“Kalau ularnya dokter sering mematuk enggak?”
Ditodong pertanyaan seperti itu, jelas membuat sang Dokter kaget. Sebagai lelaki normal, dia tahu kalau Alya sedang memancingnya. Namun, dia harus menahan diri karena Alya adalah istrinya Andrew. Orang yang cukup terpandang di kota ini.
“Saya sudah memeriksanya, Nyonya. sepertinya sudah tidak ada racun yang tersisa di dalam tubuh Nyonya, Nanti saya beri obat supaya bisa memulihkan kondisi Nyonya kembali,” sahut sang Dokter di luar ekspektasi dari Alya. Pria itu sepertinya sedang menjaga diri supaya tidak tergoda olehnya. Namun, Alya pantang menyerah.
“Ularnya dokter pasti kuat ya mematuknya?”
Si dokter menghela nafas. Mulutnya gatal ingin membalas dengan kata-kata yang lebih nakal, tapi dia harus menjaga kode etik seorang tenaga medis, terlebih lagi dia tidak mau berurusan dengan pengusaha sekelas Andrew.
“Ini obatnya Nyonya, diminum dua kali sehari setelah maka
Alya tidak kuasa saat mulutnya dikerjai oleh Andrew. Untuk pertama kali dalam hidupnya, dia mencecap sesuatu yang tidak bisa di mulutnya.“Nah, terus begitu. ingat jangan sampai kena gigi,” ancamnya. Dengan lelehan air mata, Alya terpaksa mengulumnya. Perlahan tapi pasti. Dia sekarang mulai belajar untuk melayani si joni Andrew yang suka mengamuk.Semakin lama Alya semakin larut. Sekujur tubuhnya merasakan panas. Rasa jijik berganti menjadi nikmat saat batang itu bergerak maju mundur.‘Apa yang salah dengan kencingnya, toh sama saja keluar dari lubang yang sama dengan cairan itu,’ sisi lain dari Alya membela. Akalnya dikuasai nafsu sekarang. Terlebih mindset Alya yang ingin terus dipuaskan, menyingkirkan kewarasannya.“Wah, kamu sekarang pandai sekali ya mengulum. Mau jadi jalang ya!” Lagi-lagi Andrew mengejek. Tapi, bagi Alya, itu adalah sebuah pujian. Andrew, lelaki perkasa dambaannya sudah mulai menikmati cara bermai
“Bernando! Kamu di mana!”Yang dipanggil buru-buru keluar dari kamar Alya dan langsung berhadapan dengan tatapan tajam dari Andrew.“Ngapain kamu di kamar jalang itu?”“Maaf Tuan, tadi saya lihat Alya tertatih berjalan makanya saya bantu sampai kamarnya.” Bernando beralasan.“Lain kali jangan pedulikan jalang itu, sini ikut aku. ada yang harus aku bicarakan denganmu.”Bernando mengekori majikannya menuruni tangga. Mereka pun duduk di ruang tamu.“Bagaimana bisnis property kita? Ada kendala?” tanya Andrew yang terlihat menyilangkan kakinya sambil menyandarkan tubuh besarnya di sofa. Pria itu terlihat hanya menggunakan jubah tidur yang menampilkan bongkahan kokoh dadanya yang berbulu. Kalau dibuka jubah itu, terlihat Andrea hanya menggunakan celana dalam saja.“Untuk saat ini belum ada kendala, Tuan. Apalagi, kompleks Apartemen kita yang ada di daerah bintaro juga sudah h
“Tuan! Alya kabur!”Andrew langsung melempar pandangan ke atas. Dia tertegun melihat Bernando yang menuruni tangga dengan sangat cepat.“Kabur? Bagaimana bisa?” tanya Andrew keheranan begitu Bernando sudah ada di hadapannya.“I-iya tuan, dia mengunakan seprai dan mengikatnya pada pagar balkon,” jelas Bernando.“Selalu saja menyusahkan,” gerutunya kesal.“Kita harus mencarinya sekarang, Tuan.”“Sebentar, Wanita itu tidak akan lari ke hutan, pasti dia tengah menurun menuju perkampungan sekarang,” analisa Andrew.“Mungkin dengan naik Mobil kita bisa menyusulnya Tuan.”Mereka pun bergegas masuk ke dalam mobil dan meninggalkan villa.Suasana langit malam itu begitu gelap. Sesekali terdengar suara halilintar yang menggelegar.Kedua pria itu mengarahkan pandangan ke jalanan yang menurun mencari sosok Alya. Terdengar Andrew yang mengumpat
Andrew sudah tampak segar keluar dari kamar mandi. Setelah membopong wanita kampung tadi. Dia langsung menenggelamkan diri di dalam bath up yang dilengkapi dengan jakuzi. Menikmati sensasi semburan air yang mengenai tubuhnya. Terasa sangat menenangkan.Dia menggunakan celana boxer, lantas menuruni tangga di mana Bernando masih ada di sana.“Ayo temani saya minum dulu,” ajaknya. Bernando tidak segera menyahut. Dia tampak gelisah.“Kenapa kamu? Tidak mau menemani saya minum?” gertak Andrew.“Bukan begitu Tuan, tapi ibu saya sedang sakit,” sahut Bernando yang tampak takut-takut.Saat Bernando menyebut soal ibu, Andrew langsung memejamkan mata. Ada sesuatu yang tidak bisa diungkapkan berkaitan dengan ibu.“Pulang sana!” pekik Andrew yang langsung membuat Bernando mendongak.“Mohon maaf sekali Tuan, kalau bukan karena ibu saya sakit, pasti saya akan menemani Tuan.”“T
“Ada yang bisa saya bantu Tuan?” tanya pelayan muda itu yang terkejut melihat pria berperawakan besar itu tiba-tiba muncul dari belakangnya yang tak lain adalah Andrew.Mata Andrew yang sulit tergambarkan membuat pelayan muda itu begidik. Apalagi saat Andrew tiba-tiba menyikap roknya. “Jangan Tuan!” cegah pelayan muda itu sambil menahan roknya supaya tidak terbuka. Namun, apa daya, tenaganya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan si buas itu.“Wow mulus sekali,” decak Andrew sambil mengelus-elus bulatan ranum yang tersembunyi. Tidak memperdulikan gadis itu yang terus protes. Percuma saja karena mansion ini adalah miliknya, tidak ada siapapun yang bisa mencegahnya.“Kamu sudah pernah ngapain saja sama pacar kamu?” tanya Andrew dengan pandangan yang masih takjub ke bulatan sintal itu.“Saya belum pernah pacaran Tuan,”“Oh ya?” Mata Andrew begitu mengerikan s
Prang!“Woi! Siapa itu?”Andrew langsung menghentikan gerakanya dan mencabut miliknya dari pelayan muda itu. Pria itu langsung berjalan ke sumber suara. Vas yang pecah tanpa ada siapapun di dekatnya membuat dahinya berkerut. Kemudian dia mengedarkan pandangan.“Siapapun kamu keluar!” suara bassnya mnggelegar memenuhi ruangan.Alya muncul dari tempat bersembunyiannya di bawah meja. Dia tahu resikonya kalau sampai tidak menuruti permintaan Andrew. Sepandai apapun dia bersembunyi, pasti pria buas itu akan menemukannya, dan tidak ada ampun baginya . Dengan menunduk, dia melangkah mendekati Andrew.“Oh, ternyata kamu wanita kampung,” Andrew tersenyum meremehkan. “Ngapain kamu ngintip-ngintip? Pengen?” imbuhnya.Alya tidak menyahut. Sekalipun dia mengungkapkan keinginannya, dia sudah bisa menebak kalau Andrew akan menepisnya dengan sangat hina. Meski
“Tuan, aku enggak nyaman kalau ada yang liatin,” ucap pelayan itu yang berbisik di dekat rahang keras Andrew.“Sudah anggap saja dia patung, enggak usah dihiraukan, sekarang kamu masukan milikku, terus goyang,” balas Andrew.Pelayan itu mengiyakan, meskipun dia merasa nyeri yang luar biasa saat batang besar yang menyesaki lubang senggamannya. Sekilas, dia melirik Alya dengan wajah yang sendu.Alya menggigit bibirnya melihat posisi bercinta yang sudah lama dia idamkan. Di pangku oleh tubuh bongsor dan berotot khas pejantan sejati. Ingin sekali dia berada di posisi gadis itu. Sambil dipangku. Sambil bercumbu.“Enggak bisa goyang, Tuan.”Andrew mendecak sebal. Memang sejatinya dia masih perawan sehingga belum tahu bagaimana cara bercinta dengan liar. Alya membatin, kalau seandainya dia menjadi gadis itu, pasti tanpa malu dia akan memberikan goyangan panas sampai Andrew belingsatan.“Naik turun saj
Alya terpaku melihat tubuh gagah Andrew yang mengkilap. Punggungnya tampak melengkung, menandakan tenaga yang dihasilkan sudah maksimal. Selangkangan besarnya beradu dengan milik gadis itu. Semakin lama semakin cepat dan tidak terkendali.“Terima ini!” Suara seraknya bagai auman harimau, diiringi suara pekikan gadis itu. Bisa ditebak apa yang terjadi setelahnya. Andrew menghentikan gerakannya, sedangkan tubuh gadis itu menggeliat dan bergetar. Klimaks yang luar biasa pasti terjadi di antara mereka.Keringat membasahi perawakan Andrew yang kekar. Senyum penuh kepuasan terlihat di wajahnya. Dengan kondisi tubuh yang masih menyatu. Pria itu masih bergerak maju mundur secara perlahan sambil tangan besarnya tampak mengelus kemulusan dari gadis itu. Menikmati sisa-sisa klimaks yang menakjubkan.Terdengar suara batang besar Andrew yang keluar dari liang kecil itu. Dari liang yang mengangga, keluarlah cairan bercinta mereka sampai turun membasahi lantai. Kal