Share

Kekejaman Laura

Penulis: Melika Sun
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-13 19:38:38

"Dasar wanita jalang!!" jerit Laura dengan mata terbelalak lebar.

Wanita mana yang tidak akan marah jika melihat ada wanita muda nan cantik tertidur nyenyak di atas ranjang suaminya. Bahkan dirinya sendiri tidak pernah di izinkan untuk masuk ke dalam kamar tersebut.

"Bu Laura," cicit Aleena dengan wajah ketakutan. Wanita itu langsung terbangun karena terkejut mendengar teriakan Laura di depan pintu.

"Dasar jalang! Berani-beraninya kamu menggoda suamiku, hah!" teriak Laura seperti seekor singa yang sudah bersiap menerkam mangsanya.

Tanpa ampun Laura menjambak rambut panjang Aleena, menyeret tubuh wanita itu keluar dari kamar Arfa.

"Auwwh, sa-sakit Bu. Tolong lepaskan," pinta Aleena dengan wajah kesakitan. Rasa sakit dan perih di kepalanya membuat wanita itu sampai meneteskan air matanya.

"Sakita? iya?" ejek Laura.

Plak!

Laura melayangkan sebuah tamparan keras di wajah Aleena, hingga membuat kulit wajah wanita itu memerah.

"Apa itu juga sakit, hah?" tandas Laura dengan wajah sinis.

"Ibu tidak berhak menyakiti saya," tukas Aleena serayak memegangi pipinya yang terasa panas.

"Tidak berhak katamu? Dasar wanita jalang! Sudah sepantasnya aku menghajarmu karna kau telah berani menggoda suamiku," tandas Laura.

Dengan sekuat tenaga Laura menghempaskan tubuh Aleena, hingga kening wanita itu membentur sisi meja lalu tersungkur ke lantai.

"Mampus kau wanita rendahan!" seru Laura sambil tertawa puas, melihat kening Aleena terluka.

"Saya bukan wanita rendahan! Dan saya tidak pernah menggoda mas Arfa, tanpa saya goda pun mas Arfa sudah jatuh cinta dan mencintai saya dengan tulus," kekeh Aleena.

"Apa kau bilang?! Kau mau cari mati hah!" teriak Laura semakin meradang. Apalagi di lihatnya banyak tanda kepemilikin di leher wanita itu. Laura juga baru menyadari jika Aleena mengenakan kemeja milik suaminya.

Wanita yang sudah kesetanan itu kembali menjambak rambut Aleena, lalu menyeretnya menuju ke arah pintu keluar.

"Sakit, tolong lepaskan," pinta Aleena dengan air mata yang bercucuran menahan sakit.

Plak!

Laura kembali melayangkan tamparan di wajah Aleena.

"Sakit! Kau tau rasanya sakit bukan? Lalu mengapa kau menggatal dengan suami orang, hah!" bentak Laura.

"Aku tidak menggatal, karena aku juga istri mas Arfa," sanggah Aleena.

"Istri! Kau bilang dirimu juga istri mas Arfa?"

Plak!

Laura kembali melayangkan sebuah tamparan di wajah Aleena, hingga membuat sudut bibir wanita itu berdarah.

"Pelacur sialan! Suamiku tidak mungkin mau memperistri wanita murahan sepertimu!" teriak Laura semakin kesetanan.

Plak!

Lagi-lagi sebuah tamparan mendarat dengan keras di wajah Aleena. Tidak hanya pusing, Aleena juga merasakan jika pandangannya mulai kabur karena tamparan itu.

"Kau memang wanita iblis! Tidak punya perasaan! Pantas saja mas Arfa tidak pernah sudi menyentuhmu, bahkan tidak mau mengakuimu sebagai istrinya. Ternyata kau lebih jahat dan kejam dari iblis," jerit Aleena dengan sisa tenaganya.

"Jalang kurang ajar! Aku tidak akan membiarkanmu lolos kali ini!" Laura yang sudah gelap mata menghempaskan tubuh Aleena ke lantai dengan cukup keras.

"Mati saja kau pelacur! Mati!!" teriak Laura. Dengan sekuat tenaga wanita itu kembali menjambak rambut Aleena bersiap membenturkan kepalanya ke dinding.

"Rasakan ini!"

"HENTIKAN!"

Terdengar suara teriakan Arfa yang menggelar diseluruh penjuru ruangan.

"Jangan pernah kau menyakitinya!! bentak Arfa. Pria itu terlihat begitu murka, ketika melihat kondisi Aleena yang sangat mengenaskan.

"Ma-mas Arfa," cicit Laura dengan wajah pucat pasi.

Pria itu dengan cepat melepaskan jambakan tangan Laura dirambut Aleena. Dengan kasar menghempaskan tubuh Laura kelantai hingga kepala wanita itu membentur meja sofa.

"Mas Arfa, aku istrimu Mas!" jerit Laura.

Rasa sakit di kepalanya tidak seberapa, di banding dengan rasa sakit akibat luka yang lagi-lagi di torehkan Arfa di hatinya.

"Aleena, sayang. Maafkan aku. Maafkan aku," ucap Arfa sambil merengkuh tubuh Aleena kedalam pelukannya.

"Mas Arfa, sakit ... mas," cicit Aleena.

"Sstt, tenanglah sayang, Mas ada disini sekarang," bisik Arfa sambil membelai kepala Aleena dengan lembut, lalu mengusap air mata di wajah wanita itu.

"Mas ... kepalaku ...."

Bruk

Tubuh Aleena terkulai lemas di dalam pelukan Arfa.

"Aleena, sayang ... bangunlah, jangan membuat aku cemas, Aleena!" Arfa berseru panik. Wajah pria itu terlihat begitu cemas, berulang kali ia menciumi wajah Aleena, berharap wanita itu akan segera bangun.

Melihat tidak ada reaksi sama sekali dari Aleena, Arfa bergegas membopong tubuh wanita itu, membawanya ke dalam kamar. Secepat kilat Arfa membungkus tubuh Aleena dengan selimut, memakaikan hijab pashmina ala kadarnya di kepala wanita itu.

"Bertahanlah sayang, kita akan ke rumah sakit sekarang," ucap Arfa, seakan begitu takut kehilangan Aleena. Membopong tubuh wanita itu, lalu tergesa keluar kamar.

Kedua mata Laura kembali memanas menyaksikan kejadian di depan matanya. Betapa Arfa sangat kuatir dan mencemaskan Aleena dari pada dirinya. Sungguh miris.

"Mas Arfa, tolong pandang aku Mas, aku ini istrimu," cicit Laura, menahan perih di hatinya. Ia mengabaikan harga dirinya dengan bersimpuh di hadapan suaminya.

"Menyingkir dari hadapanku!" bentak Arfa.

Laura abai. Wanita itu justru memegangi kedua kaki Arfa, berharap pria itu mau mendengar ucapannya, sekali saja.

"Mas Arfa, aku mohon. Lihatlah aku Mas, lihat aku sebagai istrimu. Lihat aku sebagai calon ibu dari putramu," mohon Laura dengan bercucuran air mata.

Namun Arfa menulikan pendengarannya. Dengan kasar pria itu menghempaskan tubuh Laura hingga tersungkur ke lantai.

"Mas Arfa!" jerit Laura dengan wajah terluka.

"Ada apa ini? Arfa, apa yang terjadi dengan Aleena?" Alex tiba-tiba muncul dari balik pintu. Dengan wajah heran, Alex menatap tidak berkedip ke arah Arfa yang sedang membopong tubuh Aleena.

"Mas Arfa, tolong dengarkan aku sekali ini saja," mohon Laura.

"Jangan pernah bermimpi aku mau mengakui anak itu sebagai putraku!" tegas Arfa. "Dan satu lagi, aku akan membuat perhitungan denganmu nanti," lanjut Arfa dengan tatapan menghujam ke arah Laura.

"Alex! Seret wanita ini keluar! Bila perlu kau jambak rambutnya untuk menyeret tubuhnya keluar!" titah Arfa dengan wajah murka.

"Baik Tuan," jawab Alex, menatap tajam ke arah Laura.

Dengan langkah lebar, Arfa keluar dari ruangan lalu masuk ke dalam lift. Ia seolah tidak mendengar suara jeritan Laura yang sedang di seret oleh Alex keluar ruangan dengan kasar.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Emir dan Ariz

    Tubuh Tuan Melviano langsung digotong ke atas brankas, dan di bawa keluar menuju unit gawat darurat.Pria itu jatuh pingsan sesaat setelah anak keduanya lahir. Dia pingsan bersamaan dengan istrinya. Sangat kompak, bukan?"Apa aku perlu menelpon dokter Anda, Tuan?" tanya Hangga setelah Tuan Melvin sadarkan diri.Melihat tuannya jatuh pingsan dengan wajah pucat, membuat Hangga langsung diliputi kecemasan."Tdak perlu, ini tidak ada hubungannya dengan penyakitku. Aku pingsan karena aku tidak kuat melihat penderitaan yang sedang dirasakan oleh istriku. Ia sampai bertaruh nyawa, demi melahirkan anak-anakku," sahut Tuan Melvin terdengar lemah.Pria itu perlahan bangkit, dan berniat turun dari atas tempat tidur. Ia sudah tidak sabar untuk melihat istrinya dan kedua bayi kembarnya."Tunggulah sebentar lagi, Tuan. Kau masih terlihat lemah, jika Nyonya melihatmu seperti ini, dia pasti akan berfikir yang tidak-tidak," ujar Hangga, mencoba mencegah niat tuannya yang akan pergi menemui istrinya.T

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Tidak jadi Surprise

    Tuan Melvin mengecup bahu istrinya yang terekspos. Mereka baru saja selesai mandi bersama dan saat ini sedang berdiri di depan sebuah cermin besar, yang memantulkan seluruh bagian tubuh mereka.Tuan Melvin berdiri di belakang Berlian, sambil memeluk tubuh wanita itu dari belakang. Tangannya sejak tadi tidak mau berhenti, mengusap dan membelai setiap bagian tubuh Berlian yang menonjol."Sebentar lagi kita akan menjadi orang tua, sayang. Aku sudah tidak sabar lagi menanti anak kita lahir ke dunia ini," ucap Tuan Melvin kembali mengecup bahu istrinya dengan lembut."Hanya tinggal menghitung hari, Tuan Melvin, semoga prediksi Dokter Rahayu tidak meleset," sahut Berlian, sambil membelai rahang kokoh suaminya.Usia kandungan Berlian sudah 9 bulan, dan prediksi Dokter Rahayu masa bersalinnya jatuh di bulan depan, yang hanya tinggal sepuluh hari lagi."Kau sungguh terlihat sangat seksi, sayang," ucap Tuan Melvin mengusap perut istrinya yang terlihat semakin membesar."Apa kau sedang menggodak

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Keputusan Arfa

    Sejak pertemuan itu, Arfa terus merenungi nasibnya. Ingin berpaling dari Alisya, namun nyatanya ia tak mampu.Nama wanita itu telah terpatri dalam hatinya, begitu juga cintanya.Semakin ia memaksa melupakan, bayang-bayang wajah Alisya semakin terlihat nyata hadir dalam mimpinya."Lama-lama aku bisa gila kalau terus begini. Apa yang harus aku lakukan, Alisya," gumam Arfa seraya membelai foto Berlian yang sedang tersenyum di layar ponselnya."Selama ini kau begitu sabar hidup dalam penderitaan bersamaku, tanpa pernah berkeluh kesah kepadaku. Tapi aku begitu bodoh, karena tidak bisa mempertahankanmu."Arfa mengusap air mata, yang tiba-tiba saja menetes dari pelupuk matanya. Menguatkan hati, pria itu akhirnya mengambil keputusan besar dalamnya.Keputusan yang tidak pernah terlintas sama sekali dalam hidupnya. Mengakhiri semuanya."Maafkan aku, sayang, aku terpaksa mengambil keputusan ini. Teruslah hidup bahagia, dan jangan pernah menyesal atas kepergianku."Arfa melangkah dengan gontai me

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Tidak Ada Ruang Untuk Cintamu

    Berlian menggeliat kecil, dengan rasa malas wanita itu perlahan membuka kedua matanya. Dan begitu ia membuka mata, seraut wajah tampan telah menyambutnya dengan senyum menawan.Senyum di wajah Berlian pun langsung terbit, manakala manik matanya bertemu dengan bola mata biru yang sedang menatapnya dengan penuh cinta."Apa tidurmu sangat nyenyak, sayang?" Tuan Melvin bertanya sambil merapikan hijab istrinya yang sedikit berantakan.Pria itu lalu membantu sang istri untuk duduk, kemudian menyerahkan sebotol air mineral yang telah di bukanya.Seperti orang kehausan, Berlian segera meminum air mineral itu hingga hanya menyisakan sedikit saja, dan sisa air yang sedikit itulah yang akhirnya di habiskan oleh Tuan Melvin."Tidurku sangat nyenyak, Tuan Melvin. Sampai rasanya aku malas untuk bangun, apalagi saat kau hadir dalam mimpiku, itu membuatku ingin terus tertidur," jawab Berlian tersenyum. Wanita itu lalu mengulurkan tangannya ke atas membelai rahang kokoh milik suaminya."Bahkan dalam

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Kenyataan Pahit

    Dari tempatnya berdiri, Arfa dapat melihat dengan jelas sosok wanita yang sedang duduk sambil bergelayut manja pada lelaki tampan nan gagah di sampingnya.Senyum bahagia terukir jelas di wajah wanita itu. Sesekali pria di sampingnya mendaratkan sebuah ciuman di puncak kepala wanita yang tersenyum bahagia.Rasa cemburu dan sakit hati telah menguasai hati Arfa. Ingin rasanya ia menghampiri wanita itu, dan mengungkapkan isi hatinya.Namun sayang, terlalu banyak pengawal yang berjaga di sekitar pasangan suami istri itu, bisa mati konyol kalau Arfa sampai nekat mendekat.Meskipun ia datang dengan menyamar sebagai karyawan hotel, tapi bukan berarti anak buah Hangga tidak bisa mengenalinya."Sebenarnya mereka sedang merayakan acara apa? Mengapa mereka justru mengundang anak-anak yatim piatu dan orang-orang yang kurang mampu?" batin Arfa heran."Mereka juga memberikan hadiah dan juga uang kepada para tamu," imbuhnya."Hei! Kau! Jangan hanya berdiri di sana! Bantu yang lain menyiapkan hidangan

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Hadiah Terindah

    Tuan Melvin menangis haru, bibirnya tanpa henti mengucap syukur.Pria itu masih terus mendekap tubuh istrinya yang duduk di atas pangkuannya, tidak ingin melepaskannya meskipun sebentar saja."Terima kasih, sayang ... terima kasih," lirih Tuan Melvin penuh haru."Kita akan menjadi orang tua, Mas," lirih Berlian dengan berurai air mata bahagia."Iya, sayang, sebentar lagi kita akan menjadi orang tua," sahut Tuan Melvin seraya mendaratkan sebuah ciuman lembut di kening istrinya.Saking tidak percayanya , Dokter Vina sampai berulang kali melakukan pemeriksaan untuk memastikan kehamilan Berlian, dan ia terlalu bahagia mengetahui kebenarannya, sampai jadi gugup saat hendak menyampaikan kabar gembira itu.Brak!Pintu kamar terbuka dengan kasar, membuat Tuan Melvin dan Berlian langsung menoleh bersamaan.Hangga dan Bima masuk dengan tergesa, di ikuti oleh semua pelayan di belakang mereka.Tuan Melvin buru-buru meraih selimut, lalu menutupi kepala istrinya yang tidak memakai hijab dengan seli

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status