Di sebuah jalan yang terlihat sempit dan hanya bisa dijalankan oleh satu kendaraan, terlihat sebuah mobil rumah sakit melaju dengan kecepatan tinggi. Mobil itu telah di renovasi sehingga kaca dan pintu pada mobil tidak akan retak karena dibaluti besi anti peluru. Begitupun, mobil yang ditumpangi oleh Diki, Daniel dan Budi mobil mereka anti peluru.
Suasana di dalam mobil terlihat hening, semua orang yang duduk di dalam mobil menyalami pikirannya masing-masing.
Jesika yang duduk di kursi penumpang sedang memikirkan bagaimana keadaan Dissa, walaupun dia sangat membencinya tapi ia tetap peduli dengan Dissa. Dulu, Dissa sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri. Semenjak ia mengetahui Dissa bermain api dengan pacarnya, sejak itulah putus hubungan antara kakak dan adik.
"Semoga kau disana baik-baik saja," gumam Sarah tulus seraya menatap luar kaca mobil.
Nick yang duduk di sebelah Criss pun menyelami harapan
Di depan gerbang Mension mewah milik Kenzo, terdengar beberapa kegaduhan dari depan gerbang. Kedua satpam yang sedang duduk di pos keamanan Mension Kenzo. Sebenarnya, mereka mengetahui ada beberapa perkelahian antara musuh Kenzo dengan mayat hidup yang dijadikan Kenzo sebagai senjata biologisnya. Namun, karena mereka diutus untuk tetap mengabaikan saja hal itu dan demi menyangkut keselamatan bersama. Akhirnya, mereka tetap duduk di pos keamanan mension. Sementara di luar gerbang, Diki, Daniel dan Budi telah mengeluarkan senjata api dengan menggunakan peluru mematikan. Siapa saja yang terkena tembakan maka mereka tubuh mereka langsung mengeluarkan asap dan mati di tempat. "Mari serang mereka secara berpencar," ucap Diki. Mereka pun mulai mengalahkan beberapa mayat hidup di depannya. Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! Dor! "Shit!" umpat Daniel saat peluru di
"Cepat, lakukan tugas kalian. Jangan sampai kalian kalah dengan permainan mereka," ucap Kenzo dari balik panggilannya."Baik Tuan," ucap seorang pria bertubuh kekar yang berada di depan mensionnya.Akhirnya, Kenzo mematikan sambungan panggilan sepihak dan ia melangkahkan kaki menuju pintu ruangan.Kenzo berjalan menelusuri lorong mension dan di sepanjang jalan ia tersenyum penuh arti karena tunggu sebentar lagi permainan terakhirnya akan dimulai."Dengarkan aku, sebentar lagi permainan terakhirku akan dimulai," ucap Kenzo terus melangkahkan kakinya menuju satu ruangan.Ting!Pintu lift terbuka dan sampailah mereka di lantai tingkat satu mension.Kenzo terus menarik paksa tangan Dissa dan sampailah di tempat tujuan yang dimana mereka berdiri di depan pintu ruangan.Kenzo membuka pintu kamarnya menggunakan telapak tanga
Cekrek!Suara pintu terbuka dan disana terlihat seorang wanita cantik yang sedang terbaring lemah di atas tempat tidur. Wanita itu adalah Dissa Richard. Dengan kecantikan yang menyerupai panutan hati Kenzo Albert membuat hidup Kenzo lebih berarti.Kenzo tersenyum tulus menatap ke arah Dissa yang masih setia menutup kedua bola matanya di atas tempat tidur. Tadi, sebelum Kenzo datang kesini. Ia menyuruh maid yang bertugas mengantarkan makanan untuk terlebih dahulu memasukkan sebuah obat tidur agar Dissa tidak bisa kabur dari mensionnya.Kenzo masuk ke dalam kamar bernuansa gold dan ia menutup pintu kamar dengan sangat pelan. Kenzo melangkahkan kakinya menuju tempat tidur Dissa. Setelah sampai di depan Dissa, Kenzo menatap penuh cinta dan ia berpikir sejenak apa yang akan dilakukannya terhadap Dissa itu benar atau tidak.Kenzo mengambil sebuah alat suntik yang berada di kantong belakang celananya. Sebenarnya, ia ragu
Diki mengalihkan pandangannya menuju Daniel. "Iya, benar katamu." sahut Diki dan mereka melirik ke arah sekitarnya."Budi," ucap Daniel dan Diki bersamaan."Dimana dia?" tanya Diki."Aku tidak tahu, maka dari itulah aku seperti kehilangan sesuatu dan ternyata Budi tidak bersama kita." jawab Daniel."Sepertinya, Budi sedang dikejar oleh beberapa mayat hidup tadi. Bagaimana ini? Budi tidak pandai membela diri dan kita harus secepatnya menolongnya," lanjut Daniel."Ayo," jawab Diki dan mereka berjalan cepat menuju pinggir jalan mension.Diki dan Daniel terus berjalan cepat mencari keberadaan Budi.Daniel yang masih berjalan dan menatap ke sekelilingnya, ia mendapati seorang pria yang sedang memanjat di atas pohon mangga."Sepertinya, aku kenal dengan pria itu atau jangan-jangan..." ucap Daniel terhenti saat mendapati sua
Kenzo menitikkan buliran kristal yang hampir mengenai wajah tampannya dan ia tak membayangkan betapa besar perjuangan Cinta Surga mereka."Aku tahu Dissa mirip dengan Sarah, Istrimu. Tapi, demi cinta surga izinkan dia menjadi istriku. Jangan sakiti diri sendiri demi keegoisan diri dan dendam hati. Ayo kita mulai hidup yang baru dan menata hidup yang lebih baik." imbuh Daniel.Kenzo mengalihkan pandangannya menuju ke arah Daniel. "Aku tidak ikhlas jika kalian bahagia dan sementara aku menderita!" bentak Kenzo mengepalkan kedua tangannya dan menatap tajam ke arah Daniel dan terjadilah baku hantam."Dissa, jangan bergerak biarkan aku yang melepaskan semua ikatan yang berada pada tubuhmu," ucap Budi mulai memotong ikatan tali yang mengikat erat di tubuh Dissa."Terima kasih." sahut Dissa membuang tali yang melekat di tubuhnya.Budi mengamati Dissa yang berusaha berdiri dari duduknya.
Pagi telah menjelang, sinar matahari terbit dengan semestinya.Di sebuah mension mewah keluarga Richard terlihat seorang wanita paruh baya tetapi terlihat tetap awet muda dan cantik.Dila sedang menelpon seseorang yang sangat dirindukannya."Nomor yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan, silahkan hubungi nomor ini nanti." ucap Seorang pemilik kartu ponsel Dissa yang panggilannya tidak terhubung."Ada apa ini? Kenapa dari tadi tidak masuk panggilan teleponku." gumam Dila mulai cemas dengan keadaan anaknya.Dedi yang baru keluar dari ruang kerjanya, ia menyerhitkan keningnya saat melihat istrinya yang sedang mondar-mandir dari ruang keluarganya di lantai tingkat dua. Dedi berjalan menuju ke arah Dila."Sayang, kamu kenapa?" tanya Dedi berdiri di sebelah Dila.Dila menoleh ke arah sumber suara dan ia memberikan senyuman tipisnya. "Aku
Tok! Tok! Tok!"Masuk!" ucap Dedi dari ruang kerjanya di dalam mension mewahnya."Permisi Tuan, ini semua laporannya dan dapat tuan periksa terlebih dahulu." jelas tangan kanan Dedi."Tidak usah, kau bisa kembali ke tempat kerjamu," ucap Dedi yang sedang duduk di kursi kebesarannya.Dedi mengalihkan pandangannya menuju sebuah dokumen yang diberikan oleh tangan kanannya. Dedi khawatir dengan keadaan Dila yang sepanjang hari terus mengurungkan diri. Akhirnya, Dedi berinisiatif untuk menyuruh tangan kanannya agar dapat melakukan pencarian terhadap Dissa bersama Daniel.Dedi mengambil beberapa dokumen kertas yang berada di atas mejanya dan ia mulai membuka lembar demi lembar untuk dibacanya dan betapa terkejutnya Dedi saat membaca laporan dari tangan kanannya bahwa Dissa sedang diculik oleh seorang pengusaha bernama Kenzo Albert dan berada di kota yang dipenuhi oleh virus mematikan.
Ting!Pintu lift terbuka dan Diki berjalan keluar lift. Baru saja, ia melangkahkan kaki berjalan keluar lift, ia mendengar suara teriakan histeris dari Daniel, Criss, dan Budi."Izinkan aku memberikan vaksin ini kepada Dissa," ucap Diki meminta izin di depan Daniel. Daniel mengangguk dan melihat Diki sedang mendudukan diri dan mengambil beberapa alat suntik dari saku celananya.Diki mengarahkan jarum suntik itu di lengan kiri Dissa dan ia berhasil memberikan satu vaksin. Menurut takaran yang ia pelajari, jika Kenzo memberikan suntikan langsung ke dalam tubuh orang lain maka orang itu harus menerima vaksin sebanyak tiga suntikan. Diki mengambil alat suntik itu lagi dan mulai menyuntikkan ke arah tubuh Dissa.Terakhir, Diki pun melakukan hal yang sama untuk menyuntikkan Dissa dan tubuh Dissa yang dipenuhi oleh berbagai guratan berwarna biru. Sedikit demi sedikit telah hilang dan memudar.