Dahi Ratih mengernyit, “Leo?”
“Iya, Bik. Anak saya umur tujuh tahun yang tingginya segini,” Alya memperagakan tangannya yang setara dengan sikunya,” Bibik pernah tahu enggak Bernando membawa anak itu ke sini?”
Wanita setengah baya itu terdiam sejenak. Pandanganya menilik ke atas seperti sedang mengingat-ingat.
“Oh iya, baru aku ingat. Seminggu yang lalu, Tuan Bernando memang membawa anak kecil ke sini.”
Wajah Alya berubah cerah. Harapan untuk bertemu dengan anaknya sebentar lagi akan terwujud.
“Sekarang di mana anaknya Bik?” tanya Alya yang terburu tanpa memberi kesempatan Ratih untuk menyelesaikan penjelasannya.
“Cuma menginap semalam saja, setelah itu Entah kemana Tuan Bernando membawanya,” sambung Ratih yang langsung membuat senyum Alya pudar. Pertemuan yang ditunggu tidak terjadi. Ternyata Andrew sangat jeli menyembunyikan anaknya.
“Sebentar, aku telfon
Beberapa hari di mansion itu, Alya merasakan perubahan drastis dalam dirinya. Dia bisa menjalani kehidupan normal tanpa adanya tekanan dari Andrew. Meski dia tahu kalau ini sifatnya sementara, tapi setidaknya dia bersyukur karena di kelilingi orang-orang baik di Mansion itu.“Nyonya, Tuan Bernando sudah ada di depan,” ucap Ratih kepada Alya yang sedang memasak di dapur mansion, Alya juga aktif membantu layaknya pelayan. Ratih sebenernya sudah mencegahnya, tetapi Alya tetap keukeuh karena dia suka melakukan pekerjaan rumah.“Tanggung Bik, sebentar lagi mau masak,” balas Alya yang masih sibuk berkutat di depan kompor.“Sudah enggak apa-apa Nyonya, biar saya yang teruskan. Tuan Bernando tidak punya waktu untuk menunggu lebih lama. Nyonya tahu sendiri kan kalau dia sangat sibuk.” Ratih langsung mengambil alih posisi Alya. Alya tampak tersenyum.“Makasih ya, Bik. Kalau begitu saya pergi dulu,” kata Alya sambil be
Sepulang dari panti asuhan, Alya mengurung diri di dalam kamar. Kedua tangannya memeluk guling seakan mendekap Leo. Kerinduan yang tidak tertahan justru terhalang oleh situasi yang tidak memungkinkan.Tiba-tiba, telefon kamarnya berdering. Alya beranjak dari ranjang karena telefon itu berada di atas meja rias. Mungkin Mansion yang sangat luas sehingga adanya telefon tersebut sangat berguna untuk berkomunikasi.“Halo,” sapa Alya dengan nada datar.“Alya! Akhirnya aku bisa menghubungimu juga,” sahut suara wanita di seberang sana.“Maaf ini siapa?”“Aduh sampai lupa. Ini aku Mawar, Alya. Bagaimana kabar kamu? Kamu baik-baik saja?” kejar Mawar. Alya tersenyum. Sekalipun, dia belum mengenal Mawar sepenuhnya, tetapi dia tahu kalau wanita itu sangat peduli dengannya. Bahkan wanita itu menanyakan kabarnya terlebih dahulu, padahal Seharusnya Alya yang bertanya begitu mengigat terakhir lubang
Seketika Alya terdiam. Dia tahu kalau wanita bayaran itu tidak bermaksud menjerumuskannya. Malah akan memberikan solusi yang ekstrim menurutnya. Alya merasa bersalah karena telah berburuk sangka terlebih dahulu.“Jadi begini Alya. Aku minta kamu bersedia untuk mendengarkan solusi yang aku berikan dan jangan menyanggah sebelum aku selesai menjelaskan, paham!” tutur Mawar yang tidak ubahnya dosen kepada mahasiswanya.“Iya, Paham Mawar. Maaf aku sudah berburuk sangka lebih dulu.”“Aku sudah menduga sejak awal kalau kamu akan menolak saran dariku. Tapi tolong buka hatimu bahwa hal yang buruk tidak selamanya buruk. Justru ini sangat bagus buat kamu kedepannya.”Mereka tidak menyadari kalau ada orang yang lain yang diam-diam mendengarkan perbincangan mereka melalui telefon di ruang lain. Orang itu sedari tadi asyik mendengarkan tanpa bersuara.“Sekarang posisi kamu seperti orang diperkosa, mau tidak m
Keesokan harinya,Jantung Alya berdebar. Hari ini adalah kembalinya Andrew dari Negara asalnya. Terakhir, dia sudah sampai di bandara dan perjalanan menuju Mansion.Sirna sudah ketenangan yang dia dapatkan beberapa hari ini. Sekarang dia harus berhadapan lagi dengan Andrew yang pasti akan siap melecehkannya.Alya mengatur nafasnya. Semalaman, dia sudah mempertimbangkan solusi out of the box dari Mawar dan sekarang dia berniat melakukannya. Dia bersikap sebiasa mungkin dengan senyuman manis, tidak lupa memakai pakaian terbuka untuk menyambut suaminya itu.Tidak berapa lama, yang ditunggu datang juga.Sang sopir yang menjemput keluar untuk membukakan pintu Tuannya. Namun, ada pemandangan yang tidak biasa disitu tatkala melihat Andrew datang bersama dengan seorang wanita tua yang tidak lain adalah Ann.Berikutnya terjadi pemandangan yang luar biasa di mana Andrew yang biasa kasar dan sembarangan terlihat begitu telaten saat membopong tubuh Ann
Benar dugaan Alya, kalau Andrew akan memberikan pekerjaan yang tidak biasa. Ketika pria itu sudah telanjang, dia meminta Alya membersihkan bulu di sekitar wajah, tubuh bagian depan, ketiak dan area selangkangan menggunakan mesin cukur yang sudah dia berikan. Tapi tentunya sebelum itu, Alya harus memandikan Andrew dan menyabuni seluruh tubuhnya.Alya tidak ragu lagi melakukannya, meskipun dia menyayangkan kenapa pria itu membersihkan bulu-bulu liarnya. Padahal tubuh binaraga itu terlihat seksi dengan bulu-bulu liarnya itu. Apalagi kalau tertempel aroma keringat macho dari Andrew, seperti yang Alya hirup sekarang.Jujur Alya menyukai aroma alami yang keluar dari tubuh Andrew. Bercampur dengan sabun menjadikan baunya segar sekali. Padahal Alya juga menggunakan sabun yang serupa tapi baunya tidak seperti kalau terkena keringat Andrew.“Awas. Hati-hati.” Andrew memperingatkan saat Alya sudah sampai membersihkan area selangkangan. Tanpa diperingatkan
Namun realitanya tidak sesuai ekspektasi, tatkala sesuatu yang memancar bukan cairan kental melainkan air seni berbau pesing.Alya buru-buru menjauhkan dirinya dengan rasa jijik. Dia menyesal karena telah menganggap Andrew akan memanjakan dirinya, tapi justru sebaliknya. Sekali lagi, pria itu berhasil melecehkan dirinya.“Hahaha… rasakan itu jalang!” Andrew tertawa puas melihat Alya mendelik penuh rasa jengkel. Dia langsung meraih shower yang sempat terjatuh untuk membersihkan kemaluannya sendiri.“Bagaimana kamu suka kan? aku kencingin?” ucapnya sambil berdiri tegak. Sekilas, tubuh perkasa Andrew terlihat bersih sekali. Bulu-bulu yang hilang tidak mengurangi keseksian bodi pejantan itu.Sedangkan Alya hanya terpekur melihat Andrew menertawakannya. Gemuruh di dadanya bergolak. Tetapi, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia kembali teringat dengan kata-kata Mawar supaya lebih memahami Andrew. Tapi, haruskah dia diterima diperlak
Setelah memastikan Andrew pergi, Alya segera keluar dari kamar mandi. Beringsut ke kamarnya untuk membersihkan diri.Namun saat akan membuka pintu, tiba-tiba Ratih datang menghampirinya.“Nyonya, boleh minta bantuannya enggak?”Alya mengalihkan seluruh perhatiannya ke Ratih yang terlihat tidak enak hati,“Boleh Bik, Emang mau minta bantuan apa?”“Tolong jagain Nyonya, soalnya kami kekurangan orang untuk membereskan rumah Nyonya.”Senyum terbit di pipi Alya,”Dengan senang hati Bik, tapi tunggu sebentar ya. aku mau mandi dulu.”“Makasih ya Nyonya.”“Aduh, berapa kali saya bilang jangan panggil saya Nyonya. Status kita di sini sama,” ujar Alya yang merasa tidak nyaman dipanggil dengan panggilan yang tidak sepantasnya, sekalipun dia adalah istri sah dari Andrew, tetap saja dia diperlakukan layaknya babu.“Enggak apa-apa Nyonya. Nyonya c
Alya membenamkan wajahnya di bantal saat teringat beberapa saat yang lalu ketika tangan hangat Benny menjabat tangannya. Sosok pria jantan tapi begitu menghargai wanita. Sikap lembutnya membuat Alya berdebar-debar.Dari perkenalan tadi, dia tahu kalau Benny adalah arsitek yang ditugaskan untuk menangani proyek apartemen baru di daerah Bintaro. Alasannya menginap di sini karena domisilinya di luar kota, sehingga Andrew menawarkannya untuk menginap di Mansion, sekaligus mereka bisa leluasa membahas tentang perencanaan proyek maupun design.Alya menggeleng-gelengkan kepala saat di benaknya terbersit wajah Benny. Bisa dibilang dia adalah perpaduan sempurna antara gagahnya Andrew dengan kelembutan Bernando. Pria yang menurutnya sangat ideal.“Tidak, aku tidak boleh terbayang dengan pria itu. Aku kan sudah bersuami. Harusnya aku menjaga kesetiaam hanya untuk suamiku.” Alya meneguhkan hatinya sendiri. Meskipun sangat mustahil kalau pria seberingas And