Beranda / Romansa / Pelacur Berkelas / Memenuhi Panggilan

Share

Memenuhi Panggilan

Penulis: Pena Baper
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-18 22:34:54

Subuh sekali, Ara sudah tiba di depan pagar yang menjulang tinggi berwarna coklat tua. Di dalam sana ada rumah megah berwarna putih biru.

Pintu gerbang dibuka oleh seorang satpam yang sedang bertugas pagi. "Selamat pagi Nona." Sapa satpam itu saat melihat sosok Tiara yang sedang berdiri dengan tangan dilipat di dada.

"Bapak tidur ya?" Tanya Ara, tatapannya begitu mendalam pada satpam itu.

"Anu Non, itu-"

"Anu apa hm?" Potong Ara cepat membuat Satpam itu semakin ketakutan.

Ia sungguh benci jika tamu rumah ini adalah seorang Tiara Aprilia. Seseorang yang selalu datang dan pergi seenak nya dan jangan lupa interogasi nya yang selalu membuat siapa saja jantungan karena hanya ada dua pilihan. Jika tidak dipecat maka tidak akan mendapatkan gaji satu bulan full.

Ara menoleh pada arloji di tangan nya itu, "Jam empat lewat empat puluh lima menit, apa setiap jam segini waktunya untuk tidur?" Tanya Ara dengan sedikit ditekankan pada kata tidur.

"Iya Non," satpam itu langsung menutup mulutnya sambil menatap Ara yang sedang tersenyum ke arahnya, "Eh tidak." Sambung nya lagi.

"Jadi jawaban yang benar iya atau tidak ni?"  Tanya Ara, ia sudah ingin tertawa melihat wajah satpam yang ada di hadapannya itu.

Sebuah mobil berhenti tepat di depan Ara sambil membunyikan klakson agar Ara mendekat.

"Nama lengkap Supriyanto umur 40 tahun lebih 7 bulan 58 hari 29 jam. Baru masuk kerja 3 bulan yang lewat dan dengan ini orang yang bersangkutan akan sa-"

"Non maaf kan saya Non, tolong jangan pecat saya. Saya nggak akan tidur lagi jam segini." Potong pak Satpam yang bernama Supriyanto itu.

Ara sudah ingin sekali rasanya tertawa saat melihat ekspresi pak satpam di hadapannya itu.

"Baiklah, kalau seperti itu. Jika kau bisa menyelamatkan ku dari pertanyaan papa hari ini maka nasibmu aman damai dan Santosa di tangan ku pak. Tapi jika tidak, siap-siap aku kembali nanti dan nasibmu akan sama seperti yang sudah-sudah pak." Ucap Ara sambil mengembangkan senyumnya.

"Maksudnya Non?" Tanya pak satpam itu.

Kembali mobil di hadapannya itu membunyikan klaksonnya hingga membuat Ara tersenyum penuh Arti.

"Kau terlihat begitu tampan hari ini pak dengan seragam satpam mu itu." Ucap Ara sambil mengedipkan sebelah matanya dan kemudian langsung melangkah menuju mobil berwarna putih yang sejak tadi sudah menunggu itu.

Pak satpam itu masih setia diam di tempatnya mencoba mengerti maksudmu ucapan Ara barusan itu.

"Tidakkah kau ingin memuji ku juga pak satpam Supriyanto yang terhormat?" Kembali Ara berucap lewat jendela mobil yang sudah ia buka.

Satpam itu terkejut dan kemudian langsung mengembangkan senyum semanis mungkin, "Anda terlihat begitu cantik Nona bagaikan bidadari yang turun dari langit." 

Kaira sungguh ingin meledakkan tawanya, sejak tadi ia berusaha menahan agar tetap terlihat berwibawa di depan pak Satpam tersebut.

"Astaga, kau pintar sekali dalam merayu ternyata pak. Pantas saja istrimu terlalu mencintaimu. Tolong tambahkan kata seksi di pujianmu itu." 

"Anda terlihat begitu cantik dan seksi nona seperti bidadari yang turun dari langit." Ulang satpam itu menuruti apa yang Ara inginkan

"Ah terimakasih pak." Ucap Ara sambil mengembangkan senyumnya. Tanpa rasa bersalah kembali ia memutar suara pak satpam yang sejak tadi ia rekam itu hingga membuat pak Satpam itu membulatkan matanya.

"Jadi terimakasih untuk hari ini dan kerjasamanya pak. Jika anda tidak bisa menyelamatkan ku dari papa hari ini anda tahu kan apa yang akan terjadi? Tidak hanya di pecat melainkan mungkin anda akan bercerai dengan istri anda pak. Kira-kira bagaimana bahagia nya istri anda jika mendengar rekaman ini ya? Ah pasti nya dirimu sangat di nantikan kepulangan nya." Ucap Ara sambil mengembangkan senyum sinisnya dan kemudian mobil pun berlalu meninggalkan Satpam yang malang itu. Entah bagaimana nasibnya nanti hanya dirinya sendiri yang bisa menentukan nya.

Itulah mengapa semua pembantu rumah ini selalu membenci kepulangan seorang Tiara Aprilia. Gadis itu selalu saja bertingkah di luar nalar dan yang pastinya sesuka dirinya saja.

Ara tertawa saat mobil yang ia naiki itu sudah melaju meninggalkan pekarangan rumah mewah tadi.

"Astaga, wajahnya itu sungguh lucu. Eh ngomong-ngomong apakah ada bidadari yang cantik dan seksi? Kenapa aku baru mendengarnya ya?" Tanya Ara saat baru teringat dengan pujian dari pak satpam itu

Tian yang sejak tadi tak bisa menahan tawanya itu tertawa hingga menampakkan sebuah lubang pipi di sebelah kirinya membuat kegantengan dirinya menjadi berkali-kali lipat 

Iya, saat ini Ara sedang bersama dengan Tian. Tadi malam setelah Tian memutuskan sambungan telepon, Ara mengirimkan sebuah pesan singkat yang hanya berisi alamat rumahnya dan meminta Tian menjemput dirinya dengan jam yang sudah ditentukan.

Ara pikir Tian tidak akan datang karena waktu yang Ara tentukan itu merupakan waktu yang sangat-sangat pas untuk berada di dalam alam mimpi. Tapi nyatanya laki-laki itu datang memenuhi panggilan dari Ara. Mungkinkah Tian sudah menyukai Ara? Secepat itukah?

"Definisi seksi itu seperti apa sih?" Tanya Ara lagi.

Tian diam sejenak, seperti sedang berpikir sebentar dengan jawaban dari pertanyaan Ara barusan itu. "Mungkinkah yang begitu menggoda?"

"Apakah yang menggoda itu berarti seksi?" Tanya Ara lagi.

"Itu tergantung penilaian orang Ara. contoh nya seperti, tidak semua yang cantik itu menarik tapi sudah pasti yang menarik itu cantik."

Ara terdiam menelaah kata yang diucapkan oleh Tian, "ah sudahlah lupakan masalah cantik dan seksi seperti bidadari itu."

Tian mengangguk menanggapi ucapan dari Ara barusan.

"Kemana kita akan pergi Tuan?" Tanya Ara

"Ke rumahku." Jawab Tian santai.

"Kerumahmu? Untuk apa?" 

"Bermain."

"Main? Mau main apa? Apa rumah mu itu ada wahana mainan?"

Tian terkekeh mendengar jawaban dari Ara itu, entahlah ia juga tidak tahu apa yang sedang wanita itu pikirkan.

"Ck! Seperti inikah yang dinamakan pelacuran berkelas? Sungguh memalukan sekali."

Ara menaikkan alisnya, "Maksudnya?"

"Tutup mulutmu dan jangan banyak bicara, karena tidak ada yang namanya wanita berkelas banyak bicaranya. Mereka hanya akan berbicara jika itu perlu."

Ara mengangguk, "Apakah wanita berkelas itu akan bicara, Oh, Iya, Terserah, yaudah atau hanya hm doang?" 

Tian memutar bola matanya dengan malas, "Astaga, dasar nona Pelacur sok berkelas. Bukankah yang kau katakan barusan itu adalah sifat wanita pada umumnya? Termasuk juga dirimu kan?"

Ara tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya, "Kau terlalu peka ternyata Tuan terhormat?"

Tian diam, ia malas untuk menanggapi Ara yang sejak tadi terus saja bicara itu. Dan ini pertama kalinya bagi seorang Tian mengizinkan seseorang yang berisik seperti Ara berada disampingnya di sepanjang perjalanan tanpa merasa terganggu.

Mobil Tian berhenti di sebuah hotel mewah bintang lima yang sekali menginap saja bisa menghabiskan berpuluh-puluh juta. Iya, Ara sungguh tahu tentang hotel yang saat ini dirinya berada itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pelacur Berkelas   Aku mengizinkan mu

    “Apa yang kamu lakukan? bukankah aku sudah mengatakan untuk keluar dari sini? mengapa malah berbalik lagi?”Ara memejamkan matanya sebentar dan kemudian menatap Tian, “Aku mengizinkanmu mengambil keperawanan ku Tian, sebagai gantinya tolong nikahi aku dan lindungi aku.” Ucap Ara.Mendengar itu, Tian langsung bangun dan duduk disamping Ara. Kening nya berkerut saat melihat ekspresi wajah Ara yang seperti ketakutan itu.Baru beberapa menit yang lalu wanita itu pergi meninggalkan kamar ini dengan sangat arogan sekali. Tapi kenapa kini ia berbalik dengan ekspresi yang Sangat kacau seperti ini."Apa yang terjadi Ra?" Tanya Tian.Ara diam, ia masih mengatur pernapasannya yang tidak beraturan itu.Berlarian dengan kecepatan seperti tadi itu benar-benar tak pernah ia lakukan semenjak lulus dari sekolah SMA yang mewajibkan semua siswa untuk ola

  • Pelacur Berkelas   Tolong lindungi aku

    Ara menatap kesekeliingnya saat memasuki sebuah kamar hotel yang telah di pesan oleh Tian.“Kenapa?” tanya Tian saat menyadari bahwa Ara tampak tidak suka.“Apa?” Tanya Ara yang seolah tidak mengerti kemana perginya pertanyaan Tian barusan itu.“Kau tidak menyukai kamarnya?” tanya Tian.Ara menoleh kearah Tian yang ada disampingnya itu, “Kenapa? apa pedulimu hm?” tanya Ara sinis.Tian terkekeh saat mendnegar jawaban dari Ara itu, Wanita ini selalu saja bertingkah di luar ekspetasinya dan itu adalah hal yang paling ia sukai.“Jadi, kapan kita aka

  • Pelacur Berkelas   Aku setuju

    "Ini adalah salah satu resiko menjadi wanita malam Ra. Hanya ada dua pilihan saat kau memutuskan masuk ke dunia malam. Yang pertama kau harus menghayati peran mu dengan menjadi pelacur sungguhan yang hina atau keluar dari dunia malam tanpa mendapatkan apapun yang kau cari!" Ucap Tian lagi.Dan ekspresi Ara saat ini Benar-benar tidak bisa terbaca. Entah apa yang saat ini ia pikirkan setelah mendengar pernyataan dari Tian barusan itu.Dengan sangat santai sambil mengembangkan sebuah senyum Tiara menjawab, "Hidupku bukanlah sebuah pilihan! Bagaimana kedepannya, cukup aku yang tahu tentang hidupku." Ucap Ara setelah cukup lama terdiam.Tian menganggukkan kepalanya atas ucapan yang di ucapkan oleh Ara barusan itu. Kedua tangannya ia lipat di dada serta saat ini ia ber

  • Pelacur Berkelas   Dua Pilihan

    Ara terdiam saat memasuki sebuah cafe tapi tak ada satupun orang yang datang. Cafe ini benar-benar sangat sepi Sekali, Ara terus saja bertanya-tanya di dalam hati. Apa yang sedang direncanakan oleh Tian saat ini? "Selamat datang nona." Ucap salah satu pelayan cafe tersebut sambil menundukkan kepalanya saat Ara berhenti di hadapannya. "Terimakasih." Jawab Ara sambil mengembang kan sebuah senyum. Lebih tepatnya senyum yang dipaksakan. "Atas nama nona Tiara Aprilia kan?" Tanya pelayan tersebut memastikan tamu nya itu. Ara mengangguk kan kepalanya kepada si pelayan tersebut. "Mari nona, ikut saya. Akan saya tunjukkan tempat nya

  • Pelacur Berkelas   Sebuah Rencana

    Ara membuka matanya dan pandangan pertamanya jatuh pada langit kamar yang berwarna putih. Penglihatannya yang kurang jelas itu langsung membuat ia mengedipkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya.Kini penglihatannyayang kurang jelas pada langit kamar itu menjadi begitu terang. Ia menoleh ke arah sampingnya untuk mengenali tempat ia berada saat ini.Ini bukan kamarnya maupun kontrakan nya. Jadi, ini dimanan? Rumah sakit? Bukan! ini juga bukan rmah sakit. Lalu ini dimana?Pandangan mata Ara jatuh pada dirinya sendiri yang sedang berada dalam selimut tebal. kasur yang berukuran king itu langsung menraik perhatiannya.“Apakah aku sedang berada di hotel?” Tanya Ara pada dirinya sendir

  • Pelacur Berkelas   Kesedihan Ara

    Ara terus saja berjalan membawa diri, ucapan Ken masih terngiang’-ngiang di telinga nya saat ini.Hancur? mungkin itu satu kata yang bisa menggambarkan keadaannya saat ini. Bagaimana bisa ia percaya bahwa orang yang selama ini ia percaya adalah musuh dirinya yang sebenarnya. Dan bodohnya dirinya karena begitu mempercayai laki’-laki yang ia sebut seorang sahabat itu.Masih begitu ingat dalam ingatan bagaimana Ken datang dalam hidupnya dan memberikan ia keyakinan untuk membantu memecahkan segala masalah yang sedang ia hadapi.Meskipun agak sedikit lama namun Ken benar-benar berhasil menipu dirinya.Ia juga ingat bagaimana ia memberitahuKan tentang rencana yang menurutnya akan berhasil untuk memancing si pembunuh keluar dari sarangnya. Namun beberapa kali serangan yang ia lakukan ia harus menelan kenyataan yang begitu pahit sekali karena as selalu berakhir dengan kegagalan dna kali ini

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status