Beranda / Romansa / Pelakor XXL / 4. Kerokan cara mulia

Share

4. Kerokan cara mulia

Penulis: Reistya
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-25 11:02:11

Reya berjalan cepat ke luar seolah takut dibuntuti. Ia takut jika Arka mengikutinya dari belakang karena gadis itu berencana untuk menemu kekasihnya. Akan berbahaya jika Arka memergokinya.

Ratna menatap cemas putri sulungnya, apalagi ini sudah cukup malam. "Ka, susul Mbak-mu sana. Udah malam ini."

Arka anggukan kepala, ia segera berjalan cepat ke luar dari kamar. Namun, di lorong ia kini tak melihat siapapun. Arka berjalan menuju lorong ke luar dan ia tak juga menemukan Reya.

"Yaelah, mana nih kakak gue yang gemoy?" gumamnya pada diri sendiri.

Reya berjalan ke luar ke parkiran belakang tempat Jun tadi mengantar dan mengatakan akan menunggu untuk memastikan keadaannya. Reya segera masuk ke dalam mobi Jun.

Jun sedikit merasa lega saat melihat raut wajah kekasihnya yang terlihat baik-baik saja. Hanya ada Jun dan Reya sementara sopir Jun, meminta ijin untuk ke toilet.

"Gimana ibu?" tanya Jun.

"Syukur udah sadar Om dan cuma perlu istirahat karena tulang panggulnya retak," jawab Reya.

"Kalau ada apa-apa hubungin saya ya?"

"Iya Om."

Jun bergerak ke arah pintu depan dan mengunci mobil dari dalam, Ia kembali ke arah kekasihnya dan mengecup dan cium bibir Reya sebelum ia pulang ia menyempatkan membuat tanda kepemilikan di ceruk kekasihnya.

"Om," lirih Reya meminta Jun menghentikan kegiatannya.

Jun menghentikan, setidaknya ia hanya ingin itu sampai mereka bertemu lagi dua minggu lagi. Atau sesukanya saat ia benar-bener kangen dengan gadis gemoynya itu.

Jun menghapus bibir Reya yang basah akibat ulahnya. "Istirahat ya? Hmm? Jangan capek jangan sakit."

Reya anggukan kepala. "Om juga jangan sakit, jangan capek-capek. Mau langsung balik ke Surabaya?"

"Saya mau nginep ke hotel dulu dan balik ke Surabaya pagi nanti."

"Oke kalau gitu, Om juga istirahat ya?"

Pria tegap itu mengusap pucuk kepala Reya. "Iya, sayangnya Om," jawab Jun.

Setelah kecup perpisahan itu Jun menyempatkan diri untuk mengantar Reya membeli makanan. Kemudian mengantarkan gadis itu kembali ke rumah sakit. Setelah Reya turun mobil itu melaju kembali menuju Surabaya.

"Pak Ahyat, saya udah transfer ke kamu. Saya harap kamu tetap tutup mulut seperti biasanya." Jun mengancam. Seperti biasa uang tambahan setiap kali sang sopir menemaninya ke Bandung untuk menemui kekasihnya. Itu yang membuat rahasia Jun aman sampai saat ini.

"Baik Pak."

Reya berjalan kembali menuju ruang rawat sang ibu dengan membawa makanan dan minuman yang sudah ia beli. di ujung lorong ia bisa melihat Arka yang kini berdiri menunggu. Bersandar pada tembok dan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Mbak cepet banget jalannya? Aku nyusul udah nggak ada." Arka katakan itu lalu mengikuti langkah Reya.

"Ya, kamu aja yang kurang gerak cepat," ledek Reya. Sebenarnya ia tadi berusaha keras berjalan cepat karena khawatir diikuti Arka. Dan dugaannya benar.

Arka menatap Reya, melihat sebuah tanda merah di leher kanan sang kaka. "Mbak punya pacar?"'

Reya melirik cepat, reaksi itu jelas menunjukkan kalau jawabannya adalah iya. Arka menangkap itu dengan jelas lalu terkekeh.

"Hmm, ini apa?" tanya sang adik seraya menunjuk leher Reya. "Merah-merah gini? Kerokan? tapi bulet-bulet."

Langkah Reya terhenti kemudian mengambil tempat bedak yang berada di tasnya, membuka dan ia melihat dari kaca. Benar, ada tanda yang dibuat oleh Jun. Sial! bagaimana kalau ibu melihat ini? Itu yang ada dipikirannya.

"Nah lho, bingung 'kan?" Lagi Arka meledek.

"Ih, diem ah Arka!" kesal Reya.

"Dikerok aja sana. Tenang sama aku rahasia aman." Arka mengatakan lalu mengorek kantong celananya. Kemudian mengeluarkan koin dari sana dan memberikan kepada sang kaka. "Ini cara paling mulia." Arka ucapan dengan tatapan menyebalkan.

Reya segera menyambar uang koin pemberian Arka. Gadis itu berjalan ke kamar mandi untuk segera mengaburkan sisa kecupan Jun di lehernya. Sebal juga karena si Om malah meninggalkan jejak yang seharusnya tak berada di sana.

Setelah selesai gadis itu segera berjalan ke luar. Tak ada lagi Arka. Sang adik pasti sudah ke kamar untuk menjaga sang ibu lagi. Reya melangkahkan kakinya, segera kembali masuk ke dalam kamar. Melihat Arka yang sudah sibuk mengunyah keripik yang ia beli.

Reya duduk di samping sang ibu. Ratna tersenyum, memerhatikan. "Loh kamu masuk angin?"

"I-iya Bu. Di sana AC-nya agak rusak jadi dingin banget." Reya beralasan.

"Istirahat sana kalau gitu," pinta Ratna pada buah hatinya. Wanita itu merasa merepotkan sulungnya akibat penyakit yang ia derita.

"Iya, ibu enggak usah khawatir. Ibu tenang aja ini kan cuma masuk angin." Reya genggam tangan sang ibu.

Sementara itu Arka malah tertawa terbahak-bahak mendengar apa yang dikatakan sang kakak. Andai sang ibu tau kalau tanda merah itu bukan hasil dari masuk angin.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pelakor XXL    Bonus 4

    Reya dan Kira tidur di tempat tidur, sementara saat ini Yuji tidur di sofa. Reya dan Yuji merebahkan diri dan saling berhadapan. Sejak tadi mereka mengobrol satu sama lain."Mas, besok Ibu Indi ngajak aku untuk ke panti asuhan." Reya memberitahu. "Ke panti asuhan? Mau ngapain ke sana?" Pria itu bertanya karena cukup heran juga. Kenapa mereka akan ke panti asuhan besok.Reya duduk, kemudian menatap kepada Yuji. Yuji juga ikut duduk dan mereka berdua saling berhadapan. "Ibu Indi ada niat buat ngangkat anak dari panti asuhan. Buat nemenin dia di rumah.""Ya udah, nggak apa-apa kalau kamu mau ikut.""Tapi besok katanya kamu mau ngajak aku ke panti asuhan tempat kamu gede dulu?""Kita masih punya waktu beberapa hari di sini kan? Bisa lusa atau habis pulang dari panti asuhan juga bisa kan?" Reya menganggukkan kepalanya mengerti. "Sebenarnya nggak apa-apa ya kalau kita di sini?"Yuji bangkit, mengambil tongkat yang berada di sampingnya, lalu berjalan mendekat. Ia kemudian duduk di samping

  • Pelakor XXL    Bonus 3

    "Nginep sini aja Rey." Indi membujuk. Kini semua sedang duduk di ruang tamu. Membujuk Reya untuk menginap di rumah Jun saja. Sebenarnya hal itu membuat Reya jadi sedikit merasa tidak nyaman. Namun, bagaimana lagi dia tidak bisa menghindar."Iya, kalau kamu butuh apa-apa atau mau ke mana-mana di sini ada sopir yang siap nganterin ke mana kamu mau." Kuki kini menimpali. Sementara Jun duduk sedikit menjauh, dia tidak berbicara apa-apa dari tadi dan juga tidak berusaha membujuk. Pria itu ingin menghargai Indi takut jika sang istri cemburu atu berpikir aneh-aneh. Ia juga tau Reya tak nyaman berada dekat dengannya. "Iya, aku tidur di sini." Reya akhirnya mengalah dan ia memutuskan tinggal di sana selama di Surabaya.Kira turun dari pangkuan Lili lalu berlari menghampiri Reya. "Ibu nen." Kira seperti biasa setelah ia melihat sang Ibu sudah selesai dengan pembicaraannya meminta untuk disusui. "Enggak boleh di sini kan banyak orang sayang," kata reya. Kira membecik, menggembungkan pipi

  • Pelakor XXL    Bonus 2

    Indi bersama dengan Lili dan Lis sedang duduk bersama di ruang makan. Kuki, Jun dan Kira sedang berjalan-jalan menggunakan mobil untuk berkeliling komplek pagi ini. Kira sudah berada di sana selama dua hari, anak itu senang sekali. Apalagi setiap pagi sang kakak tiri, dan juga sang papi mengajaknya berjalan-jalan.Jika di Jakarta, Kira lebih banyak menghabiskan waktu bersama Yuji jika pagi sampai sore hari dikarenakan sang ibu yang harus berkuliah. Di Surabaya, Kira juga sangat senang mendapatkan banyak perhatian."Reya benar-benar enggak mau datang ke sini ya?" Indi bertanya, agak kecewa juga karena kemarin saat ulang tahun Reya tak datang.Lili menggelengkan kepalanya kemudian menjawab pertanyaan sang tante. "Iya, dia bilang nggak enak kalau datang. Tante tahulah, dia anaknya emang gitu. Tapi nanti kan dia mau ke sini untuk jemput Kira sama Mas Yuji.""Padahal sebenarnya aku kemarin minta dia datang ke sini loh. Mas Jun juga udah nggak apa-apa kok. Kalau ditelepon atau video call d

  • Pelakor XXL    Bonus bab 1

    Lili kini berada di rumah Reya. Dia sedang bermain dengan Kira. Sudah cukup lama tak bertemu dengan Kira membuat Lili begitu kangen dengan anak itu. Saat ini, Lili dengan Kira berada di ruang tengah. Sementara Reya memasak makan siang. Yuji ingin makan sayur lodeh, ikan asin dan telur dadar. "Masih Yuji ke mana?" Lili bertanya sambil sibuk bermain dengan Kira. "Kemarin, Mas Yuji itu ada rencana mau buka restoran. Jadi, dia lagi cari tempat buat restoran kita berdua. Sekarang, nggak bisa andelin uang dari endorse aja. Lo tau kan gue kuliah, ada cicilan mobil juga." Reya mengeluh. "Om Jun kan kirim uang? Lo pakai aja sedikit." Lili memberi saran."Nggak mau, itu kan emang uang untuk Kira. Semua uang dari Om Jun itu masuk ke tabungan pribadinya Kira. Gue nggak mau ngacak acak ataupun ganggu uang anak gue. Gue enggak tau gimana ke depan, uang itu buat biaya Kira sampai kuliah Li." Reya tidak mau memakai uang Kira Reya selama ini memang tak pernah mengganggu uang yang diberikan Jun u

  • Pelakor XXL    Dua tahun kemudian (tamat)

    Dua tahun kemudian...Indi berada di dapur sibuk memasak sayur lodeh, ayam goreng dan juga telur dadar. Menyiapkan makan siang sang suami. Makanan kesukaan Jun selalu tersaji hasil tangan sendiri. "Mbak tolong masukin ke kotak bekal, saya mandi dulu ya. Minta tolong juga Pak Boris buat panasin mobil." Indi berkata, kemudian berjalan menuju kamar untuk segera mandi dan bersiap menuju kantor Jun.Selesai mandi, segera dia berangkat bersama sang sopir untuk menuju kantor suaminya mengantar makan siang. Sudah jadi kebiasaan dua tahun terkahir. Perjalanan hari itu sedikit terburu-buru karena dia terlambat bangun tadi. Perjalanan menghabiskan waktu sekitar 10 menit Sampai akhirnya dia tiba di kantor. Indi segera turun dari mobil, dan berjalan masuk ke dalam. Seperti biasa mendapat banyak sapaan ketika ia masuk ke dalam. Banyak karyawan yang menyapanya dengan ramah dan juga ia menjawab dengan sangat ramah."Selamat siang Bu, "ucap salah seorang karyawan."Selamat siang, sudah jam maka

  • Pelakor XXL    Untung ada dia

    Jun terdiam cukup lama, menatap pada Reya yang hanya memejamkan mata. Menggenggam tangan Reya sambil entah memikirkan apa. Beberapa kali hela napas, tak berhenti berdoa agar Reya lekas sadar. "Li, Om pulang. Kalau ada apa apa hubungi saya."Lili menatap sekilas, lalu anggukan kepala. "Iya Om. Enggak apa-apa, aku juga enggak sendirian."Akhirnya, ia memutuskan pulang ke apartemen meski Reya belum sadarkan diri. Ia berjalan masuk dan melihat Indi yang masih terbangun, sedang membuat susu untuk Kira. "Kamu pulang Mas?"Pria itu anggukan kepala, lalu duduk di kursi makan. "Mau aku buatin minum?""Kopi boleh," jawab Jun."Aku nyelesain buat susu Kira dulu ya." Indi kembali melanjutkan kegiatannya. Lalu ia menyiapkan kopi untuk sang suami. Sambil menunggu kopi ia menuju kamar, mengantarkan susu untuk Kira. Jun bangkit kemudian berjalan menuju kamar kecil untuk membersihkan diri. Mungkin saja jika membersihkan diri akan membuat tubuhnya terasa lebih segar. Apa yang terjadi pada Reya bena

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status