Beranda / Rumah Tangga / Pelakor Sukses / Ungkapan Rasa Tak Terduga

Share

Ungkapan Rasa Tak Terduga

Penulis: Tere Bina
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-28 09:52:47

Aku menatap Mas Nata dan Anes secara bergantian. Tatapan keduanya saling tertahan. Bak sepasang kekasih yang sudah lama terpisahkan dan sekarang kembali bertemu di waktu yang tak terduga.

Iya, itu memang benar. Dan pelakunya adalah aku. Memang akulah orang ketiga di antara mereka.

Andai aku tak tega memisahkan mereka berdua dengan tuduhan palsuku, tentu kedua insan berbeda jenis saling mencinta itu akan hidup bahagia.

Di sini aku yang salah. Namun … untuk sekarang, akulah istri Mas Nata dan aku sakit melihat tatapan itu.

Dapat kulihat tatapan itu begitu berarti untuk Anes. Begitu lekat menatap sang wanita. 

Ah, entah apa yang ada di pikiran Mas Nata sekarang ini setelah bertemu dengan pujaan hatinya.  

"Hei, itu Pak Adinata, bukan?" Salah seorang pria bertanya.

"Iya. Dia Adinata Hermas. Pengusaha sukses itu," jawab seseorang.

Namun meskipun begitu, Mas Nata seolah tak mendengar beberapa orang yang membicarakannya. Ia terlalu fokus menatap sang pujaan hati. Bahkan ia tak peduli dengan keberadaanku.

Situasi ini membuatku terluka dan sakit. Hatiku sakit … dadaku sesak … semakin lama semakin menghimpit.  Karena tak tahan, perlahan aku mundur secara teratur dan pasti. 

Barulah setibanya di kura kaget aku berlari kencang masuk ke mobil.

Di dalam mobil, aku menangis sejadi-jadinya sambil menjalankan dengan kecepatan tinggi.

Akhirnya … aku merasakan kekecewaan ini. Ya, karena aku sadar memang bersalah. Lalu mau apalagi?

Tinggal menikmati dengan ikhlas rasa sakit hati yang dulu juga pernah dirasakan oleh Anes.

Semakin kupercepat laju mobil hingga tiba di tempat di mana biasa aku mampir.

Setelah keluar dari mobil, aku berlari sekencang mungkin dengan deraian air mata yang tak kunjung berhenti mengalir. Kutelusuri jembatan panjang yang melintang di atas laut.

Entah kenapa aku seolah tak ingin berhenti berlari. Tak kupedulikan tatapan heran dari beberapa orang yang melihatku.

Aku terus berlari hingga kaki ini kesandung dan ….

Tangan seseorang menarik tanganku sebelum tubuh ini terjatuh. 

Aku menoleh, dan mendapati tubuh tinggi tegap pria berdiri di belakangku. Menatapku dengan raut wajah yang tak bisa aku tebak.

Aku menangis sambil menundukkan wajah. Ada rasa kecewa saat mengetahui kalau yang datang menyusulku bukan Mas Nata, tapi Kak Abian.

Kemana Mas Nata? Apa dia sekarang sedang bersama Anes? Matan kekasihnya? Apa Anes sudah menceritakan semua kebenarannya? Lalu apa tanggapan Mas Nata?

Ah, begitu banyak pertanyaan yang menggelayut terasa berat di kepalaku.

"Jangan seperti ini, Nye!" Kak Bian bersuara.

Aku pun tersenyum. Seolah ingin menyembunyikan kesedihanku dari pria yang bisa kubilang orang asing.

Aku mengangkat tangan mengusap wajah yang basah dengan air mata.

"Pakai ini." Kak Bian mengulurkan sapu tangan. Untuk menghargai kepeduliannya, aku menerimanya.

"Terimakasih," ucapku. Iya, aku suka menghargai kepedulian orang. Sebab aku tahu bagaimana rasanya tak dipedulikan. Dan itu sakit. 

Kak Bian bersandar ke pinggiran jembatan, sedangkan aku sibuk menata hati agar baik-baik saja. Tak kacau seperti sebelumnya.

Entahlah, kenapa sekarang aku merasakan cemburu pada Mas Nata yang memberikan tatapan lain pada Anes—wanita yang begitu dicintainya dulu.

Padahal dulu aku tak peduli akan itu. Aku hanya fokus materi yang diberikan Mas Nata. Masa bodo hati Mas Anta untuk siapa. Tapi sekarang … aku rapuh, aku cemburu.

"Jika kau butuh orang yang ingin mendengarkan keluh kesahmu, aku siap."

Aku menoleh mendengar kata-kata itu. Kak Bian berucap dengan pandangan lurus ke depan  menatap laut.

"Dari tadi apa yang aku dengar dari ketiga temanmu … aku sudah dapat menebak kalau—"

"Kalau aku pelakor." Aku memotong ucapan Kak Bian.

Pria di samping ku itu menoleh, menatapku sambil tersenyum. "Kau bukan pelakor, Nye." Dia terkekeh.

"Tak perlu membelaku, Kak. Aku sendiri menyadari itu."

"Hei, kamu lupa dengan pepatah sebelum janur kunin melengkung … yang artinya sebelum ijab qobul terlaksana, kita masih bisa memperjuangkan jodoh kita, bukan?" Kata-kata Kak Bian penuh semangat. 

Aku tahu pria hangat ini  ingin menghiburku. Tapi tetap saja hatiku resah. Apalagi setelah pertemuan Mas Nata dengan wanita tercintanya.

Kupejamkan mata rapat-rapat dengan kepala tertunduk. Membayangkan apa yang sedang dilakukan Mas Nata dengan mantan kekasihnya.

Aku tidak bisa … tidak bisa membayangkan apapun. Masih baru membayangkan saja begitu sakit.

"Kau tak akan bisa sedikit merasa lega jika tidak kau keluarkan semua unek-unekmu, Nye. Kamu bisa curhat padaku. Aku tahu selama ini kamu tak punya tempat curhat yang begitu buat kamu merasa laga. Sekalipun kau punya tiga teman."

Aku sempat tercengang. Dari mana dia tahu itu? Dan itu memang benar. Apalagi setela menikah dengan Mas Nata, aku tak lagi punya teman, apalagi teman berbagi kisah. Sesuatu yang aku inginkan dan butuhkan.

"Jika engkau bertanya, aku tahu dari mana dan kenapa aku bisa menebak tentang kamu, jawabannya … karena aku pernah peduli kamu."

Perkataan Kak Bian semakin membuatku bingung. Tapi aku tak ada keinginan untuk menanyakannya.

"Oleh karena itu, jangan sungkan untuk berbagi kisah denganku."

Mendengar itu, tangisku kembali pecah. Aku terbaru dengan kepedulian Kak Bian. Bagaimana aku tak peduli, sebab selama ini aku memang haus akan seseorang yang mau mendengar unek-unekku.

Aku pun, tanpa sungkan menceritakan semua pada Kak Bian. Bagaimana mulanya aku ingin merebut Mas Nata dari Anes. Pasangan yang sudah menjalin asmara bertahun lamanya.

Beserta alasan kenapa aku ingin menjadi wanita matre dan tega merebut calon suami sahabat sendiri.

"Aku saat itu gak punya pilihan lain, Kak. Aku buntu … gak punya cara lain hingga terpaksa merebut Mas Nata dari Anes." 

"Lalu … apa kau mencintai Nata?"

Aku sempat bungkam mendengar pertanyaan itu. Bahkan serasa tak punya jawaban sekalipun ada.

Namun … rasa nyaman yang mulai ada dengan berbagi kisah pada pria yang hangatan sepertinya, aku pun menceritakan perasaanku yang sebenarnya.

Aku yang luluh dengan sikap baik Mas Nata selama hidup dengannya … hingga kuberikan hati ini. Walau  tak mendapatkan balasan.

Dengan air mata yang kadang masih menetes, aku juga bercerita bagaiman lelahnya hati ini karena terus mencinta namun tak dicintai. 

"Jangan memaksakan keadaan untuk terus mencintai."

Kata-kata Kak Bian sontak membuatku menoleh dan membalas tatapannya.

Sesaat hening. Tak ada suara darinya, aku pun begitu. Hanya suara angin laut yang terdengar.

"Terkadang kita juga harus tahu, kapan waktu yang tepat untuk berhenti," lanjutnya dengan tatapan masih terarah ke arahku.

Suasana kembali hening. Setelah kata terakhirnya, Kak Bian lama terdiam. Menciptakan kecanggungan untukku.

.

"Andai kala itu kau datang padaku dan meminta bantuanku, Nye. Tentu aku yang akan menikahimu tanpa kau harus merebut Nata dari Anes."

Aku sempat  tercengang mendengar kata-kata Kak Bian. "Maksudnya?"

"Tak hanya menikah dengan Nata masalahmu bisa selesai."

"Maksudnya?" Aku masih tak mengerti.

"Kau salah bilang tak punya pilihan. Ada aku, Nye. Seharusnya kamu pilih aku." Kak Bian maju dua langkah ke depan, mendekatiku.

"Ma – maksudnya?" tanyaku lagi, semakin tak mengerti.

"Jika kau saat itu datang untuk minta bantuanku. Tentu kau tak perlu mengemis cinta … dari sang suami."

Aku semakin dibuat bingung dengan kata-kata Kak Bian. Entahlah … tiba-tiba pikiranku sulit difungsikan.

Kak Bian maju satu langkah lagi. Lalu kedua tangannya memegang bahuku.

"Aku menyukaimu, Nye …."

Aku ternganga tak percaya. Mendapatkan kata-kata ini dari pria yang pernah aku sukai.

"Bahkan sudah sejak dari dulu," lanjutnya … aku bergeming ….

_____

Follow akun Sosmed Sakura Sen😉

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pelakor Sukses    Nyamuk Setelah Akad

    "Kamu suka hadiahku?" Usai sholat Maghrib, aku mendapat telepon dari Mas Nata. Tak segera kujawab pertanyaanya. Mendadak canggung, seperti malu gitu aku mau mengakuinya. Ya tentu aku suka dengan hadiahnya. Yang merupakan untuk pertama kali darinya."Itu hadiah pertama kalinya dariku." Meski pertanyaanya belum kujawab, ia kembali berucap."Namun bukan berarti untuk terakhir kalinya," lanjutnya lagi. Aku masih setia membungkam.Entahlah, lebih suka mendengarkan suaranya saja. Suara yang begitu aku rindukan di setiap waktu."Nanti aku akan sering memberimu hadiah lagi. Maaf ….""Untuk apa?" Kali ini aku bersuara. Sebab penasaran tiba-tiba Mas Nata bilang maaf padaku."Maaf aku baru tahu kalau kamu suka hadiah. Kupikir kamu lebih suka uangnya.""Tidak. Maksudnya … ya awalnya aku memang butuh uang. Namun bukan berarti—""Iya aku tahu kau mencintaiku." Mas Nata menyela, tentu membuatku malu mendengar kebenaran itu.Sesaat hening. Aku dan Mas Nata sama-sama terdiam."Sepertinya kita meman

  • Pelakor Sukses    Hadiah Terindah

    "Minta tisu, Nye!" Aku yang termangu segera sadar ketika Mas Nata mengulurkan tangannya ke depanku."Ada, gak?" tanya Mas Nata dengan sebelah mata terpejam.Karena tak membawa tisu, aku memberikan saputangan. Yang langsung disambut oleh Mas Nata mengelap wajahnya."Eh, ini saputangan milikku, bukan?" Mas Nata menatap sapu tangan berwarna dongker yang memang miliknya. "Iya," jawabku pelan."Kok gak kamu kembalikan?" Mas Nata menatapku dengan mata memicing."Ya udah, itu sekalian aku kembalikan.""Gak usah, itu emang buat kamu, kok." Mas Nata langsung duduk begitu saja di kursi tepat depanku."Mas udah dari tadi di sini?" tanyaku langsung begitu Mas Nata sudah duduk."Iya, bahkan sebelum kalian datang.""Hah!" Aku melongo dengan mata beberapa kali berkedip."Kenapa?""Jadi—""Iya, aku melihat tingkah saltingmu saat baca chat aku."Aku segera memalingkan pandangan ke arah lain. Gak kuat menanggung rasa malu.Sesaat hening. Aku sok sibuk membenarkan jilbab yang diterpa angin sore."Kamu

  • Pelakor Sukses    Kayak Ada Manis-Manisnya

    Pagi ini aku sudah diperbolehkan pulang. Amir yang menjemputku.Wulan tak bisa datang, katanya pagi ini ia akan mendaftar sekolah di salah satu sekolah SMP top dan bermutu.Sedih sebenarnya, tapi tak apa. Toh habis ini aku akan sering bertemu dengan putriku itu. Mas Nata sendiri yang bilang.Selama dalam perjalanan pulang, dalam mobil aku terus kepikiran dengan kata-kata Mas Nata semalam yang mengatakan akan membuatku jadi lebih dekat dengan Wulan juga papanya. Itu artinya dirinya 'kan? Iya, aku yakin maksud kata-kata Mas Nata semalam itu adalah dirinya. Memang siapa lagi papanya Wulan. Atau … apa mungkin pria itu hanya bercanda. Secara Mas Nata sekarang agak berubah, dia bukan pria pendiam lagi yang dingin dan cuek. Semalam saat bersamaku meskipun hanya sebentar, dia banyak bicara bahkan bercanda juga.Sempat kaget dengan perubahan Mas Nata. Penasaran, kira-kira siapa yang membuatnya berubah? Adakah wanita lain yang membuatnya berubah. Sering kudengar, cinta akan membuat seseorang

  • Pelakor Sukses    Membuat Jadi Lebih Dekat

    Aku masih termangu di tempat, rintik hujan semakin deras turun. Begitu juga dengan air mata yang mengalir deras hanya saja tersamarkan air yang turun dari atas.Mas Nata membalikkan badan, mulai melangkahkan kakinya.Aku terpaku di tempat, seolah tak punya tenaga untuk bersuara atau mengejar langkah Mas Nata yang semakin menjauh.Saat kupaksakan kaki ini untuk bergerak untuk mengejar, tiba-tiba …."Awas … ada mobil!"Entah siapa yang berteriak, namun bersamaan dengan itu sesuatu yang keras menerjang tubuh hingga diri ini terpelanting ke aspal jalanan. Disusul dengan suara teriakan histeris dari orang banyak.Aku merasakan sakit di sekujur tubuh, dan dari kepala seperti ada cairan kental yang mengalir."Mama …!" Saat mata ini ingin terpejam, tiba-tiba mendengar suara yang begitu aku kenal. Sekuat tenaga kupaksakan mata ini terbuka.Samar-samar kulihat gadis kecil berjilbab mendekatiku. Setelahnya semuanya jadi gelap dan aku tak ingat apa-apalagi.***"Mama, ini Damar!" Sayup-sayup k

  • Pelakor Sukses    Pertemuan di Rintik Hujan

    Lima tahun berlalu, dan luka juga rasa kehilangan itu masih ada di lubuk kalbu. Entah kapan bisa move on dari rasa kehilangan.Kegiatan sehari-hariku disibukkan dengan mengajar di beberapa universitas di samping menjaga toko kosmetik yang alhamdulillah semakin maju dengan pesat, bahkan aku harus menaruh beberapa karyawan di sana untuk membantu di kala sibuk.Setelah lulus S2 sebenarnya banyak perusahaan yang menawarkan pekerjaan, namun entah kenapa aku tak tertarik, lebih tertarik menjadi seorang dosen.Namun sesibuk apa diri ini, kadang masih meneteskan air mata saat teringat dengan orang-orang tercinta."Mbak semakin sibuk aja." Amir yang baru saja turun dari mobil menghampiriku di toko."Iya, Mir, biar sukses. Mbak udah kenyang dengan hinaan di masa lalu," candaku yang disambut gelak tawa oleh pria yang kini sudah bekerja di sebuah perusahaan besar dengan jabatan lumayan tinggi."Kamu juga gitu, Mir, kerja yang benar, biar nanti gak dipandang rendah sama wanita. Apalagi pas nikah d

  • Pelakor Sukses    Bak Luka Ditaburi Garam

    "Pergilah, Nes. Aku tak lagi ingin melihatmu," kataku menatap Anes yang masih menangis.Perlahan aku berdiri tanpa mengusap air mata yang terus mengalir."Anye, aku—"Kata-kata Anes terhenti saat sebelah tangan kuangkat sebagai isyarat agar dia diam saja."Aku tak perlu permintaan maafmu saat ini. Jangan tanya bagaimana rasa benciku padamu sekarang. Tapi tetap aku memaafkanmu.""Anye—"Aku kembali mengangkat tangan menghentikan Anes yang hendak mendekatiku."Percuma, aku meluapkan amarah padamu. Toh aku sudah kehilangan segalanya." Kutarik nafas dalam-dalam. "Pergilah!" kataku tanpa melirik Aneska.Perlahan dan dengan kepala menunduk, wanita yang sudah menghancurkan hidupku itu melangkahkan kakinya."Ingat! Jangan pernah lagi muncul di hadapanku. Aku tak mau lagi hilang kontrol dan kembali memukulmu seperti tadi," kataku saat Anes sudah berada di belakangku.Sesaat hening, lalu … "Maafkan aku, Nye." Terdengar suara Anes bergetar sebelum kudengar langkanya pergi menjauh. Air mata kemb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status