Sekitar lima belas menit kemudian, ketika kesadaran Anindya perlahan kembali, yang pertama dia lihat adalah langit-langit putih dan suara bising samar dari luar ruangan. Pandangannya berangsur jelas, dan dua wajah familiar langsung muncul di sisi ranjang.“Anin, kamu sadar juga akhirnya,” suara Jeane muncul lebih dulu, diiringi desahan lega.“Kasihan banget kamu, Anin. Katanya kamu pingsan di lapangan? Tadi Sankara panik banget, lho,” tambah Laura cepat.Anindya berkedip beberapa kali, mencoba mengingat kejadian terakhir. “Iya, tadi kena bola. Kayaknya lumayan keras.” Suaranya serak, tapi dia berusaha terdengar tenang.“Untung aja ada Sankara, kalau bukan dia yang nangkep, bisa-bisa sekarang jidat kamu benjolnya dobel,” celetuk Jeane sambil tersenyum menggoda.Laura menimpali cepat, “Iya, dia tuh langsung sigap banget, kayak di drama-drama Korea. Kamu digendong ke sini, tahu!”Anindya menelan ludah, pipinya memanas. Dia mencoba bangun, tapi kepalanya langsung berdenyut. “Terus mana ora
Last Updated : 2025-10-21 Read more