Home / Romansa / Pelacur Berkelas / Telepon Tengah Malam

Share

Telepon Tengah Malam

Author: Pena Baper
last update Huling Na-update: 2021-05-17 10:59:48

Ara kembali ke kostan nya yang begitu kecil namun cukup nyaman bagi dirinya untuk tinggal di situ. Ia langsung membaringkan tubuhnya di kasur nya yang terbilang tidak empuk itu. Tapi karena sudah terbiasa ia tak memperdulikan semuanya itu, yang ia tahu ia bisa melepaskan rasa penat nya.

Saat ingin menutup mata, sebuah telepon masuk dari nomor Ayahnya hingga dengan cepat membuat Tiara langsung mengangkat telepon itu pada deringan ke tiga. Ia bingung dan sekaligus takut jika mendapatkan telepon dari rumah nya itu. Ia takut ada apa-apa disana.

"Halo yah." Ucap Tiara setelah menekan tombol hijau mengangkat telepon.

"Apa kabar Nak?" Tanya Ayah Kaira diseberang sana.

"Baik kok Yah, Ayah sendiri bagaimana? Ibu sehat?" Tanya Tiara.

"Baguslah jika seperti itu sayang, ibu baik-baik saja kok."

"Jadi ngomong-ngomong apa yang membuat Ayah menelpon ku? Apa ada masalah Yah? Biasanya Ayah akan menghubungi ku jika ada masalah yang terjadi. Jadi apa masalah nya sekarang Yah?" Tanya Kaira.

Terdengar suara tawa dari seberang sana membuat Tiara menjadi cemas. Ia tahu bahwa kali ini ia akan mendapatkan masalah yang tak bisa ia tolak. "Kamu begitu hafal ternyata." 

"Sudah sering ayah lakukan dan mana mungkin Ara bisa lupa Yah."

"Kamu benar juga, Ayah lupa kalau kamu adalah lulusan S2 di usia sangat muda sayang."

"Sudahlah Yah, jangan berbasa-basi lagi. Ayah tahu kan bahwa Ara tidak menyukai basa-basi seperti itu? Jadi katakanlah apa yang ingin ayah katakan. Jika Ara mampu Ara akan penuhi tapi jika tidak maka Ara minta maaf."

"Besok pulang lah pagi-pagi Nak, Ayah dan Ibu merindukan mu. Rindu makan semeja dengan mu lagi." Bukannya menjawab Ayah nya malah mengubah topik pembahasan.

Ara semakin bingung di buat nya, sebenarnya apa yang coba ingin di katakan oleh Ayahnya diseberang sana. Entah kenapa ada firasat buruk yang hinggap di hati Tiara saat ini.

"Baiklah jika seperti itu, Ara pulang besok untuk ikut sarapan bersama kalian." Putus Ara akhirnya, sebenarnya ia sangat penasaran dengan apa yang ingin di katakan oleh ayah nya makanya dirinya memutuskan untuk pulang besok. Daripada ia menerka-nerka yang tidak-tidak saat ini.

"Ah, kau terlalu peka ternyata orang nya sayang. Baiklah jika seperti itu selamat malam kesayangan Ayah, semoga mimpi mu indah malam ini. Sampai jumpa besok pagi." Setelah mengatakan itu tanpa menunggu jawaban dari Ara, telepon pun langsung di putuskan secara sepihak.

Ara menaikkan alisnya menatap benda pipih di genggaman nya, ada rasa aneh yang dirinyalah sendiri tidak tahu apa itu sebenarnya.

Tanpa berniat memikirkan lebih jauh lagi, Ara langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur itu dan menatap langit-langit kamarnya. Pikiran nya menerawang jauh kesana kemari seperti memcari ingatan yang hilang.

Belum sempat larut dalam lamunannya tentang masa lalu, kembali dirinya di tarik dengan suara ponsel.

"Siapa lagi yang menelpon malam-malam seperti ini sih?" Tanya Ara yang sudah begitu kesal karena sejak tadi ada saja pengnggu waktu santainya itu.

Ara melihat sebuah nomor tidak di kenal yang menelponnya membuat ia menaikkan alisnya. Tanpa memperdulikan nya Ara kembali pada posisi awal nya itu.

Tapi lagi-lagi ponselnya kembali berbunyi dari nomor yang sama kembali menghubungi dirinya.

"Astaga siapa sih malam-malam gini nelpon mulu. Nggak ada kerjaan atau apa ya. Ganggu waktu istirahat orang aja sih!! Ini pasti orang-orang iseng di pinggiran jalan sana, besok seperti nya aku harus Menganti nomor baru." Ucap Ara sambil melihat ponselnya yang sedang berdering dan kemudian mati.

Saat ingin kembali pada posisinya semuala sebuah pesan masuk ke ponselnya membuat Ara mau tak mau membuka pesan itu yang di kirim dari nomor yang sama.

082257******

Tian

Ara menaikkan alisnya saat membaca pesan yang dikirim oleh nomor yang tidak kenal itu. Hanya satu kata saja isinya namun padat dan jelas untuk Ara mengetahui siapa yang sejak tadi menelpon nya itu.

"Tian itu yang mana sih orang nya? Apa kami pernah bertemu atau--" 

Saat ia ingin melanjutkan ucapannya sendiri kembali sebuah panggilan masuk ke ponselnya dari nomor yang sama sejak tadi menelpon itu. Dengan sedikit hati-hati Ara menekan tombol hijau untuk mengangkat telepon itu.

"Iya," ucap Ara saat telepon sudah tersambung.

"Astaga kau sangat hati-hati sekali Nona hingga sejak tadi telpon ku hanya kau lihat saja." Ucap Tian di seberang sana dengan sedikit kesal.

"Maaf anda siapa ya?" Tanya Ara, ia masih menemukan memori tentang orang yang bernama Tian itu. Apakah mereka pernah kenal sebelumnya atau Ara mempunyai hutang kepada orang itu yang belum di bayar makanya membuat orang itu menelpon nya untuk menagih hutang itu.

"Ck! Kau benar-benar lupa atau bagaimana sih nona? Baru saja tadi kita bertemu menghabiskan waktu bersama eh saat pulang kau melupakan diriku. Sungguh luar biasa kau nona pelacur Mahal dengan harga 1 triliun. Apakah seperti itu kau melupakan banyaknya orang yang bersama mu selama ini hingga kau bilang tadi bahwa kau baru menjadi pelacur?" Ucap Tian dengan begitu kesal. Entahlah dirinya juga tidak tahu mengapa wanita itu sungguh begitu cepat melupakan dirinya yang sangat tampan ini.

"Astaga, apakah itu kau Tuan? Aku hampir saja melupakan dirimu. Maaf kan aku yang tidak mengenal mu." Terdengar suara kekehan kecil dari Ara hingga membuat Tian menjadi berkali-kali lipat kesalnya.

"Kau mempermainkan ku nona?"

"Tidak tuan, aku sungguh tidak mengenal mu. Habisnya kau hanya mengirim pesan hanya satu kata saja. Nama Tian juga bukan hanya kau seorang saja. Banyak sekali nama Tian di dunia ini, seperti tetangga ku dan anak di pinggir jalan sana yang selalu menggoda ku." Jawab Ara membela dirinya.

"Banyak sekali alasan mu nona pelacur."

"Jika kau tidak percaya aku tidak masalah, toh aku tidak meminta siapapun percaya dengan ku. Itu hak mu jika tidak mempercayai ku, tugas ku hanya mengatakan yang sebenarnya saja."

"Setelah puas mempermainkan ku kau malah memberikan banyak alasan dan sekarang kau malah berbicara seolah aku yang salah. Astaga kau benar-benar menguji kesabaran ternyata nona."

Ara tersenyum, entahlah baginya ucapan Tian itu begitu menggelitik hatinya. Wajah Tian yang kesal terbayang-bayang di wajah nya hingga membuat dirinya semakin ingin tertawa.

"Apa yang membuat mu menelpon ku malam-malam seperti ini tuan?" Tanya Ara setelah bisa menguasai dirinya itu. Bagaimanapun ia harus bisa menahan tawanya agar tidak pecah dan membuat Tian kembali menjadi kesal dengan wajah datarnya itu.

"Besok pagi kau sibuk?"

"Kenapa?"

"Aku ingin mengajak mu sarapan bersama."

"Sorry, besok aku sudah ada janji."

"Ck! Menjadi pelacur juga merupakan orang sibuk ya." Ucap Tian dan kemudian langsung mematikan sambungan telepon secara sepihak.

Bukannya marah, Ara malah tersenyum menatap benda pipih yang sudah mati itu. "Unik sekali kau tuan terhormat membuat ku terasa di tantang untuk mendapatkan dirimu." Ucap Ara

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pelacur Berkelas   Aku mengizinkan mu

    “Apa yang kamu lakukan? bukankah aku sudah mengatakan untuk keluar dari sini? mengapa malah berbalik lagi?”Ara memejamkan matanya sebentar dan kemudian menatap Tian, “Aku mengizinkanmu mengambil keperawanan ku Tian, sebagai gantinya tolong nikahi aku dan lindungi aku.” Ucap Ara.Mendengar itu, Tian langsung bangun dan duduk disamping Ara. Kening nya berkerut saat melihat ekspresi wajah Ara yang seperti ketakutan itu.Baru beberapa menit yang lalu wanita itu pergi meninggalkan kamar ini dengan sangat arogan sekali. Tapi kenapa kini ia berbalik dengan ekspresi yang Sangat kacau seperti ini."Apa yang terjadi Ra?" Tanya Tian.Ara diam, ia masih mengatur pernapasannya yang tidak beraturan itu.Berlarian dengan kecepatan seperti tadi itu benar-benar tak pernah ia lakukan semenjak lulus dari sekolah SMA yang mewajibkan semua siswa untuk ola

  • Pelacur Berkelas   Tolong lindungi aku

    Ara menatap kesekeliingnya saat memasuki sebuah kamar hotel yang telah di pesan oleh Tian.“Kenapa?” tanya Tian saat menyadari bahwa Ara tampak tidak suka.“Apa?” Tanya Ara yang seolah tidak mengerti kemana perginya pertanyaan Tian barusan itu.“Kau tidak menyukai kamarnya?” tanya Tian.Ara menoleh kearah Tian yang ada disampingnya itu, “Kenapa? apa pedulimu hm?” tanya Ara sinis.Tian terkekeh saat mendnegar jawaban dari Ara itu, Wanita ini selalu saja bertingkah di luar ekspetasinya dan itu adalah hal yang paling ia sukai.“Jadi, kapan kita aka

  • Pelacur Berkelas   Aku setuju

    "Ini adalah salah satu resiko menjadi wanita malam Ra. Hanya ada dua pilihan saat kau memutuskan masuk ke dunia malam. Yang pertama kau harus menghayati peran mu dengan menjadi pelacur sungguhan yang hina atau keluar dari dunia malam tanpa mendapatkan apapun yang kau cari!" Ucap Tian lagi.Dan ekspresi Ara saat ini Benar-benar tidak bisa terbaca. Entah apa yang saat ini ia pikirkan setelah mendengar pernyataan dari Tian barusan itu.Dengan sangat santai sambil mengembangkan sebuah senyum Tiara menjawab, "Hidupku bukanlah sebuah pilihan! Bagaimana kedepannya, cukup aku yang tahu tentang hidupku." Ucap Ara setelah cukup lama terdiam.Tian menganggukkan kepalanya atas ucapan yang di ucapkan oleh Ara barusan itu. Kedua tangannya ia lipat di dada serta saat ini ia ber

  • Pelacur Berkelas   Dua Pilihan

    Ara terdiam saat memasuki sebuah cafe tapi tak ada satupun orang yang datang. Cafe ini benar-benar sangat sepi Sekali, Ara terus saja bertanya-tanya di dalam hati. Apa yang sedang direncanakan oleh Tian saat ini? "Selamat datang nona." Ucap salah satu pelayan cafe tersebut sambil menundukkan kepalanya saat Ara berhenti di hadapannya. "Terimakasih." Jawab Ara sambil mengembang kan sebuah senyum. Lebih tepatnya senyum yang dipaksakan. "Atas nama nona Tiara Aprilia kan?" Tanya pelayan tersebut memastikan tamu nya itu. Ara mengangguk kan kepalanya kepada si pelayan tersebut. "Mari nona, ikut saya. Akan saya tunjukkan tempat nya

  • Pelacur Berkelas   Sebuah Rencana

    Ara membuka matanya dan pandangan pertamanya jatuh pada langit kamar yang berwarna putih. Penglihatannya yang kurang jelas itu langsung membuat ia mengedipkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya.Kini penglihatannyayang kurang jelas pada langit kamar itu menjadi begitu terang. Ia menoleh ke arah sampingnya untuk mengenali tempat ia berada saat ini.Ini bukan kamarnya maupun kontrakan nya. Jadi, ini dimanan? Rumah sakit? Bukan! ini juga bukan rmah sakit. Lalu ini dimana?Pandangan mata Ara jatuh pada dirinya sendiri yang sedang berada dalam selimut tebal. kasur yang berukuran king itu langsung menraik perhatiannya.“Apakah aku sedang berada di hotel?” Tanya Ara pada dirinya sendir

  • Pelacur Berkelas   Kesedihan Ara

    Ara terus saja berjalan membawa diri, ucapan Ken masih terngiang’-ngiang di telinga nya saat ini.Hancur? mungkin itu satu kata yang bisa menggambarkan keadaannya saat ini. Bagaimana bisa ia percaya bahwa orang yang selama ini ia percaya adalah musuh dirinya yang sebenarnya. Dan bodohnya dirinya karena begitu mempercayai laki’-laki yang ia sebut seorang sahabat itu.Masih begitu ingat dalam ingatan bagaimana Ken datang dalam hidupnya dan memberikan ia keyakinan untuk membantu memecahkan segala masalah yang sedang ia hadapi.Meskipun agak sedikit lama namun Ken benar-benar berhasil menipu dirinya.Ia juga ingat bagaimana ia memberitahuKan tentang rencana yang menurutnya akan berhasil untuk memancing si pembunuh keluar dari sarangnya. Namun beberapa kali serangan yang ia lakukan ia harus menelan kenyataan yang begitu pahit sekali karena as selalu berakhir dengan kegagalan dna kali ini

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status