Share

bab 4

Di kediaman besar Anthony.

Masih terdengar suara amukan seorang wanita di balik pintu kamar kokoh juga mewah itu.

Suara tangisan juga teriakkan sang nona muda Valerie membuat, para pelayan semakin khawatir.

"Bagaimana? Apa tuan Sebastian menjawabnya?" Tanya seorang pelayan wanita yang berusia 35 tahun.

Kepala pelayan itu menggeleng dengan wajah panik. "Dia mematikan ponselnya," jawab kepala pelayan sambil terus terlihat mondar-mandir.

"Kita harus melakukan apa?" Tanyanya kepada pelayan juniornya.

Pelayan lebih muda dari kepala pelayan itu pun mencoba berpikir dan ia pun segera memberitahukan kepala pelayan untuk menghubungi seseorang.

"Aku tahu, siapa yang harus kita hubungi!" Serunya.

"Siapa?! Tanya kepala pelayan dengan penasaran.

"Nyonya Carina. Istri tuan, Sebastian," sahut pelayan junior itu.

"Kau yakin ingin menghubunginya? Tanya kepala pelayan dengan ragu.

"Hm! Hanya dia yang bisa kita harapkan," sahut sang pelayan muda itu.

Mereka pun mencoba menyambungkan panggilan. berdering! Terdengar suara sambungan di sana, namun belum juga mendapatkan jawaban.

Satu kali panggilan mereka gagal, kedua kalinya pun masih gagal dan ketiga kalinya terjawab, namun suara jeritan sakit terdengar di dalam kamar sang nona muda.

"Astaga! Apa yang terjadi," ujar kepala pelayan dengan wajah semakin panik.

"Cepat! Buka pintunya," teriak pelayan junior.

Sementara ponsel yang terjatuh di atas lantai, terus menangkap suara seruan di sana.

….

"Clek!"

"Nona!" Pekik kedua pelayan itu, saat melihat keadaan sana nona muda sudah terkapar di atas lantai dengan cairan merah mengalir di pergelangan tangan kanannya.

"Astaga, apa yang anda lakukan nona," ujar kepala pelayan dengan suara bergetar takut.

Pelayan satunya terlihat kebingungan harus melakukan apa, ia masih tercengang melihat kondisi tragis — majikannya itu.

"Cepat! Cari bantuan untuk membawa nona muda ke rumah sakit!" Pekik kepala pelayan dengan wajah panik.

"B-baik," sahut pelayan junior itu. Segera berlari keluar kamar untuk mencari bantuan.

"Oh Tuhan, apa yang anda lakukan," ucap kepala pelayan dengan nada bergetar takut.

Wanita itu merobek ujung pakaiannya dan mengikatkan di pergelangan tangan — Valerie. Dengan raut wajah pucat dan berkeringat dingin.

Sedangkan Valerie sudah tak sadarkan diri dengan kedua telapak kakinya terasa dingin dan wajahnya sudah memucat, akibat aliran darah terus menerus keluar dari pergelangan tangannya yang terbuka oleh sayatan benda — tajam.

………

"Ada apa?" Tanya seorang pria setengah baya yang baru saja memasuki Mansion mewahnya.

"Tuan Jones!" Sahut salah satu pengawalnya yang bertugas menjaga keamanan Mansion Anthony.

"Kenapa, kamu berada di sini? Bukan melakukan tugasmu?" Tanya tuan Jones dengan wajah — menyelidik.

"N-nona… m-muda, tuan," sahut sang pengawal dengan terbata dan wajah tegang.

Tuan Jones Anthony menatap pengawalannya itu dengan wajah penasaran juga khawatir.

"Ada apa dengan putriku?" Tanya tuan Jones dingin.

"Katakan!" Bentaknya, saat sang pengawal hanya terdiam dengan tubuh gemetar.

"Nona muda melukai dirinya sendiri, tuan," jawab pengawal itu.

Pria penuh karismatik itu, dengan wajah terlihat gagah di usianya yang memasuki setengah abad, segera berlari ke arah tangga untuk menuju kamar putri semata wayangnya.

Sedangkan di kamar mewah itu, masih terlihat beberapa pelayan juga pengawal, mencoba mengangkat tubuh sang nona muda untuk dibawa ke rumah sakit.

"Cepatlah!" Seru kepala pelayan yang semakin panik, saat wajah sang nona muda semakin pucat dan telapak tangan juga kakinya begitu dingin.

"Tubuhnya, semakin dingin. Lihat wajahnya yang memucat," sentak kepala pelayan dengan ekspresi ketakutan nona mudanya mengalami hal serius.

"Apa yang terjadi!" Sentak kasar seorang pria dengan suara beratnya.

Para pelayan yang membantu — Valerie menghentikan langkah mereka, saat seorang pria berwajah syok kini berdiri di hadapan mereka.

"Valerie sayang!" Sentaknya kembali.

Segera meraih tubuh lemah sang putri dan memeluknya erat. Tuan Jones begitu terkejut, saat melihat pergelangan tangan putrinya juga raut wajah pucat — putri semata wayangnya itu.

"Bangunlah, nak. Apa yang sedang kamu lakukan. kenapa, kamu melakukan hal senekat ini, nak," tutur tuan Jones dengan wajah terpukul, melihat putri satu-satunya tega melukai dirinya sendiri. Padahal dia selalu menjaga dan melindungi sang putri dari segala hal-hal yang bisa melukai sang putri, walaupun hanya luka kecil saja.

"Sayang, sadarlah. Jangan tinggalkan daddy nak," ucapnya lirih sambil menitikkan air mata, melihat wajah pucat putrinya.

"Tuan!" Sela kepala pelayan memberanikan diri untuk menegur.

Tuan Jones hanya menatapnya dengan intimidasi mengerikan, seakan ingin mencabik-cabik seluruh tubuh, wanita setengah baya di depannya.

"Kita harus segera membawa nona muda, ke rumah sakit," sambung kepala pelayan dengan wajah tegang juga suara terbata.

Wanita dengan penampilan rapi khas seorang kepala pelayan di kediaman mewah itu, hanya bisa menundukkan kepalanya.

Tidak berani untuk mengangkat kepalanya apalagi, memandangi wajah marah, sang tuan besar — Jones Anthony.

Tanpa banyak menunggu lama, tuan Jones segera menggendong putrinya itu dan membawanya dengan gerakan cepat juga tergesa-gesa, ke arah lift khusus, untuk digunakan saat dalam keadaan darurat — saja.

……..

"Bagaimana keadaan putriku?" Tuan Jones segera melayangkan pertanyaan kepada dokter pria yang, memeriksa keadaan — Valerie Anthony.

Dokter pria dewasa itu, menghela nafas panjang sejenak, lalu menghembuskannya secara perlahan.

Ia memasang wajah serius di hadapan tuan besar Jones Anthony. Pengusaha terkenal di kota — Berlin. Sosok penguasa di kalangan pebisnis di kota besar itu.

Bisnisnya pun, merambat ke beberapa bagian benua lainnya. Membuat pria itu di kagumi pun di segani di kalangan pebisnis lainnya.

Kesuksesan juga kepintarannya dalam berbisnis kini menurun kepada, pewaris satu-satunya semua aset kekayaannya.

Bakat yang ia miliki diturunkan kepada sang putri. membuat putrinya itu sukses sebagai wanita karir berpengaruh di kota Berlin

"Kondisinya tidak terlalu begitu serius, karena luka sayatan di pergelangan tangannya tidak melukai nadinya, tapi …." Terang dokter dewasa itu dan menggantung ucapnya.

"Tapi apa?! Tanya tuan Jones geram, ia tidak merasa senang dengan sikap dokter tersebut yang seakan mempermainkannya.

"Putri anda mengalami, depresi ringan. Kami juga menemukan zat yang terkandung dalam obat penenang di dalam tubuh putri, anda," sambung dokter itu dengan nada tegas penuh wibawa.

Tuan Jones begitu terkejut, dengan apa yang ia dengar. Bagaimana mungkin, putrinya yang terkenal cerdas dengan pemikiran modern juga dewasa, melakukan hal di luar batas kewajaran.

"Mungkin, putri anda dalam masa-masa sulit, atau bisa saja dia dalam terpuruk dengan perasaannya," timpal dokter itu lagi. Membuat wajah tuan Jones, tercengang.

Hal macam apa yang membuat, putri kesayangannya itu terpuruk juga menderita tekanan perasaan.

"Apa dia memiliki, kekasih?" Tanya dokter itu yang membuat tuan Jones terkejut, sekaligus membeku di tempatnya.

"Apa hubungannya dengan kondisi putri saya dengan, kekasih?" Tanya tuan Jones kembali dengan raut tidak dapat di baca.

"Mungkin saja putri anda, mengalami patah hati yang membuatnya tertekan juga berakibat depresi ringan." Jelas sang dokter.

Pria gagah penuh kharisma itu, terdiam sejenak. Memikirkan kehidupan pribadi putrinya yang tidak pernah, terbuka mengenai hal tabu kepadanya.

Tuan Jones tidak begitu mengekang sang putri dalam hal privasi putrinya itu. Ia memberikan kebebasan dan ia begitu cuek tentang hubungan perasaan putrinya.

"Anda bisa menemui putri tuan. Sepertinya dia sudah sadar," sela sang dokter tiba-tiba kembali membuat tuan Jones terkejut.

Pria berusia 50 tahun itu masuk kedalam kamar pasien putrinya, tanpa mempedulikan dokter yang sejak tadi bersama dengannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status