Share

Part 4 Flashback

Di sebuah kamar bernuasa pink, terlihat seorang wanita cantik sedang menangis.

"Daniel! Hiks... Hiks.. Kenapa kamu tega bermain api di belakangku? Apa salahku?" Dissa melirik ke arah jam dinding telah menunjukkan pukul 3 dini hari.

Tiba-tiba, kepala Dissa terasa sakit. lalu, ia  berusaha bangun dari tempat duduknya. Namun, apalah daya tubuhnya terasa lemas karena tidak bisa tidur dari semalam.

Dissa melangkahkan kakinya dengan pelan-pelan dan tangan kanannya memegang tembok sebagai tumpuan tubuhnya.  Ia berniat berjalan menuju lemari yang berisi peralatan kotak P3K yang tidak jauh dari tempat tidurnya. Ia mengambil peralatan kotak itu dan memilih beberapa obat pereda rasa sakit untuk diminumnya dan tidak lupa ia menyimpan kembali peralatan kotak P3K itu di tempatnya. Ia berjalan menuju meja belajar yang berada di samping tempat tidurnya dan tanpa sengaja dia menoleh ke arah jam tangan berwarna merah tertata rapi di rak meja belajarnya.

Lalu, ia berjalan ke arah jam tangan itu dan diambilnya jam tangan itu hingga tanpa sadar ingatan kenangan indah bersama Daniel berputar kembali di kepalanya.

------- Flashback On --------

Dissa yang telah menyelesaikan mengenakan gaun brukat mewah berwarna merah, berlengan panjang dan panjang gaunnya di atas lutut bermodifikasi dengan sepatu high heels berwarna hitam. Ia memberikan beberapa polesan make up di wajah cantiknya yang terlihat fresh dan tetap natural. Setelah selesai melakukan ritual kecantikannya, ia melangkahkan kakinya berjalan keluar kamar.

Dissa berjalan dengan memasangkan wajah dinginnya di hadapan semua maid dan bodyguard di mensionnya.

Baru beberapa langkah menuju ke pintu halaman depan mension, Dissa menoleh ke arah belakang. "Hey bodyguard bodoh! cepat siapkan aku mobil! Aku ingin pergi ke acara pernikahan temanku. Aku beri waktu dalam 1 menit dari sekarang. Cepatlah!" perintah Dissa menatap tajam ke arah bodyguardnya.

"Baik, Nona muda," balas bodyguard tersebut berjalan tergopoh-gopoh mempersiapkan mobil yang akan digunakan untuk mengantarkan Nona mudanya.

Kini mobil mewah Dissa telah melaju ke arah hotel bintang lima di pusat kota Sungailiat. Mereka menempuh perjalanan selama satu jam dari mensionnya dan tibalah mereka di sebuah hotel bintang lima ternama.

Bodyguard yang ikut mengawasi nona muda dengan menaiki mobil lain yang berada di belakang nona muda, ikut memberhentikan kendaraan mobilnya.

"Mari silahkan, Nona muda," ujar Pak Tono, supir pribadi Dissa, sedang membuka pintu mobilnya.

Dissa turun dari mobil dan membawa tas sandang berlapis emas di lengan tangannya. Dia langsung berjalan ke arah pintu hotel.

***

Suasana di dalam hotel begitu meriah, adanya kata sambutan dari MC ternama dan penyanyi terkenal di dunia hadir untuk mengisi acara pernikahan temannya.

Semua tamu undangan merupakan orang-orang pengusaha terpenting di dunia, Dissa berjalan dengan gaya anggunnya menuju tempat pelaminan tanpa menghiraukan tatapan kagum serta pujian manis dari para lelaki pengusaha muda.

Tiba-tiba langkahnya terhenti, saat Dissa ditabrak oleh seorang pria yang sedang asyik memainkan ponselnya.

Bruk!

Dissa terjatuh dan Jam tangan yang melekat di lengan putihnya ikut terjatuh.

Dissa menatap jam kesayangannya jatuh tepat berada di hadapannya, wajah Dissa yang datar berubah menjadi memerah menahan kemarahannya, tangannya mengepal dan dia mendongakkan kepalanya ke arah depan dan dia berdiri dan dengan refleks ia menampar wajah pria tampan di hadapannya.

"Dasar bodoh, lihat ini jam tangan kesayangan aku rusak gara-gara kamu," bentak Dissa , dengan memaki-maki seorang pria berdiri tegak di depannya.

"Maaf, saya tidak sengaja menabrak kamu," ujar Daniel merasa bersalah dan dia mengambil jam tangan bewarna merah dari saku celananya. "Untuk sebagai gantinya,  tolong, ambillah jam tangan ini. aku baru saja membelinya untuk hadiah ulang tahun adikku sebelum datang ke acara pesta ini dan kamu berhak untuk memilikinya." tawar Daniel menyerahkan jam tangan bewarna merah di hadapan Dissa.

Dissa menatap jam tangan itu dari tangan pria yang tadi menabraknya dan ia langsung mengambil jam tangan bermerek tersebut.

"Ya sudah aku ambil jam tangan ini demi mengganti jam tangan aku yang kamu rusak. Tapi ketahuilah, aku bisa membeli jam tangan ini sebanyak 20 jam tangan model bermerek lebih bagus dari ini. Minggir! aku mau lewat!" ucap Dissa cetus, mendorong  tubuh tegap Daniel agar memberikan jalan kepada Dissa.

"Huft... Sombong sekali wanita itu. Hem... cantik sih tapi gak punya attitude yang baik," gumam Daniel dalam hati, menatap punggung mulus milik wanita yang berjalan menjauh dari hadapannya.

Dissa berjalan ke arah tempat pelaminan.

"Rini, selamat atas pernikahan kamu dengan Reky. Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan  warahmah." Doa Dissa tulus kepsda teman dekatnya.

Rini yang sempat berbicara dengan seorang pria di depan Dissa, ia menoleh dan membalas ucapan Dissa.

"Iya, terima kasih. Kapan kamu menyusul seperti aku, Dis?" tanya Rini menatap kedua bola mata Dissa.

"Nanti saja, aku gak suka pacaran dengan hubungan ketidakpastian dan aku juga tidak ingin mendengar banyaknya inilah itulah, duh... Aku muak dengan alasan klasiknya," imbuh Dissa tersenyum menampilkan gigi putihnya.

"Kamu ini ada-ada saja," balas Rini.

"Daniel! Daniel!" panggil Rini saat melihat seorang pria berjalan melewati pelaminan pengantin menuju meja makan.

Dissa yang melihat seseorang yang dipanggil oleh temannya, tiba-tiba, ia terkejut menatap wajah orang itu yang tadi sempat menabraknya dan membuat jam tangannya rusak.

"Iya ada apa," jawab Daniel menoleh dan berjalan ke arah Rini.

"Daniel, tolong panggilkan fotografi itu untuk mengambil foto aku bersama temanku yang cantik ini," perintah Rini, dengan memasang wajah memohon di hadapan Daniel.

Daniel menoleh ke arah teman Rini, dia juga sama halnya terkejut ketika melihat wajah seorang wanita sombong yang tadinya ia tabrak. "Dia," gumam Daniel kecil tetapi masih di dengar oleh Dissa. Dissa menatap kedua bola mata malas ke arahnya.

"Baiklah, Rin," balas Daniel singkat dan dia berjalan ke arah salah satu fotografi dan fotografi tersebut mulai mengambil gambar Rini bersama Dissa.

Daniel yang merasa tidak dibutuhkan lagi, kini melanjutkan rutinitasnya untuk menuju meja makan.

"Daniel... Ayo kesini," panggil Rini lagi.

"Iya ada apa lagi," balas Daniel menatap malas ke arah Rini karena dia tahu nantinya akan disuruh lagi.

"Daniel, kesini dong kamu ini masa sendiri terus. Kenalin ini teman aku bernama Dissa, dia adalah anak dari perusahaan Industri terkaya kedua di dunia," ujar Rini menyuruh Daniel untuk berkenalan dengan temannya.

"Iya, salam kenal ya namaku Daniel," ucap Daniel  mulai mengulurkan tangannya di hadapan Dissa dan ia menarik kembali tangannya karena tidak dibalas oleh Dissa.

Dissa tersenyum dan dia mulai berjalan turun ke arah bawah pelaminan. Namun langkah kakinya terhenti saat ia merasakan tangannya ditarik oleh seseorang.

"Dissa, kamu mau kemana? Tetaplah disini dulu. Apa kamu tidak bosan dengan status Jomblo kamu itu dan tidak ingin merasakan jatuh cinta lagi, cobalah kenalan sama Daniel siapa tahu kalian berjodoh," jelas Rini panjang lebar menatap wajah Dissa.

"Baiklah," jawab Dissa singkat menatap malas ke arah Rini di hadapannya.

"Dissa, tahu gak Daniel ini seorang dokter muda loh dan dia juga lulusan mahasiswa terbaik di kampusnya. Sebentar lagi, ia di tempat kerjanya akan diangkat sebagai Direktur di rumah sakit ternama. Tidak hanya itu saja, dia orangnya baik dan penyayang. Hewan peliharaannya saja disayang dan dikasih makan apalagi kamu yang nantinya jadi sebagai panutan hatinya," jelas Rini.

"Terus perlu aku bilang wow gitu," balas Dissa cuek.

"Duh kamu kok gitu sih, masa cowok ganteng dan dokter muda seperti Daniel masih kamu abaikan saja, gak sayang apa nanti digebetin sama cewek lain," ujar Rini berusaha membujuk Dissa agar membuka hatinya kembali.

"Oh, terus kalo aku abaikan saja, kenapa? Ngiri bilang bos," balas Dissa di hadapan Rina.

"Ehem," suara deheman Daniel menghentikan perdebatan mereka.

Rina dan Dissa menoleh ke arah Daniel.

"Nona muda, bolehkah saya meminta nomor ponselmu?" tanya Daniel.

"Maaf saya tidak hapal nomor ponsel saya dan saya tidak terbiasa memberikan nomor ponsel saya kepada orang asing," jawab Dissa cetus menatap remeh ke arah Daniel.

"Tenanglah Daniel, nanti setelah acara ini selesai maka aku akan kirimkan langsung nomor ponsel Dissa kepadamu," jawab Rina menenangkan Daniel karena hampir terpancing emosi oleh sikap Dissa.

"Terima kasih Rina, Kamu adalah temanku yang baik setelah suamimu," ujar Daniel tersenyum penuh kemenangan menatap ke arah Dissa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status