Share

bab 3

Pria yang masih berbalut baju handuk itu, mengabaikan ponselnya yang terus bergetar di atas meja rias.

Pria jantan itu, hanya melirik sejenak dan diiringi decakan muak. saat mendapati nomor yang ia kenal tertera di layar ponsel hitam miliknya.

Sebastian berlalu ke arah lemari, menulikan getaran terus menerus dari ponselnya.

"Menyusahkan." Pria bertubuh profesional itu bergumam kesal. Sembari mengenakan baju yang ia ambil dari lemari.

Sebastian masih tidak memperdulikan getaran ponselnya. Ia kembali melihat dan hanya sekedar ingin menonaktifkan ponselnya yang begitu mengganggu.

"Ck!" Decakan sinis keluar dari mulut pria itu, saat melihat puluhan panggilan tak terjawab dari beberapa nomor yang ia kenal dari pihak — sang nona muda.

"Aku tidak, peduli!" Gumamnya lagi dengan nada muak.

Dengan raut wajah kesak, Sebastian mematikan ponselnya dan melemparkan ke sembarang arah.

Setelah itu, ia pun bergerak menuju pintu kamar. Pria itu tidak mungkin membiarkan istri tercintanya menunggu lama.

………

"Hai!" Sapaan lembut dan hangat menerpa indera pendengaran, Sebastian.

"Hai, honey," balasnya dengan iringan kecupan hangat di kening wanitanya.

Wanita yang kini sedang sibuk menata beberapa sarapan di atas meja makan, yang hanya diperuntukan untuk 4 orang saja. Carina Addison, wanita dengan wajah cantik bersahaja, kulit putih bersih dan memiliki senyum hangat itu, sibuk meletakkan sebuah menu sarapan di dua piring di hadapan.

"Di mana Boy?" Tanya Sebastian yang kini mendaratkan bokongnya di kursi.

"Masih bersiap," sahut Carina yang melayani sang suami dengan wajah tulus.

"Sarapan lah' aku akan memanggilnya," pinta Carina tidak lupa senyumannya yang hangat ia berikan kepada, pria yang sudah menemaninya selama enam tahun.

"Hum!" Gumam Sebastian dengan iringan anggukan kepala.

……

"Selamat pagi, nak!" Ucap Sandra saat berada di kamar putra semata wayangnya yang sedang mengenakan sebuah setelan rapi dan tas punggung di belakang tubuhnya.

Bocah laki-laki berusia 5 tahun itu menoleh dan ia memperlihatkan cengirannya kepada sang mommy. Hingga memperlihatkan gusi tanpa gigi itu di bagian depan.

"Selamat, pagi juga mom," sahutnya dengan suara riang.

Carina melangkah lebih mendekat kepada putranya itu dan menawarkan sebuah bantuan. " Butuh, bantuan mommy?" Tanya yang kini menundukkan tubuhnya di samping sang putra.

"No!" Tolak pria kecil dengan iris mata grey mempesona itu.

"Aku bisa sendiri, mom. Aku, ingin menjadi laki-laki sejati yang melakukan apapun dengan sendiri," sambungnya dengan nada bicara khas anak seusianya.

Carina tersenyum bangga kepada sang putra. Ia lalu berjongkok di depan tubuh putranya, Carina mengecup kening putra tampannya itu dan mengajari sang putra memasang kancing kemeja yang ia kenakan.

"Selesai. Anak mommy hebat," puji Carina yang tidak hentinya mencium pipi kemerahan putranya itu.

"Terimakasih mom," ucap bocah laki-laki itu dan mengalungkan kedua tangannya di leher sang — mommy.

"Sama-sama," jawab Sandra dengan tersenyum indah.

"Sekarang, ayo kita sarapan! Kasian daddy sejak tadi menunggu," timpal Sandra.

"Daddy sudah pulang, mom?! Tanya sang putra dengan wajah antusias.

"Hum!" Sahut Carina dengan wajah hangat penuh kasih sayang ia berikan kepada putranya.

Bocah kecil menggemaskan itu berlari dengan wajah riang keluar dari kamarnya. Ia ingin cepat-cepat bertemu dengan daddynya tercinta.

Carina hanya bisa menggelengkan kepala dan mengikuti sang putra di belakang. Senyum bersahaja itu terus terukir, saat melihat kedua kesayangannya saling melepas rindu.

"Daddy!" Teriak bocah kecil tampan itu.

Sebastian yang sedang menikmati sarapannya, tersentak saat mendengar suara kesayangannya memanggil.

"Putraku, Boy," sahut Sebastian yang segera bangkit dari kursi dan menyambut sang putra dengan pelukan hangat.

"Aku merindukanmu, dad," bisik bocah tersebut saat berada di pelukan sang daddy.

"Daddy juga merindukanmu, nak," balas Sebastian dengan ciuman bertubi-tubi ia berikan di puncak kepala putra semata wayangnya.

"Kenapa, daddy tidak pulang semalam?" Tanya si bocah tampan itu.

Sebastian tersenyum simpel dan mengusap pipi kemerahan putranya.

"Maaf, daddy memiliki pekerjaan di luar kota," sahutnya dengan sorotan mata penuh penyesalan ia berikan kepada — istri dan putranya.

"Tidak masalah daddy, yang penting daddy sudah kembali," balas sang putra dengan raut wajah gembira dan bahasa tubuh yang sangat bahagia.

"Daddy janji, ini yang terakhir dan daddy akan selalu bersama kalian," jawab Sebastian dengan wajah begitu tulus.

"Ehem!" Carina berdehem untuk menghangatkan suasana yang entah tiba-tiba terasa asing baginya.

"Sebaiknya kita sarapan sekarang, nanti sarapannya dingin," lanjut wanita cantik itu.

Ketiganya pun lantas duduk di kursi mereka masing-masing, Carina dengan setia dan sepenuh hati melayani kedua pria beda usia kesayangannya itu.

Kehangatan pun tercipta di kediaman sederhana namun terkesan elegan itu, tawa canda dan celoteh riang dari bocah laki-laki itu menambah suasana hangat dan menyenangkan.

Sebastian menatap penuh arti kepada — istri dan putranya yang kini sedang saling bercanda di depannya.

Pria itu begitu menyesali apa yang ia lakukan dengan sang nona muda semalam. Sebastian berjanji akan berhenti dari jerat obsesi sang nona Valerie.

Sebastian akan melayangkan surat pengunduran dirinya esok, Sebastian sudah terlalu muak, berada di samping wanita yang ia anggap gila dan licik itu.

Ia ingin segera bebas dan berencana untuk meninggalkan kota yang penuh kelicikan dari pihak kalangan atas saja.

"Ada apa? Kau sakit?" Suara dan sentuhan hangat di depannya membuat — Sebastian terkejut.

Ia pun memandangi sang istri dan meraih telapak tangan mulus istrinya yang berada di atas punggung tangannya dan membawa ke depan bibir meninggalkan kecupan di sana.

"Aku tidak apa-apa," sahut Sebastian halus.

"Kau yakin? Tanya Carina memastikan keadaan sang suami.

"Hum! Jangan khawatir," timpal Sebastian lagi.

"Habiskan sarapanmu. Aku akan menghangatnya kalau sarapannya dingin," pinta dan tawar Carina

Sebastian menurut, ia segera menghabiskan sarapannya dan sesekali mengobrol riang dengan sang putra semata wayangnya.

Sedangkan Carina menatap keduanya dengan perasaan penuh arti. Insting sebagai seorang istri, mengatakan bahwa sang suami sedang dilanda kegalauan.

Namun wanita itu hanya bisa diam, menunggu sang suami lebih dulu berbicara kepadanya.

………

"Sayang!" Seru Carina.

Ia mendekati Sebastian yang sedang memunggunginya di depan wastafel dapur. Pria itu sedang membersihkan bekas alat makan pagi mereka.

"Hm!" Gumam pria itu dengan suara berat dan tanpa menoleh.

"Tuan Jason Anthony ingin berbicara, denganmu," ujar Carina sembari menyerahkan ponselnya.

Wanita cantik itu kini berdiri di samping suaminya dengan, sebelah tangan terulur untuk menyerahkan ponselnya.

Sebastian menghentikan pergerakan pada tangannya, ia segera menoleh dan menatap sang istri bergantian dengan ponsel yang kini ada di hadapannya.

"Bicara lah'!" Carina berbisik.

"Dia mencoba menghubungi ponselmu, tapi tidak ada jawaban. Jadi tuan Jason menelpon ke nomorku," jelas Carina dengan suara halus, saat mendapati tatapan bingung suaminya.

Dengan wajah malas dan jenuh, Sebastian meraih ponsel tersebut, lantas memutuskan sambungan telepon itu dengan wajah dingin.

"Kenapa kau mematikannya?" Tanya Carina dengan raut bingung.

"Tidak perlu mengangkatnya, apabila dia menghubungimu lagi," titah Sebastian dengan nada tekanan.

Carina hanya terdiam dengan wajah heran dan bingung, wanita itu hanya bisa mengangguk mematuhi perintah suaminya.

Sebastian bernafas lega dan terus melanjutkan pekerjaan yang terhenti. Sedangkan Carina masih berpikir dengan sikap suaminya kepada atasannya itu.

"Istirahatlah!" Perintah Sebastian tanpa memandang sang istri.

"Hm!" Carina tersentak mendengar teguran sang suami.

"Kau pasti lelah, jadi … beristirahatlah," ulang Sebastian.

"Tidak! Aku harus menemani Boy," sahut Carina yang kini menggelayut manja di lengan kekar sang suami.

Dahi Sebastian berkerut dengan tatapan lekat kepada sang istri. Ia juga bertanya dengan nada penasaran. "Dalam rangka apa?" Tanyanya penuh pertanyaan.

"Ada lomba melukis," jawab Carina yang membantu sang suami menyusun alat makan ke dalam lemari yang sudah dikeringkan.

"Benarkah?! Seru Sebastian.

"Hm!" Carina menjawab dengan gumaman

Wanita itu lagi-lagi tersenyum indah di hadapan suaminya. "Apa kau sibuk?" Tanya Carina balik.

Sebastian menjawab dengan cepat. "Tidak!" Jawabnya sangat yakin.

"Aku akan menemani, kalian," lanjutnya dengan ekspresi wajah bahagia.

"Kau tidak bekerja?" Carina kembali bertanya dengan wajah semakin heran.

"Aku akan mengambil cuti, sehari," jawab Sebastian dengan wajah cuek.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status