Share

Kekejaman Laura

"Dasar wanita jalang!!" jerit Laura dengan mata terbelalak lebar.

Wanita mana yang tidak akan marah jika melihat ada wanita muda nan cantik tertidur nyenyak di atas ranjang suaminya. Bahkan dirinya sendiri tidak pernah di izinkan untuk masuk ke dalam kamar tersebut.

"Bu Laura," cicit Aleena dengan wajah ketakutan. Wanita itu langsung terbangun karena terkejut mendengar teriakan Laura di depan pintu.

"Dasar jalang! Berani-beraninya kamu menggoda suamiku, hah!" teriak Laura seperti seekor singa yang sudah bersiap menerkam mangsanya.

Tanpa ampun Laura menjambak rambut panjang Aleena, menyeret tubuh wanita itu keluar dari kamar Arfa.

"Auwwh, sa-sakit Bu. Tolong lepaskan," pinta Aleena dengan wajah kesakitan. Rasa sakit dan perih di kepalanya membuat wanita itu sampai meneteskan air matanya.

"Sakita? iya?" ejek Laura.

Plak!

Laura melayangkan sebuah tamparan keras di wajah Aleena, hingga membuat kulit wajah wanita itu memerah.

"Apa itu juga sakit, hah?" tandas Laura dengan wajah sinis.

"Ibu tidak berhak menyakiti saya," tukas Aleena serayak memegangi pipinya yang terasa panas.

"Tidak berhak katamu? Dasar wanita jalang! Sudah sepantasnya aku menghajarmu karna kau telah berani menggoda suamiku," tandas Laura.

Dengan sekuat tenaga Laura menghempaskan tubuh Aleena, hingga kening wanita itu membentur sisi meja lalu tersungkur ke lantai.

"Mampus kau wanita rendahan!" seru Laura sambil tertawa puas, melihat kening Aleena terluka.

"Saya bukan wanita rendahan! Dan saya tidak pernah menggoda mas Arfa, tanpa saya goda pun mas Arfa sudah jatuh cinta dan mencintai saya dengan tulus," kekeh Aleena.

"Apa kau bilang?! Kau mau cari mati hah!" teriak Laura semakin meradang. Apalagi di lihatnya banyak tanda kepemilikin di leher wanita itu. Laura juga baru menyadari jika Aleena mengenakan kemeja milik suaminya.

Wanita yang sudah kesetanan itu kembali menjambak rambut Aleena, lalu menyeretnya menuju ke arah pintu keluar.

"Sakit, tolong lepaskan," pinta Aleena dengan air mata yang bercucuran menahan sakit.

Plak!

Laura kembali melayangkan tamparan di wajah Aleena.

"Sakit! Kau tau rasanya sakit bukan? Lalu mengapa kau menggatal dengan suami orang, hah!" bentak Laura.

"Aku tidak menggatal, karena aku juga istri mas Arfa," sanggah Aleena.

"Istri! Kau bilang dirimu juga istri mas Arfa?"

Plak!

Laura kembali melayangkan sebuah tamparan di wajah Aleena, hingga membuat sudut bibir wanita itu berdarah.

"Pelacur sialan! Suamiku tidak mungkin mau memperistri wanita murahan sepertimu!" teriak Laura semakin kesetanan.

Plak!

Lagi-lagi sebuah tamparan mendarat dengan keras di wajah Aleena. Tidak hanya pusing, Aleena juga merasakan jika pandangannya mulai kabur karena tamparan itu.

"Kau memang wanita iblis! Tidak punya perasaan! Pantas saja mas Arfa tidak pernah sudi menyentuhmu, bahkan tidak mau mengakuimu sebagai istrinya. Ternyata kau lebih jahat dan kejam dari iblis," jerit Aleena dengan sisa tenaganya.

"Jalang kurang ajar! Aku tidak akan membiarkanmu lolos kali ini!" Laura yang sudah gelap mata menghempaskan tubuh Aleena ke lantai dengan cukup keras.

"Mati saja kau pelacur! Mati!!" teriak Laura. Dengan sekuat tenaga wanita itu kembali menjambak rambut Aleena bersiap membenturkan kepalanya ke dinding.

"Rasakan ini!"

"HENTIKAN!"

Terdengar suara teriakan Arfa yang menggelar diseluruh penjuru ruangan.

"Jangan pernah kau menyakitinya!! bentak Arfa. Pria itu terlihat begitu murka, ketika melihat kondisi Aleena yang sangat mengenaskan.

"Ma-mas Arfa," cicit Laura dengan wajah pucat pasi.

Pria itu dengan cepat melepaskan jambakan tangan Laura dirambut Aleena. Dengan kasar menghempaskan tubuh Laura kelantai hingga kepala wanita itu membentur meja sofa.

"Mas Arfa, aku istrimu Mas!" jerit Laura.

Rasa sakit di kepalanya tidak seberapa, di banding dengan rasa sakit akibat luka yang lagi-lagi di torehkan Arfa di hatinya.

"Aleena, sayang. Maafkan aku. Maafkan aku," ucap Arfa sambil merengkuh tubuh Aleena kedalam pelukannya.

"Mas Arfa, sakit ... mas," cicit Aleena.

"Sstt, tenanglah sayang, Mas ada disini sekarang," bisik Arfa sambil membelai kepala Aleena dengan lembut, lalu mengusap air mata di wajah wanita itu.

"Mas ... kepalaku ...."

Bruk

Tubuh Aleena terkulai lemas di dalam pelukan Arfa.

"Aleena, sayang ... bangunlah, jangan membuat aku cemas, Aleena!" Arfa berseru panik. Wajah pria itu terlihat begitu cemas, berulang kali ia menciumi wajah Aleena, berharap wanita itu akan segera bangun.

Melihat tidak ada reaksi sama sekali dari Aleena, Arfa bergegas membopong tubuh wanita itu, membawanya ke dalam kamar. Secepat kilat Arfa membungkus tubuh Aleena dengan selimut, memakaikan hijab pashmina ala kadarnya di kepala wanita itu.

"Bertahanlah sayang, kita akan ke rumah sakit sekarang," ucap Arfa, seakan begitu takut kehilangan Aleena. Membopong tubuh wanita itu, lalu tergesa keluar kamar.

Kedua mata Laura kembali memanas menyaksikan kejadian di depan matanya. Betapa Arfa sangat kuatir dan mencemaskan Aleena dari pada dirinya. Sungguh miris.

"Mas Arfa, tolong pandang aku Mas, aku ini istrimu," cicit Laura, menahan perih di hatinya. Ia mengabaikan harga dirinya dengan bersimpuh di hadapan suaminya.

"Menyingkir dari hadapanku!" bentak Arfa.

Laura abai. Wanita itu justru memegangi kedua kaki Arfa, berharap pria itu mau mendengar ucapannya, sekali saja.

"Mas Arfa, aku mohon. Lihatlah aku Mas, lihat aku sebagai istrimu. Lihat aku sebagai calon ibu dari putramu," mohon Laura dengan bercucuran air mata.

Namun Arfa menulikan pendengarannya. Dengan kasar pria itu menghempaskan tubuh Laura hingga tersungkur ke lantai.

"Mas Arfa!" jerit Laura dengan wajah terluka.

"Ada apa ini? Arfa, apa yang terjadi dengan Aleena?" Alex tiba-tiba muncul dari balik pintu. Dengan wajah heran, Alex menatap tidak berkedip ke arah Arfa yang sedang membopong tubuh Aleena.

"Mas Arfa, tolong dengarkan aku sekali ini saja," mohon Laura.

"Jangan pernah bermimpi aku mau mengakui anak itu sebagai putraku!" tegas Arfa. "Dan satu lagi, aku akan membuat perhitungan denganmu nanti," lanjut Arfa dengan tatapan menghujam ke arah Laura.

"Alex! Seret wanita ini keluar! Bila perlu kau jambak rambutnya untuk menyeret tubuhnya keluar!" titah Arfa dengan wajah murka.

"Baik Tuan," jawab Alex, menatap tajam ke arah Laura.

Dengan langkah lebar, Arfa keluar dari ruangan lalu masuk ke dalam lift. Ia seolah tidak mendengar suara jeritan Laura yang sedang di seret oleh Alex keluar ruangan dengan kasar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status