Share

Sekretaris Baru?

Penulis: Melika Sun
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-22 10:28:05

"Kau lapar? Mengapa kau tidak bilang dari tadi, hem?" tanya Arfa sambil mengusap bahu Aleena dengan lembut.

Hasratnya untuk bercinta menguar begitu saja, ketika tau jika wanita yang sudah membuatnya tergila-gila itu sedang menahan lapar.

"Aku malu," cicit Aleena.

"Mengapa mesti malu. Bukankah sudah aku katakan, aku adalah milikmu, kau bebas minta apa saja padaku, walau aku tau kau selalu saja menolakku," sahut Arfa sambil merangkul tubuh Aleena ke dalam pelukannya.

"Pakailah baju dulu, aku akan mencarikan makanan untukmu," ucap Arfa, lalu memakaikan kemeja besar miliknya ke tubuh Aleena.

"Kau ingin makan apa?" tanya Arfa dengan lembut.

"Aku ingin makan makanan kesukaan Mas Arfa," jawab Aleena, tersenyum manis.

"Baiklah. Kau istirahatlah dulu di kamar dan jangan pernah keluar dari ruangan ini," ucap Arfa berpesan.

"Iya Mas," sahut Aleena sembari mengangguk samar.

"Aku tinggal dulu, kau boleh bermain game yang ada di ponselku jika kau bosan. Aku sudah mendownload permainan kesukaanmu," ucap Arfa, lalu mencium kening Aleena sebelum keluar dari ruangan itu.

Begitu Arfa menghilang dibalik pintu, Aleena tersenyum penuh arti lalu berkata seorang diri, "Saatnya permainan dimulai."

Aleena lalu mengambil tas kecil miliknya, kemudian mengambil sesuatu dari dalam tas tersebut. Wanita itu kemudian memasang sebuah alat komunikasi di telinganya yang langsung terhubung dengan seseorang di sebrang sana.

[Aku sudah berhasil masuk] ucap Aleena kepada seseorang yang sedang berkomunikasi dengannnya.

[Bagus. Sebentar lagi wanita itu akan datang, jadi bersiaplah]

[Apa aku harus diam saja jika ia menyakitiku?] tanya Aleena.

[Dia akan menerima balasannya langsung jika sampai ia menyakitimu, aku yakin itu. Kau tidak perlu cemas. Bukankah aku sudah melatihmu dengan baik?]

[Aku hanya sedikit berdebar dan cemas. Apa kau bisa memastikan jika mas Arfa akan datang tepat waktu?] tanya Aleena.

[Tentu saja. Kau tidak perlu takut]

[Aku hanya —]

[Kau harus menjadi wanita kuat agar semua keinginanmu tercapai. Aku tidak pernah mengajarimu untuk menjadi wanita lemah seperti dulu] potong seseorang di sebrang sana dengan cepat.

[Baiklah] sahut Aleena serayak menarik nafas panjang.

[Beristirahatlah]

Komunikasi pun terputus. Aleena lalu melepas earpiece di telinganya, kemudian menyimpan kembali benda itu ke dalam tas miliknya.

Wanita itu kemudian merebahkan diri di atas kasur latex yang empuk, lalu membuka ponsel milik Arfa yang sengaja di tinggal untuknya. Dengan leluasa Aleena mengotak-atik benda pipih itu, karna hanya dirinyalah yang tau sandi ponsel tersebut selain Arfa.

Sebuah senyum terbit dibibirnya, begitu melihat jika wallpaper di ponsel Arfa adalah foto dirinya yang sedang di peluk Arfa dari belakang, dengan senyum bahagia menghiasi wajah keduanya.

**** ****

Tidak lama setelah kepergian Arfa, Laura datang ke kantor dengan penampilan cantik dan seksi. Dapat dilihat jika wanita itu memakai barang-barang branded dengan merek terkenal mulai dari kepala hingga ujung kakinya.

Wanita itu berjalan melenggok memasuki lobi, lalu berhenti tetap di depan meja resepsionis.

"Selly, apa suamiku ada di ruangannya?" tanya Laura sambil melepas kacamata hitam yang bertengger di hidungnya. Seperti biasa wanita itu selalu memasang wajah angkuh namun terlihat tenang.

"Maaf Bu Laura, saya tadi melihat pak Arfa keluar dengan tergesa-gesa dan beliau tidak mengatakan apa-apa," jawab Selly dengan penuh hormat.

"Oh ya? Apa jangan-jangan mas Arfa menemui salah satu kliennya?" gumam Laura sambil memainkan kacamata di tangannya.

"Maaf Bu, saya kurang tau. Mungkin sekretaris baru pak Arfa lebih mengetahui kemana pak Arfa pergi hari ini," Papar Selly, lalu tersenyum samar.

"Sekretaris baru?" beo Laura.

Wanita itu terdiam sejenak. Entah mengapa perasaannya tiba-tiba menjadi tidak menentu mendengar berita yang disampaikan oleh Selly, seperti ada sesuatu yang kembali menusuk ulu hatinya. Ia kembali teringat dengan kejadian beberapa hari yang lalu.

"Apakah sekretaris baru suamiku itu seorang perempuan dengan pakaian tertutup dan mengenakan hijab?" tanya Laura.

"Iya Bu, benar sekali," jawab Selly dengan antusias.

"Sejak kapan wanita itu bekerja di kantor ini?" selidik Laura.

"Baru hari ini Bu, tapi wanita itu datang melamar pekerjaan beberapa hari yang lalu, kalau tidak salah bersamaan dengan kedatangan Bu Laura waktu itu," terang Selly.

"Jadi benar, Mas Arfa ada main-main dengan wanita itu. Aku yakin noda lipstik dan bekas gigitan di leher Mas Arfa pasti karena ulah wanita jalang itu." Laura berkata di dalam hati, sambil menahan rasa sesak di dadanya. Sakit yang tiada terperi.

"Bu Laura," cicit Selly serayak mencondongkan tubuhnya ke depan.

"Ada apa?" tanya Laura dengan wajah tenang. Tidak terlihat ekspresi cemburu ataupun marah di wajah wanita itu. Laura begitu pandai menyembunyikan luka hatinya, sesakit apapun luka yang ditorehkan oleh Arfa, Ia akan tetap tersenyum.

"Sepertinya wanita itu bukan wanita baik-baik Bu. Masa iya cuma tamat SMA tapi bisa menjadi sekretaris pribadi Pak Arfa, tidak masuk akal," ujar Selly membakar amarah di dada Laura.

Denyut rasa sakit di hati wanita itu semakin menjadi, mendengar apa yang disampaikan oleh Selly.

"Mungkin mas Arfa punya pertimbangan lain, lagi pula ijazah sekarang tidak bisa di jadikan jaminan, kemampuan kita modal utamanya," ucap Laura dengan tenang. "Terima kasih Selly, kalau begitu aku akan ke atas dulu," lanjutnya.

Laura kembali mengenakan kacamata hitamnya, ia lalu melenggang pergi meninggalkan lobi kantor, membuat Selly hanya bisa bengong di tempatnya.

"Aku bisa bertahan dengan sikap dingin dan kasarmu selama ini mas Arfa, tapi aku tidak akan tinggal diam kalau kamu bermain hati dengan wanita lain," geram Laura begitu berada di dalam lift. Kedua tangannya terkepal kuat, hingga memperlihatkan buku-buku jarinya yang memutih.

Wanita itu kembali melepas kacamatanya, kilat amarah nampak terlihat jelas di kedua mata Laura. Wajah angkuh dan tenang sudah tidak terlihat lagi di sana, yang ada hanya wajah dingin yang penuh amarah.

Dengan langkah pasti Laura keluar dari dalam lift, langkah kaki itu membawanya menuju ke ruangan Arfa. Tanpa bersuara, wanita itu memasuki ruang kerja suaminya dan langsung menuju ke kamar pribadi milik Arfa, yang bahkan dirinya sendiri tidak pernah di izinkan masuk ke dalam kamar tersebut.

Dengan tangan gemetar dan tubuh panas dingin, Laura meraih gagang pintu memutarnya dengan pelan, lalu mendorong ke dalam.

Ceklek

"Dasar wanita jalang!!" jerit Laura dengan mata terbelalak lebar.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Emir dan Ariz

    Tubuh Tuan Melviano langsung digotong ke atas brankas, dan di bawa keluar menuju unit gawat darurat.Pria itu jatuh pingsan sesaat setelah anak keduanya lahir. Dia pingsan bersamaan dengan istrinya. Sangat kompak, bukan?"Apa aku perlu menelpon dokter Anda, Tuan?" tanya Hangga setelah Tuan Melvin sadarkan diri.Melihat tuannya jatuh pingsan dengan wajah pucat, membuat Hangga langsung diliputi kecemasan."Tdak perlu, ini tidak ada hubungannya dengan penyakitku. Aku pingsan karena aku tidak kuat melihat penderitaan yang sedang dirasakan oleh istriku. Ia sampai bertaruh nyawa, demi melahirkan anak-anakku," sahut Tuan Melvin terdengar lemah.Pria itu perlahan bangkit, dan berniat turun dari atas tempat tidur. Ia sudah tidak sabar untuk melihat istrinya dan kedua bayi kembarnya."Tunggulah sebentar lagi, Tuan. Kau masih terlihat lemah, jika Nyonya melihatmu seperti ini, dia pasti akan berfikir yang tidak-tidak," ujar Hangga, mencoba mencegah niat tuannya yang akan pergi menemui istrinya.T

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Tidak jadi Surprise

    Tuan Melvin mengecup bahu istrinya yang terekspos. Mereka baru saja selesai mandi bersama dan saat ini sedang berdiri di depan sebuah cermin besar, yang memantulkan seluruh bagian tubuh mereka.Tuan Melvin berdiri di belakang Berlian, sambil memeluk tubuh wanita itu dari belakang. Tangannya sejak tadi tidak mau berhenti, mengusap dan membelai setiap bagian tubuh Berlian yang menonjol."Sebentar lagi kita akan menjadi orang tua, sayang. Aku sudah tidak sabar lagi menanti anak kita lahir ke dunia ini," ucap Tuan Melvin kembali mengecup bahu istrinya dengan lembut."Hanya tinggal menghitung hari, Tuan Melvin, semoga prediksi Dokter Rahayu tidak meleset," sahut Berlian, sambil membelai rahang kokoh suaminya.Usia kandungan Berlian sudah 9 bulan, dan prediksi Dokter Rahayu masa bersalinnya jatuh di bulan depan, yang hanya tinggal sepuluh hari lagi."Kau sungguh terlihat sangat seksi, sayang," ucap Tuan Melvin mengusap perut istrinya yang terlihat semakin membesar."Apa kau sedang menggodak

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Keputusan Arfa

    Sejak pertemuan itu, Arfa terus merenungi nasibnya. Ingin berpaling dari Alisya, namun nyatanya ia tak mampu.Nama wanita itu telah terpatri dalam hatinya, begitu juga cintanya.Semakin ia memaksa melupakan, bayang-bayang wajah Alisya semakin terlihat nyata hadir dalam mimpinya."Lama-lama aku bisa gila kalau terus begini. Apa yang harus aku lakukan, Alisya," gumam Arfa seraya membelai foto Berlian yang sedang tersenyum di layar ponselnya."Selama ini kau begitu sabar hidup dalam penderitaan bersamaku, tanpa pernah berkeluh kesah kepadaku. Tapi aku begitu bodoh, karena tidak bisa mempertahankanmu."Arfa mengusap air mata, yang tiba-tiba saja menetes dari pelupuk matanya. Menguatkan hati, pria itu akhirnya mengambil keputusan besar dalamnya.Keputusan yang tidak pernah terlintas sama sekali dalam hidupnya. Mengakhiri semuanya."Maafkan aku, sayang, aku terpaksa mengambil keputusan ini. Teruslah hidup bahagia, dan jangan pernah menyesal atas kepergianku."Arfa melangkah dengan gontai me

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Tidak Ada Ruang Untuk Cintamu

    Berlian menggeliat kecil, dengan rasa malas wanita itu perlahan membuka kedua matanya. Dan begitu ia membuka mata, seraut wajah tampan telah menyambutnya dengan senyum menawan.Senyum di wajah Berlian pun langsung terbit, manakala manik matanya bertemu dengan bola mata biru yang sedang menatapnya dengan penuh cinta."Apa tidurmu sangat nyenyak, sayang?" Tuan Melvin bertanya sambil merapikan hijab istrinya yang sedikit berantakan.Pria itu lalu membantu sang istri untuk duduk, kemudian menyerahkan sebotol air mineral yang telah di bukanya.Seperti orang kehausan, Berlian segera meminum air mineral itu hingga hanya menyisakan sedikit saja, dan sisa air yang sedikit itulah yang akhirnya di habiskan oleh Tuan Melvin."Tidurku sangat nyenyak, Tuan Melvin. Sampai rasanya aku malas untuk bangun, apalagi saat kau hadir dalam mimpiku, itu membuatku ingin terus tertidur," jawab Berlian tersenyum. Wanita itu lalu mengulurkan tangannya ke atas membelai rahang kokoh milik suaminya."Bahkan dalam

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Kenyataan Pahit

    Dari tempatnya berdiri, Arfa dapat melihat dengan jelas sosok wanita yang sedang duduk sambil bergelayut manja pada lelaki tampan nan gagah di sampingnya.Senyum bahagia terukir jelas di wajah wanita itu. Sesekali pria di sampingnya mendaratkan sebuah ciuman di puncak kepala wanita yang tersenyum bahagia.Rasa cemburu dan sakit hati telah menguasai hati Arfa. Ingin rasanya ia menghampiri wanita itu, dan mengungkapkan isi hatinya.Namun sayang, terlalu banyak pengawal yang berjaga di sekitar pasangan suami istri itu, bisa mati konyol kalau Arfa sampai nekat mendekat.Meskipun ia datang dengan menyamar sebagai karyawan hotel, tapi bukan berarti anak buah Hangga tidak bisa mengenalinya."Sebenarnya mereka sedang merayakan acara apa? Mengapa mereka justru mengundang anak-anak yatim piatu dan orang-orang yang kurang mampu?" batin Arfa heran."Mereka juga memberikan hadiah dan juga uang kepada para tamu," imbuhnya."Hei! Kau! Jangan hanya berdiri di sana! Bantu yang lain menyiapkan hidangan

  • Pelakor Kesayangan Tuan CEO   Hadiah Terindah

    Tuan Melvin menangis haru, bibirnya tanpa henti mengucap syukur.Pria itu masih terus mendekap tubuh istrinya yang duduk di atas pangkuannya, tidak ingin melepaskannya meskipun sebentar saja."Terima kasih, sayang ... terima kasih," lirih Tuan Melvin penuh haru."Kita akan menjadi orang tua, Mas," lirih Berlian dengan berurai air mata bahagia."Iya, sayang, sebentar lagi kita akan menjadi orang tua," sahut Tuan Melvin seraya mendaratkan sebuah ciuman lembut di kening istrinya.Saking tidak percayanya , Dokter Vina sampai berulang kali melakukan pemeriksaan untuk memastikan kehamilan Berlian, dan ia terlalu bahagia mengetahui kebenarannya, sampai jadi gugup saat hendak menyampaikan kabar gembira itu.Brak!Pintu kamar terbuka dengan kasar, membuat Tuan Melvin dan Berlian langsung menoleh bersamaan.Hangga dan Bima masuk dengan tergesa, di ikuti oleh semua pelayan di belakang mereka.Tuan Melvin buru-buru meraih selimut, lalu menutupi kepala istrinya yang tidak memakai hijab dengan seli

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status