Share

Pelakor Harus Mati
Pelakor Harus Mati
Penulis: Zia Cherry

BAB 1 - Video Penggerebekan Suami

“Kamarnya di mana, Pak?”

Pria paruh baya berambut putih itu menunjuk lantai dua kamar indekosnya. Ia melirik dua orang pria bertubuh tegap dengan pakaian serba hitam di belakang wanita itu, dan dua orang wanita yang sudah siap dengan ponsel mereka.

Malam masih begitu tinggi, ia terpaksa mengikuti langkah orang-orang asing yang datang ke rumahnya ketika ia tertidur pulas.

“Tolong jangan buat keributan,” ujar Warsono, ketua RT di tempat itu yang langsung dihubungi oleh pemilik indekos.

“Pak, kami bukan mau buat keributan, kami mau cek kebenaran apa suami teman kami selingkuh sama salah satu anak kosan Bapak ini. Lagian Bapak masa kos-kosan khusus putri bebas bawa cowok nginep,” ujar Tini, salah satu dari tiga wanita yang datang malam itu. 

“Kalau ternyata kami salah, kami akan bertanggung jawab. Kami akan ganti rugi semua kerusakan yang ada, dan kalau perlu, kami juga akan bayar kosan ini satu tahun penuh sebagai kompensasi. Tapi, kalau ternyata benar dugaan kami, dan Bapak tidak kooperatif, Bapak akan kami bawa ke kantor polisi juga karena sudah mendukung perselingkuhan ini.” Sandra, wanita lain yang ada di tempat itu berkata tegas. 

Budi mengusap wajah berpeluhnya dengan telapak tangan. Hilang sudah semua kantuknya sekarang. Ia melirik satu-satunya wanita yang menangis terisak di antara semua orang asing itu.

Mereka semua bergerak naik ke lantai 2. Pria berpakaian hitam berjalan terlebih dahulu, lalu berhenti di depan pintu, menunggu aba-aba. Ketika mendapat anggukan dari wanita yang menangis dan Warsono, salah satu pria itu menendang keras pintunya hingga terbuka.

BRAK!

Suara kencangnya membuat malam yang tenang sontak terusik.

Mereka semua merangsek masuk. Betapa terkejutnya Budi saat melihat salah satu anak yang tinggal di indekosnya tengah terlelap dengan gaun malam merah yang terbuka bersama seorang pria bert*lanjang dada.

“MAS!” teriak Bianca, wanita yang sejak tadi menangis. Ia mengamuk marah, menarik selimut yang menutupi tubuh suaminya dan gadis asing itu.

“Bi- Bianca?!” Pria itu melompat bangun dengan wajah terkejut. Ia menyambar kaos yang ada di lantai sisa-sisa pergulatan panasnya dengan Nindi, wanita bergaun tidur merah itu. “Sayang, tunggu, Sayang aku bisa jelasin.” Dandy langsung menghampiri istrinya yang histeris.

Gadis yang ikut terlelap di samping Dandy ikut terbangun dengan wajah pucat. Ia sangat terkejut saat melihat lusinan orang yang datang ke dalam kamarnya tanpa basa-basi.  

“APA LAGI, HAH?! DASAR PEREMPUAN MURAHAN!” Bianca menarik rambut wanita yang kini menutupi sebagian tubuhnya dengan selimut.

“Heh! Jangan kasar dong!” pekik Nindi, mencoba melepaskan diri dari jambakkan Bianca.

“KASAR?! LO YANG KASAR! BISA-BISANYA LO BERHUBUNGAN SAMA SUAMI ORANG! PELAKOR GILA! NGGAK TAU MALU!”

“Bi, sudah, Bi, ayo kita keluar. Ini tolong kameranya dimatiin!” Dandy mencoba menghalau istri dan sorotan ponsel yang terus mengarah kepada mereka.

Warsono dan Budi tampak serba salah, mereka ingin melerai, tapi Nindi bahkan hampir terlihat t*lanjang di hadapan mereka.

“SINI LO GILA! MURAHAN! SOK CANTIK! BISA-BISANYA LO SELINGKUH SAMA SUAMI ORANG!” 

“Heh intropeksi diri coba!” teriak Nindi kesakitan. Akhirnya ia bisa melepaskan diri dari cengkraman kasar Bianca.

“APA? LO NYURUH GUE INTROPEKSI?! DASAR MURAHAN!” Bianca melompat naik ke atas ranjang, siap mencakar wajah gadis menjijikan itu. Namun, dengan sigap Dandy langsung menarik tubuhnya menjauh, membuat Bianca meronta-ronta keras.

“Bi, udah, Bi, jangan begini.”

“KAMU NGEBELAIN DIA MAS?!”

“Pak tolong, Pak,” ujar Dandy kepada Warsono dan Budi.

Keributan itu sudah membangunkan hampir seluruh penghuni indekos yang lain. Kini ramai betul orang-orang berkumpul di depan indekos mereka.

Bianca menggigit tangan Dandy dengan sangat kencang, membuat pitingan pria itu terlepas dengan suara pekikan nyeri. Lalu secepat kilat Bianca naik lagi ke atas kasur, menjambak rambut wanita itu. “KAMU SUKA PEREMPUAN MURAHAN YANG BEGINI! DIA INI UDAH DIPAKAI BANYAK ORANG, KAMU MAU-MAUNYA SAMA DIA!”

“HEH KALAU NGOMONG DIJAGA YAH!” teriak Nindi.

“APA?!”

Dandy naik ke atas ranjang, dan ketika melihat Bianca mengangkat vas yang ia temukan di atas meja, pria itu langsung melindungi Nindi dengan tubuhnya, membuat Bianca semakin menggeram marah.

“MAS! KAMU MALAH LINDUNGIN DIA? KAMU LEBIH PILIH DIA DARI PADA AKU MAS?!” teriak Bianca dengan derai air mata.

Orang-orang yang penasaran mulai menumpuk di depan pintu.

“PAK TOLONG PAK!” ujar Dandy ketika Bianca semakin mengamuk. Ia mencakar, menampar, menendang, memukul.

“Mas sakit, Mas!” rintih Nindi di balik tubuh Dandy.

Akhirnya Budi dan Warsono mulai bergerak maju, tapi sebelum mereka bergerak untuk menghentikan Bianca, tatapan tajam Sandra langsung menghentikan langkah mereka.

“B*rengsek!” Geram dengan pukulan membabi buta istrinya, Dandy langsung bangkit mencengkram tangan wanita itu dengan sangat keras.

“SAKIT MAS!”

“SAKIT KAN?! MAKANYA DIEM!” bentak Dandy keras. Ia membawa tubuh istrinya menjauh dari sosok Nindi yang kini menangis diujung kasur. “KAMU HARUSNYA INTROPEKSI DIRI KENAPA AKU SAMPAI SELINGKUH BEGINI!”

“BR*NGSEK, UDAH SELINGKUH NGGAK TAU DIRI!” bentak Tini geram.

“APA SALAHKU, MAS?! AKU NGGAK PERNAH SEKALIPUN NGEBANTAH KAMU SELAMA INI! AKU SELALU JADIIN KAMU PRIORITAS! AKU KASIH SEMUANYA BUAT KAMU! TAPI KAMU MALAH SELINGKUH SAMA PEREMPUAN MURAHAN INI!”

Plak!

Tamparan itu membungkam semua orang. Terlebih Bianca yang langsung membeku dalam kekecewaan.

“KAMU ITU MANJA! KAMU ITU NGEBOSENIN!”

Orang-orang ditempat itu berdesis marah.

“JADI KAMU LEBIH MILIH PEREMPUAN GILA INI DARI PADA AKU?!” bentak Bianca marah.

“IYA! AKU CINTA NINDI, AKU PILIH DIA! SEKARANG PERGI! SEKALI LAGI KAMU GANGGU DIA, AKU NGGAK AKAN TINGGAL DIAM.”

“MAS!”

Dandy mendorong tubuh Bianca ke luar pintu dengan kasar. Ia menatap marah semua tamu tak diundangnya yang datang bersama Bianca.

Pria berpakaian hitam itu sudah siap dengan kepalan mereka jika Sandra tidak segera menggeleng dan menahannya.

“PERGI KAMU PEREMPUAN GILA!”

“MAS! TEGA KAMU MAS!” bentak Bianca di depan pintu yang terbanting menutup. 

Drama tangisan Bianca masih berlanjut. Orang-orang mulai berbisik di belakang langkahnya, mengecam perlakuan pasangan selingkuh yang kini malah mengunci diri di dalam kamar.

“Kami benar, kan? Sekarang silakan lakukan tugas Bapak sebagai ketua RT dan pemilik kosan yang baik.” Sandra menghentikan langkahnya, lalu berbicara dengan nada dingin kepada Warsono dan Budi yang memucat syok.

Tini merangkul pundak Bianca yang terus bergetar hebat sampai ke mobil, meninggalkan seluruh kerumunan dengan pandangan iba kepadanya.

“How was it?”

Dalam hitungan detik, jejak air mata kesedihan yang tadi ada di wajah cantik Bianca, lenyap tak berjejak. Seluruh isak tangis dramatis yang sebelumnya terdengar pilu kini menghilang seketika.

Tini sampai merinding melihat perubahan Bianca yang drastis.

“Sempurna,” bisik Tini ngeri. “Tapi kamu yakin soal ini? Kalau video ini sampai viral semuanya akan berantakan.”

Seulas senyuman miring muncul di wajah cantik Bianca.

Bianca tersenyum sinis, wajahnya terangkat tinggi. “Nggak semua, Tini. Cuma hidupnya yang akan berantakan, dan semua pelakor itu harus mati di tanganku. Nggak akan kubiarin mereka hidup dengan tenang setelah apa yang mereka lakuin selama ini. They deserve to be punished,” desis Bianca dengan senyum sinis penuh ancaman.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Claresta Ayu
Sebenarnya yang jahat siapa, Nindi atau Bianca?? lanjut baca ah daripada penasaran
goodnovel comment avatar
Iren Rogate
ceritanya sangat menarik
goodnovel comment avatar
Sulaiman Irafairuz
ccccccuupppppp
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status