrew yang mendadak menyodorkan minumannya. Padahal jantungnya sudah berdegup kencang, mengira kalau Andrew mungkin akan menciumnya tetapi kenyataannya hanya menawarkan minuman.“Tapi, ini panas di tenggorokan Tuan, saya tidak bisa meminumnya,” elak Alya yang tahu jenis minuman Andrew kategori yang beralkohol tinggi. Dia tahu karena mantan suaminya, Haris sering membawa minuman serupa di rumah. Jiwa penasaran yang memancingnya untuk mencicipi. Bukan hanya rasa pahit, tetapi panas yang menjalar sampai di lambung. Alya sampai terheran kenapa pria suka sekali mengonsumsi minuman seperti itu.“Dimana-mana alkohol seperti itu, tapi sensasinya bisa membuatmu melayang bagai di surga,” tuturnya sambil terkekeh. Khas pria mabuk.‘Minuman iblis memang pantas untuk orang berjiwa iblis seperti kamu. Bukan Surga, melainkan neraka jahannam.’ Alya mencibir dalam hati.Kini, dia merasa
“Hrmmmmppp…hrmmmmppp….”Alya merasakan mainan yang besar itu bergetar di area bawah. Terlebih saat Andrew tanpa ampun menggerakannya sehingga Alya meronta, tapi percuma saja, baik tangan dan kakinya terikat.“Hahaha, benda itu akan bergetar sepanjang malam. Sesuai dengan keinginan kamu kan yang ingin batang besar?” ledek Andrew. Alya yang tidak kuasa menggelinjang, menatap Andrew dengan pandangan memelas. Berharap untuk kali ini, pria itu berbaik hati melepaskannya dari siksaan ini.“Makanya lain kali kalau mau melawan saya dipikir dulu, sebelum kamu menyesal,” Pria itu berlalu dari hadapannya. Begitu pintu ditutup, Alya masih mendengar suara kekehan pria itu.‘Ya Tuhan, kenapa cobaan ini begitu berat,’ rintih Alya yang hampir putus asa. Betapa barang yang terus bergetar itu seakan tidak berhenti untuk menggelitik dinding kewanitaannya untuk mengeluarkan cairan yang banyak. Meski harus di
Beberapa saat yang lalu,Telefon yang berdering membuat tubuh besar itu menggeliat. Bukan hanya sekali dua kali, tapi sampai berkali-kali hingga dia baru membuka matanya. Tangannya menggerayangi atas nakas untuk mengambil ponsel tersebut.“Hmmm,” sahutan pendek. Dia menggaruk-garuk pinggangnya sampai ketiak dan membaui tangannya yang beraroma ‘magis’ sambil menguap. Gaya khas pria kalau bangun tidur.Sebenernya, Andrew paling tidak suka kalau ada yang menganggu jam tidurnya apalagi sepagi ini. Namun, kali ini dia sempat melirik ke layar, panggilan itu berasal dari Negara di seberang sana yang tidak lain adalah tanah kelahirannya.“Madam Anne sudah sadar dari komanya, Tuan,” ucap orang di seberang sana dengan bahasa tagalog yang khas. Mata Andrew langsung membulat. Rasa kantuknya hilang seketika.“Really? Purihin Ang Dios (Tag: Puji Tuhan). Saya akan segera terbang ke Filipina sekarang,”
Dahi Ratih mengernyit, “Leo?”“Iya, Bik. Anak saya umur tujuh tahun yang tingginya segini,” Alya memperagakan tangannya yang setara dengan sikunya,” Bibik pernah tahu enggak Bernando membawa anak itu ke sini?”Wanita setengah baya itu terdiam sejenak. Pandanganya menilik ke atas seperti sedang mengingat-ingat.“Oh iya, baru aku ingat. Seminggu yang lalu, Tuan Bernando memang membawa anak kecil ke sini.”Wajah Alya berubah cerah. Harapan untuk bertemu dengan anaknya sebentar lagi akan terwujud.“Sekarang di mana anaknya Bik?” tanya Alya yang terburu tanpa memberi kesempatan Ratih untuk menyelesaikan penjelasannya.“Cuma menginap semalam saja, setelah itu Entah kemana Tuan Bernando membawanya,” sambung Ratih yang langsung membuat senyum Alya pudar. Pertemuan yang ditunggu tidak terjadi. Ternyata Andrew sangat jeli menyembunyikan anaknya.“Sebentar, aku telfon