Share

Pelacur Berkelas
Pelacur Berkelas
Penulis: Pena Baper

Pelacur pemula

"Berapa bayaran mu satu malam Nona?" Tanya seorang laki-laki yang berkumis tipis, wajah blasteran yang melekat pada dirinya membuat ia begitu tampan dengan baju jas putih nya itu.

Tiara menoleh menatap seorang yang berada disampingnya itu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tak sedikitpun dari bagian tubuh laki-laki itu lepas dari penglihatan Tiara.

Wajah blasteran keturunan Jerman Indonesia membuat laki-laki itu tampan dengan hidung mancung dan bibir tipis. Mata Tiara turun menatap bagian dada yang seperti nya nyaman untuk bersandar itu. 

'Apakah di dalam sana ada roti sobek seperti yang selalu di tulis pada novel-novel yang sempat aku baca dulu sebelum memutuskan untuk menjadi pelacur?' gumam Tiara dalam hatinya.

"Nona, berapa bayarannya untuk satu malam?" Tanya laki-laki itu lagi mengulangi pertanyaan yang sejak tadi tidak mendapatkan jawaban apapun.

"Apakah kau orang kaya tuan?" Bukan nya menjawab Tiara malah balik bertanya.

Laki-laki itu mengerutkan keningnya saat mendapat kan pertanyaan dari Tiara.

"Baiklah jika seperti itu, kamu seperti nya suka berbasa-basi terlebih dahulu sebelum mengutarakan tujuan yang sebenarnya." Laki-laki itu mengulurkan tangannya kepada Tiara, "Kenalkan nama ku Septian Putra Rahadian. Kamu boleh memanggil ku Tian." Ucap laki-laki itu sambil sedikit mengembangkan senyumnya.

Tiara menaikkan alisnya namun tetap ia menerima uluran tangan itu, "Tiara Aprilia, panggil saja aku Ara." Ucap Ara menerima uluran tangan Tian.

Laki-laki yang bernama Septian itu mengangguk sambil mengembangkan senyumnya. "Baiklah Ara, bagaimana dengan jawaban dari pertanyaan ku tadi?"

Ara melepaskan tangannya dari genggaman tangan Tian, "Lalu bagaimana dengan jawaban dari pertanyaan ku tadi Tian?"

Tian tertawa, "Mengapa kamu bertanya seperti itu hm? Apa hanya orang kaya yang bisa menyentuh dan menikmati tubuh seksi mu itu?"

Ara nampak sedikit malu-malu mendapatkan pertanyaan dari Tian itu, bukannya menjawab Ara malah semakin mendekati dirinya pada Tian hingga tak ada lagi jarak yang tersisa antara mereka.

"Ck! Kau seperti kucing, malu-malu tapi mau ya." 

Tak ada jawaban, Ara malah mendekat kan mulutnya ke telinga Tian. "Maaf tuan, sebenarnya ini kali pertama saya menjadi pelacur." Bisik Ara yang langsung membuat Tian melebarkan matanya karena tidak percaya dengan ucapan dari Ara barusan.

"Serius? Belum ada yang menikmati tubuh mu ini?" Tanya Tian dengan tampang terkejutnya.

Ara mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Tian barusan itu.

Tian menoleh ke sekeliling menatap club malam yang begitu ramai dengan suara musik yang begitu membuat gendangan telinga seperti ingin pecah.

"Ikut aku." Ucap Tian sambil menyeret Ara untuk mengikuti dirinya tanpa menunggu jawaban dari gadis itu terlebih dahulu.

**

Klap klip lampu di cafe Milik Tian menyambut kedatangan Tian dan Ara yang baru memasuki pintu utama. Nampak sekali bahwa keadaan antara mereka berdua sedang begitu canggung.

"Selamat datang Tuan, apakah mau saya siapkan tempat seperti biasanya?" Sapa salah satu pelayan yang sedang menyambut kedatangan mereka.

Tian menggeleng kan kepalanya, "Saya sedang tidak butuh privasi Lili. Jadi saya akan memilih dimana tempat yang membuat wanita ini nyaman." Jawab Tian sambil mengembangkan senyumnya.

Pelayanan bernama Lili itu mengangguk kan kepala nya dan kemudian berlalu meninggalkan Tian dan Ara.

Mata Ara memilih sebuah kursi kosong yang berhadapan langsung dengan laut lepas. Iya, cafe yang mereka kunjungi ini begitu mengutamakan keindahan untuk para pelanggan. Cafe ini berdiri tidak jauh dari arena pantai. Dengan interior yang begitu mewah membuat kesan wah pada siapapun pelangan yang berkunjung. Bagi mereka kepuasan pelanggan adalah nomor satu dalam menikmati keindahan cafe bersama segelas coffe.

"Kamu menyukainya Ara?" Tanya Tian saat melihat Ara yang tampak terpana itu.

Ara mengangguk dengan cepat. " Ini indah sekali, bagaimana mungkin ada cafe seperti ini di ibu kota ya?"

Tian terkekeh mendengar pertanyaan dari Ara, sejak pertama melihat Ara ia sudah begitu jatuh hati pada gadis itu di tambah lagi dengan tingkah nya yang begitu polos dan terkesan apa adanya itu membuat Tian menjadi gemas sendiri.

 "Sekilas informasi, cafe ini milik ku Ara." Ucap Tian setengah berbisik.

Ara mengangga mendengar nya, matanya berbinar. "Benarkah ini cafe milikmu Tuan? Kira-kira berapa harga untuk membangun cafe seperti ini?" Tanya Ara dengan begitu polosnya.

Kembali Tian terkekeh mendengar pertanyaan dari Ara itu, "Tidak banyak kok, hanya--" Tian menggantung ucapannya sambil menatap Ara yang sedang menunggu jawaban itu.

"Berapa bayaran untuk bisa menikmati tubuh seksi mu itu Ara?"

Seorang pelayan datang membawa minuman untuk Ara dan Tian hingga membuat Ara yang ingin menjawab pertanyaan Tian mengurungkan niatnya.

"Silahkan dinikmati Tuan dan Nona." Ucap pelayan itu sebelum pergi meninggalkan mereka.

Ara mengambil minuman coklat panas yang di hidangkan padanya itu. Ditiupnya lebih dulu agar tidak terlalu panas masuk ke tenggorokannya nanti.

Semuanya itu tidak lepas dari pandangan mata Tian. Laki-laki itu seperti menikmati pemandangan yang ada dk hadapan nya.

"Jangan memandangku seperti itu Tuan nanti kamu bisa jatuh cinta padaku dan jangan salahkan aku kalau aku tidak mau bertanggungjawab dengan rasa mu itu." Ucap Ara dan kembali menikmati coklatnya mengulangi ritual tadi.

Tian tertawa, "Percaya diri seklai anda Nona mengatakan hal seperti itu padaku."

Ara meletakkan gelas coklat nya di atas meja, "Bukankah tidak menutupi kemungkinan jika hal seperti itu bisa terjadi di zaman sekarang?"

Tian tertawa, "Jika hal seperti itu bisa terjadi aku akan sujud syukur nona dan akan aku pastikan dirimu menjadi ratu di hati ku yang bertahta."

"Ah, lupakan saja itu Tuan, aku sendiri juga tidak ingin hal seperti itu terjadi. Aku menyukai hidup yang bebas tanpa ada larangan karena begitu lah cara ku menikmati hidup ku ini."

Ara menatap Tian tepat di manik matanya itu, "Bagaimana dengan anda Tuan?" Tanya Ara.

"Sama seperti mu Ara, aku juga suka kebebasan karena seperti itulah aku menikmati hidupku ini. Aku tidak menyukai sebuah hubungan ataupun status. Apalagi keterikatan dalam hubungan yang sangat meribet kan itu."

Ara mengangguk tanda mengerti dengan penjelasan dari Tian itu, "Lalu, sejauh ini sudah berapa banyak wanita yang kau habiskan malam dengannya?" Tanya Ara.

Tian tertawa, "Ah itu, aku bahkan tidak menghitung jumlahnya Ara. Jika aku suka dan aku mau aku akan pastikan bahwa wanita itu akan mendesah hebat menyebut namaku dengan begitu seksi."

Tak ada jawaban apapun dari Ara, wanita itu kembali meminum coklat nya yang sudah mulai dingin itu.

Hening beberapa menit menyelimuti keduanya sampai Tian berdehem untuk mencair kan suasana. "Bagaimana dengan Pertanyaan ku tadi Ara. Berapa yang harus aku bayar untuk membuat mu mendesah sepanjang malam?"

Ara diam sejenak, memilih kata yang pas untuk jawaban yang memang sejak awal sudah di lontarkan oleh Tian itu.

"Untuk pelacur pemula seperti ku ini, Apakah bayaran 1 Triliun merupakan hal yang begitu besar?" Jawab Ara dengan sedikit hati-hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status