Share

3. Ibu

Auteur: Reistya
last update Dernière mise à jour: 2022-07-25 10:33:27

Reya di dalam mobil menuju Jakarta bersama juniar. Sejak tadi pria itu terus menggenggam tangan ke kasihnya, di kursi belakang. Pria itu sesekali menatap gadis yang ia cintai itu terlihat begitu cemas sambil terus berkomunikasi dengan sang adik. Ibu Reya, Ratna terjatuh di kamar mandi. Tentu saja itu sangat membuat gadis itu cemas.Apalagi adiknya mengatakan kalau sang ibu pingsan.

Pertemuan Reya dan Juniar terjadi empat tahun lalu. Saat Lili sahabat Reya yang tak lain keponakan Jun memperkenalkan mereka berdua. Reya dikenalkan dengan Juniar karena ia ingin menjual rumah petak sederhana milik mendiang ayahnya yang meninggalkan hutang ratusan juta rupiah setelah usahanya hancur. Sejak itu kehidupan Reya sebagai ana pertama semakin keras. Ratna menderita penyakit komplikasi sirosis hati, diabetes dan juga darah tinggi di usianya yang kini beranjak 43 tahun.

Manis dan pekerja kera itu yang ada di pikiran Juniar saat itu. Ia sering menghabiskan waktu dengan melihat status W******p rekan di kontak. Ya sedikit lucu jika dipikirkan, tapi dari sana ia mengamati Reya. Gadis pekerja keras yang menghabiskan waktu untuk merawat ibunya. Konyolnya, ia tertarik dengan status gadis itu karena status rekannya yang lain berisi tentang kemewahan dan juga kesuksesan. Bahasa kasarnya Reya terlihat paling miskin dan tak berdaya diantara yang lain. Namun, itu buat Jun terpikat. Apalagi setiap kali gadis itu mengunggah foto dengan wajah aneh dan berbagi efek yang nyeleneh, Jun suka ia terhibur. Berawal dari pertemuan-pertemuan membahas pembayaran rumah, Jun jadi sering iseng mengomentari status gadis itu, menarik pikirnya. Anggap saja ini cara Tuhan mengatur pertemuan mereka.

"Kalau ada apa-apa sama ibu, kamu hubungi saya ya?" Jun meminta agar ia juga tak terlalu cemas.

Reya kini menoleh menatap pada kekasihnya dan menganggukan kepala. Jun menepuk dadanya pelan, meminta agar Reya menyandarkan dirinya disana. Gadis itu bersandar, Jun segera meletakan tangannya di kepala Reya, memijat pelan agar gadis yang ia sayangi bisa merasa lebih tenang.

"Istirahat, masih ada satu jam lagi sampai ke Jakarta. Kamu cemas terus malah makin pusing nanti. Kamu butuh tenaga untuk jagain ibu, hmm?" pinta Jun. Ia tau Reya cukup lelah hari ini karena harus mengurus dirinya di dapur dan juga ranjang.

Reya anggukan kepala, kemudian memejamkan matanya. Sementara Jun kecup pucuk kepala dan mengusap-usap kening Reya. Ia juga tak tega dengan keadaan Reya saat ini. Pria itu mengambil ponselnya kemudian sibuk dengan jemari tangannya yang bergerak di layar ponsel.

Sementara di rumah sakit saat ini Arka tengah duduk menunggu sang ibu yang sudah sadar. Arka tengah memegangi botol minum sang ibu yang kini meneguk air mineral dari sedotan.

"Mbak-mu benar pulang Ka?" tanya Ratna.

Arka anggukan kepala. "Udah di jalan diantar temannya tadi katanya."

"Aduh, man acaranya Mbak Reya naru besok lho. Gimana dia bolak-balik kesian nanti." Ratna cemas merasa mengganggu kegiatan workshop putrinya.

"Ya, ibu 'kan sakit. Batal paling," sahut Arka enteng.

Ratna mencubit tangan Arka. "Mbak dapat uang dari sana ngisi materi. Ibu enggak bisa kasih apa-apa ibu cuma mau dia bisa senengin hidupnya."

"Ibu jangan mikir aneh-aneh lah. Fokus sehat aja, oke?"

Arka ingin sang ibu tak terlalu memikirkan masalah lain dan fokus dengan kegiatannya. Ia tau pemberitahuan mengenai kecelakaan yang dialami sang ibu pasti akan membuat Reya cemas. Tapi, akan lebih cemas jika ia terlambat memberitahu, itu yang ada dalam pikiran Arka,

Pintu ruangan terbuka, terlihat Reya yang berjalan masuk dengan tergesa. Ia terlihat sedikit lega melihat sang ibu yang menatapnya dengan senyum. Gadis itu berjalan mendekat lalu mencium tangan dan wajah Ratna, lalu memeluk sang ibu. Sementara Arka segera bangkit dan mengambilkan Reya kursi.

"Ah, syukur ibu udah sadar." Reya lega karena Ratna sudah sadarkan diri.

"Ibu jadi ngerepotin ya?" tanya Ratna tak enak.

Reya menggelengkan kepalanya. Tentu saja ini tak akan menjadi beban untuknya. "Enggak lah Bu. Ibu jangan ngomong aneh gitu ah."

"Acara kamu gimana?"

"Ibu tenang aja. Aku udah bilang diundur dan mereka ngerti pasti," jawab Reya, bohong. Itu yang sudah menjadi keahliannya sejak menjalin hubungan dengan Jun.

"Syukur kalau begitu."

Reya kemudian menatap Arka, penasaran dengan apa yang terjadi. "Kenapa ibu bisa jatuh?"

"Itu-" ucapan Ratna terpotong.

Reya menatap sang ibu. "Reya tanya Arka, Bu."

"Aku lagi ke warung. Pas balik ibu udah jatuh dan pingsan di depan kamar mandi."

Reya kemudian menatap sang ibu. "Ibu mau ngosek kamar mandi ya?" tanya Reya ia tau kebiasaan sang ibu yang tak bisa melihat kamar mandi licin dan berlumut sedikit saja.

Tak ada jawaban dari Ratna ia hanya terdiam. Ya, berarti apa yang ditanyakan Reya adalah benar,

"Bu, kan Reya udah bilang .., Jangan kosek kamar mandi. Tunggu aku pulang. Terus kata dokter apa?"

"Katanya tulang panggul ibu retak. Tapi enggak perlu operasi dan hanya butuh istirahat dan pakai sanggahan punggung." Arka menjelaskan.

"Tuh denger, kamu enggak perlu cemas Rey." Ratna katakan itu karena tak ingin si sulung terus merasa cemas.

Dalam hati Reya merasa lega karena keadaan sang ibu yang tak terlalu parah. Namun tetap saja ia tak ingin Ratna keras kepala dan melakukan banyak kegiatan sementara dokter meminta Ratna untuk beristirahat.

Reya teringat sesuatu ia kemudian beranjak dari tempat duduknya. "Aku ke luar sebentar ya?"

"Mau ke mana Mbak?" tanya Arka.

"Mau beli sesuatu dulu. Tunggu sini aja temenin ibu." Reya kemudian melangkahkan kakinya ke luar kamar rawat.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Pelakor XXL    Bonus 4

    Reya dan Kira tidur di tempat tidur, sementara saat ini Yuji tidur di sofa. Reya dan Yuji merebahkan diri dan saling berhadapan. Sejak tadi mereka mengobrol satu sama lain."Mas, besok Ibu Indi ngajak aku untuk ke panti asuhan." Reya memberitahu. "Ke panti asuhan? Mau ngapain ke sana?" Pria itu bertanya karena cukup heran juga. Kenapa mereka akan ke panti asuhan besok.Reya duduk, kemudian menatap kepada Yuji. Yuji juga ikut duduk dan mereka berdua saling berhadapan. "Ibu Indi ada niat buat ngangkat anak dari panti asuhan. Buat nemenin dia di rumah.""Ya udah, nggak apa-apa kalau kamu mau ikut.""Tapi besok katanya kamu mau ngajak aku ke panti asuhan tempat kamu gede dulu?""Kita masih punya waktu beberapa hari di sini kan? Bisa lusa atau habis pulang dari panti asuhan juga bisa kan?" Reya menganggukkan kepalanya mengerti. "Sebenarnya nggak apa-apa ya kalau kita di sini?"Yuji bangkit, mengambil tongkat yang berada di sampingnya, lalu berjalan mendekat. Ia kemudian duduk di samping

  • Pelakor XXL    Bonus 3

    "Nginep sini aja Rey." Indi membujuk. Kini semua sedang duduk di ruang tamu. Membujuk Reya untuk menginap di rumah Jun saja. Sebenarnya hal itu membuat Reya jadi sedikit merasa tidak nyaman. Namun, bagaimana lagi dia tidak bisa menghindar."Iya, kalau kamu butuh apa-apa atau mau ke mana-mana di sini ada sopir yang siap nganterin ke mana kamu mau." Kuki kini menimpali. Sementara Jun duduk sedikit menjauh, dia tidak berbicara apa-apa dari tadi dan juga tidak berusaha membujuk. Pria itu ingin menghargai Indi takut jika sang istri cemburu atu berpikir aneh-aneh. Ia juga tau Reya tak nyaman berada dekat dengannya. "Iya, aku tidur di sini." Reya akhirnya mengalah dan ia memutuskan tinggal di sana selama di Surabaya.Kira turun dari pangkuan Lili lalu berlari menghampiri Reya. "Ibu nen." Kira seperti biasa setelah ia melihat sang Ibu sudah selesai dengan pembicaraannya meminta untuk disusui. "Enggak boleh di sini kan banyak orang sayang," kata reya. Kira membecik, menggembungkan pipi

  • Pelakor XXL    Bonus 2

    Indi bersama dengan Lili dan Lis sedang duduk bersama di ruang makan. Kuki, Jun dan Kira sedang berjalan-jalan menggunakan mobil untuk berkeliling komplek pagi ini. Kira sudah berada di sana selama dua hari, anak itu senang sekali. Apalagi setiap pagi sang kakak tiri, dan juga sang papi mengajaknya berjalan-jalan.Jika di Jakarta, Kira lebih banyak menghabiskan waktu bersama Yuji jika pagi sampai sore hari dikarenakan sang ibu yang harus berkuliah. Di Surabaya, Kira juga sangat senang mendapatkan banyak perhatian."Reya benar-benar enggak mau datang ke sini ya?" Indi bertanya, agak kecewa juga karena kemarin saat ulang tahun Reya tak datang.Lili menggelengkan kepalanya kemudian menjawab pertanyaan sang tante. "Iya, dia bilang nggak enak kalau datang. Tante tahulah, dia anaknya emang gitu. Tapi nanti kan dia mau ke sini untuk jemput Kira sama Mas Yuji.""Padahal sebenarnya aku kemarin minta dia datang ke sini loh. Mas Jun juga udah nggak apa-apa kok. Kalau ditelepon atau video call d

  • Pelakor XXL    Bonus bab 1

    Lili kini berada di rumah Reya. Dia sedang bermain dengan Kira. Sudah cukup lama tak bertemu dengan Kira membuat Lili begitu kangen dengan anak itu. Saat ini, Lili dengan Kira berada di ruang tengah. Sementara Reya memasak makan siang. Yuji ingin makan sayur lodeh, ikan asin dan telur dadar. "Masih Yuji ke mana?" Lili bertanya sambil sibuk bermain dengan Kira. "Kemarin, Mas Yuji itu ada rencana mau buka restoran. Jadi, dia lagi cari tempat buat restoran kita berdua. Sekarang, nggak bisa andelin uang dari endorse aja. Lo tau kan gue kuliah, ada cicilan mobil juga." Reya mengeluh. "Om Jun kan kirim uang? Lo pakai aja sedikit." Lili memberi saran."Nggak mau, itu kan emang uang untuk Kira. Semua uang dari Om Jun itu masuk ke tabungan pribadinya Kira. Gue nggak mau ngacak acak ataupun ganggu uang anak gue. Gue enggak tau gimana ke depan, uang itu buat biaya Kira sampai kuliah Li." Reya tidak mau memakai uang Kira Reya selama ini memang tak pernah mengganggu uang yang diberikan Jun u

  • Pelakor XXL    Dua tahun kemudian (tamat)

    Dua tahun kemudian...Indi berada di dapur sibuk memasak sayur lodeh, ayam goreng dan juga telur dadar. Menyiapkan makan siang sang suami. Makanan kesukaan Jun selalu tersaji hasil tangan sendiri. "Mbak tolong masukin ke kotak bekal, saya mandi dulu ya. Minta tolong juga Pak Boris buat panasin mobil." Indi berkata, kemudian berjalan menuju kamar untuk segera mandi dan bersiap menuju kantor Jun.Selesai mandi, segera dia berangkat bersama sang sopir untuk menuju kantor suaminya mengantar makan siang. Sudah jadi kebiasaan dua tahun terkahir. Perjalanan hari itu sedikit terburu-buru karena dia terlambat bangun tadi. Perjalanan menghabiskan waktu sekitar 10 menit Sampai akhirnya dia tiba di kantor. Indi segera turun dari mobil, dan berjalan masuk ke dalam. Seperti biasa mendapat banyak sapaan ketika ia masuk ke dalam. Banyak karyawan yang menyapanya dengan ramah dan juga ia menjawab dengan sangat ramah."Selamat siang Bu, "ucap salah seorang karyawan."Selamat siang, sudah jam maka

  • Pelakor XXL    Untung ada dia

    Jun terdiam cukup lama, menatap pada Reya yang hanya memejamkan mata. Menggenggam tangan Reya sambil entah memikirkan apa. Beberapa kali hela napas, tak berhenti berdoa agar Reya lekas sadar. "Li, Om pulang. Kalau ada apa apa hubungi saya."Lili menatap sekilas, lalu anggukan kepala. "Iya Om. Enggak apa-apa, aku juga enggak sendirian."Akhirnya, ia memutuskan pulang ke apartemen meski Reya belum sadarkan diri. Ia berjalan masuk dan melihat Indi yang masih terbangun, sedang membuat susu untuk Kira. "Kamu pulang Mas?"Pria itu anggukan kepala, lalu duduk di kursi makan. "Mau aku buatin minum?""Kopi boleh," jawab Jun."Aku nyelesain buat susu Kira dulu ya." Indi kembali melanjutkan kegiatannya. Lalu ia menyiapkan kopi untuk sang suami. Sambil menunggu kopi ia menuju kamar, mengantarkan susu untuk Kira. Jun bangkit kemudian berjalan menuju kamar kecil untuk membersihkan diri. Mungkin saja jika membersihkan diri akan membuat tubuhnya terasa lebih segar. Apa yang terjadi pada Reya bena

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status