Bab 62: Kamu Bukan Remaja

“Saya nggak akan cari alasan, Anin. Saya salah, dan saya tahu kamu berhak marah.”

Itu kalimat pertama yang keluar dari mulut Arvendra.

Tidak ada pembuka, tidak ada basa-basi. Hanya pengakuan polos yang terdengar hampir seperti pukulan ke dirinya sendiri.

Kini, mereka sudah duduk bersebelahan di sofa ruang kerja Arvendra. Ruangan yang dingin, rapi, penuh rak buku dan blueprint, kontras dengan kepala mereka yang berputar kacau.

Anindya duduk dengan punggung terlalu tegak, kedua tangan saling menggenggam erat di pangkuan. Dia masih memakai makeup casting tadi, foundation matte, eyeliner tipis, bibir mauve gloss, tapi semua itu terasa seperti topeng yang dipasang untuk orang yang bukan dirinya.

Arvendra justru terlihat seperti kehilangan seluruh kendali yang biasanya melekat di wajahnya. Lengan kemejanya terlipat tidak serapi biasa, dasinya longgar, rambutnya sedikit berantakan karena dia menaruh tangan di sana terlalu sering sejak keluar mengejar Anindya.

Pria itu menghela napas, menahan