Sore ini Jun dalam perjalanan pulang dari kantor. Menyempatkan waktu untuk melipir sejenak untuk membeli martabak telur. Jun tak segan untuk membeli makanan di jalan. Sebelumnya, ia tak pernah melakukannya karena semua terbiasa dilayani, Hidup sebagai anak dengan privilege, istilah masa kini. Namun, lagi-lagi semua berubah saat Reya yang mengajarkan si om untuk sesekali merasakan sensasi jajan di jalan.
Jun duduk di dalam mobil seraya menunggu pesanannya. Kemudian mengambil ponselnya dan segera menghubungi Reya. Tak lama sampai panggilan diterima"Kamu di mana?""Aku di rumah habis mandi, belum pulang Om?"Jun tersenyum, membayangkan kekasihnya itu selesai mandi kemudian aroma strawberry menyeruak dari dalam kamar mandi. Reya memang menyukai mandi dengan sabun dengan wangi buah terutama strawberry."PAsti wangi strawberry. hmm? Kamu bikin saya kangen." Jun merayu, kata-kata gombal."Kita kan nanti ketemu lagi kalau om ke Jakarta minggu depan." Reya coba mengingatkan janji temu mereka berdua."Iya, cuma masih terlalu lama buat saya. Saya lagi beli martabak telur.""Makan yang banyak ya Om. Jangan lupa vitaminnya diminum juga, makan nasi, minum air putih, dan jangan lupa jangan begadang. Aku enggak mau Om sakit." Reya berucap panjang lebar penuh perhatian.Lalu jika gadis itu bersikap semanis itu, bagaimana Jun tak jatuh hati? Perhatian yang diberikan tulus dan tak berlebihan. Reya juga tak pernah menuntut mungkin jika bisa meminta, Jun ingin mengenal Reya dulu kemudian jatuh cinta dan bisa merasakan bagaimana menjalani kisah kasih berdua. Meski jelas semua itu tak akan mungkin. Jadi ia mensyukuri saja bahwa bisa bertemu dengan Reya di masa sekarang disaat dia sudah bisa memberikan banyak hal untuk gadis itu."Om kok diem?""Iya sayangnya Om. Kamu juga, inget kalau ada apa-apa hubungi saya.""Siap. Ya Udah ya Om, aku mau ke kamar ibu. Mau mandiin ibu.""Oke," jawab Jun."Sayang om banyak-banyak. Bye," pamit Reya kemudian mematikan panggilannya.Jun kemudian mematikan panggilan. Ia segera menghapus riwayat panggilan dari aplikasi. Menunggu sebentar sampai martabak pesanannya tiba. Kemudian melanjutkan perjalanannya untuk pulang.Perjalanan menuju rumah memakan waktu tak lebih dari 10 menit. Setelah tiba Jun segera berjalan turun dan masuk ke dalam rumah besarnya. Ke dalam kemudian menuju dapur melihat putra tunggalnya Kuki Yang kini tengah meneguk air dingin. Kuki sepertinya baru saja pulang kuliah terlihat dari pakaian yang dikenakan juga tas dan sepatu yang belum ia lepas. Melihat sang ayah cookie segera mencium tangan ayahnya.Jun kemudian berjalan menuju meja makan. "Sini makan dulu. Ambil piring sama sendok," ajak JunAnak itu berjalan mendekati sang ayah, sambil membawa piring yang tadi diperintahkan oleh sang ayah untuk dibawa. kemudian duduk di kursi yang tepat bersebelahan dengan Jun yang kini tengah membuka kotak martabak yang ia beli tadi. Terlihat masih hangat."Nih makan dulu, ngemil." Jun memang begitu menyayangi putra semata wayang."Tumben banget nih papi jajan di luar sendirian?" tanya Kuki sambil sibuk mengunyah martabak miliknya."Papi kebetulan emang lagi pengen aja.""Oiya Pi, aku minggu depan kayaknya mau ke Jakarta deh."Jun melirik ke arah Kuki. "Mau ngapain kamu ke sana?""Biasalah ada pertemuan sama anak-anak gamers. Aku udah minta izin sama mami, kata mami oke boleh." Kuki kemudian menatap sang papi yang menganggukkan kepala.Game kemudian menatap pada putra semata wayangnya. "Kalau ke Jakarta kamu mau tidur di mana? Kalau emang kamu mau ke sana biar papi sewain apartemen."Kuki menggeleng, Ia benar-benar sudah memiliki rencana untuk ini. "Aku kemarin udah ngobrol sama Lili kalau aku bakalan nginep di rumah bude Lis. Lagian di sana kan ada Lili yang bisa naik motor. Jadi, aku bisa bonceng dia buat nganterin. Lagian mumpung Lili nganggur gitu manfaatkan jadi tukang ojek. Lili juga udah oke buat bantuin aku."Mendengar nama Lili mengingatkan Jun pada Reya. Dan tentu saja jika Kuki ke sana ia akan bertemu dengan kekasihnya itu."Apa nggak ngerepotin?""Lili bilang sih nggak ngerepotin Pi. Ya daripada dia nggak ada kerjaan. Dan aku juga minta tolong dia nanti buat ambil foto aku dan teman-teman." Kuki menjelaskan lagi terlihat jika sang papin tampaknya agak atas setuju dengan keputusannya untuk menginap di rumah Lili.Sedikit banyak Jun setuju dengan apa yang dikatakan oleh Kuki. Selain itu Kuki bisa juga berkumpul dengan Lili sepupunya. "Kebetulan papi juga mau ke Jakarta minggu depan. Papi ada rencana mau nginep di hotel sih. Kita berangkat bareng aja Jadi papi juga bisa mampir ke rumahnya Bude Lis."Rencana telah dibuat tentu saja tujuan Jun tak dan tak bukan agar ia bisa melihat Reya. Rumah Lili dan kekasihnya tam terlalu jauh. Hanya berbeda RT dan rumah Reya berada sedikit di depan dari rumah Lili. Sepertinya, Jun akan meminta kekasihnya itu untuk bermain di rumah Lili, agar ia bisa mengamati gadis itu. Kemudian jika memungkinkan, Jun akan membuat rencana berdua. Jun rindu dimanjakan dan berpeluh bersama tuntaskan dahaga napsu.Sementara di sisi lain Kuki merasa senang karena ia bisa berangkat bersama dengan sang papi. Andai ia tahu niat buruk ayahnya itu, mungkin saja ya takkan merasa sesenang ini.Reya dan Kira tidur di tempat tidur, sementara saat ini Yuji tidur di sofa. Reya dan Yuji merebahkan diri dan saling berhadapan. Sejak tadi mereka mengobrol satu sama lain."Mas, besok Ibu Indi ngajak aku untuk ke panti asuhan." Reya memberitahu. "Ke panti asuhan? Mau ngapain ke sana?" Pria itu bertanya karena cukup heran juga. Kenapa mereka akan ke panti asuhan besok.Reya duduk, kemudian menatap kepada Yuji. Yuji juga ikut duduk dan mereka berdua saling berhadapan. "Ibu Indi ada niat buat ngangkat anak dari panti asuhan. Buat nemenin dia di rumah.""Ya udah, nggak apa-apa kalau kamu mau ikut.""Tapi besok katanya kamu mau ngajak aku ke panti asuhan tempat kamu gede dulu?""Kita masih punya waktu beberapa hari di sini kan? Bisa lusa atau habis pulang dari panti asuhan juga bisa kan?" Reya menganggukkan kepalanya mengerti. "Sebenarnya nggak apa-apa ya kalau kita di sini?"Yuji bangkit, mengambil tongkat yang berada di sampingnya, lalu berjalan mendekat. Ia kemudian duduk di samping
"Nginep sini aja Rey." Indi membujuk. Kini semua sedang duduk di ruang tamu. Membujuk Reya untuk menginap di rumah Jun saja. Sebenarnya hal itu membuat Reya jadi sedikit merasa tidak nyaman. Namun, bagaimana lagi dia tidak bisa menghindar."Iya, kalau kamu butuh apa-apa atau mau ke mana-mana di sini ada sopir yang siap nganterin ke mana kamu mau." Kuki kini menimpali. Sementara Jun duduk sedikit menjauh, dia tidak berbicara apa-apa dari tadi dan juga tidak berusaha membujuk. Pria itu ingin menghargai Indi takut jika sang istri cemburu atu berpikir aneh-aneh. Ia juga tau Reya tak nyaman berada dekat dengannya. "Iya, aku tidur di sini." Reya akhirnya mengalah dan ia memutuskan tinggal di sana selama di Surabaya.Kira turun dari pangkuan Lili lalu berlari menghampiri Reya. "Ibu nen." Kira seperti biasa setelah ia melihat sang Ibu sudah selesai dengan pembicaraannya meminta untuk disusui. "Enggak boleh di sini kan banyak orang sayang," kata reya. Kira membecik, menggembungkan pipi
Indi bersama dengan Lili dan Lis sedang duduk bersama di ruang makan. Kuki, Jun dan Kira sedang berjalan-jalan menggunakan mobil untuk berkeliling komplek pagi ini. Kira sudah berada di sana selama dua hari, anak itu senang sekali. Apalagi setiap pagi sang kakak tiri, dan juga sang papi mengajaknya berjalan-jalan.Jika di Jakarta, Kira lebih banyak menghabiskan waktu bersama Yuji jika pagi sampai sore hari dikarenakan sang ibu yang harus berkuliah. Di Surabaya, Kira juga sangat senang mendapatkan banyak perhatian."Reya benar-benar enggak mau datang ke sini ya?" Indi bertanya, agak kecewa juga karena kemarin saat ulang tahun Reya tak datang.Lili menggelengkan kepalanya kemudian menjawab pertanyaan sang tante. "Iya, dia bilang nggak enak kalau datang. Tante tahulah, dia anaknya emang gitu. Tapi nanti kan dia mau ke sini untuk jemput Kira sama Mas Yuji.""Padahal sebenarnya aku kemarin minta dia datang ke sini loh. Mas Jun juga udah nggak apa-apa kok. Kalau ditelepon atau video call d
Lili kini berada di rumah Reya. Dia sedang bermain dengan Kira. Sudah cukup lama tak bertemu dengan Kira membuat Lili begitu kangen dengan anak itu. Saat ini, Lili dengan Kira berada di ruang tengah. Sementara Reya memasak makan siang. Yuji ingin makan sayur lodeh, ikan asin dan telur dadar. "Masih Yuji ke mana?" Lili bertanya sambil sibuk bermain dengan Kira. "Kemarin, Mas Yuji itu ada rencana mau buka restoran. Jadi, dia lagi cari tempat buat restoran kita berdua. Sekarang, nggak bisa andelin uang dari endorse aja. Lo tau kan gue kuliah, ada cicilan mobil juga." Reya mengeluh. "Om Jun kan kirim uang? Lo pakai aja sedikit." Lili memberi saran."Nggak mau, itu kan emang uang untuk Kira. Semua uang dari Om Jun itu masuk ke tabungan pribadinya Kira. Gue nggak mau ngacak acak ataupun ganggu uang anak gue. Gue enggak tau gimana ke depan, uang itu buat biaya Kira sampai kuliah Li." Reya tidak mau memakai uang Kira Reya selama ini memang tak pernah mengganggu uang yang diberikan Jun u
Dua tahun kemudian...Indi berada di dapur sibuk memasak sayur lodeh, ayam goreng dan juga telur dadar. Menyiapkan makan siang sang suami. Makanan kesukaan Jun selalu tersaji hasil tangan sendiri. "Mbak tolong masukin ke kotak bekal, saya mandi dulu ya. Minta tolong juga Pak Boris buat panasin mobil." Indi berkata, kemudian berjalan menuju kamar untuk segera mandi dan bersiap menuju kantor Jun.Selesai mandi, segera dia berangkat bersama sang sopir untuk menuju kantor suaminya mengantar makan siang. Sudah jadi kebiasaan dua tahun terkahir. Perjalanan hari itu sedikit terburu-buru karena dia terlambat bangun tadi. Perjalanan menghabiskan waktu sekitar 10 menit Sampai akhirnya dia tiba di kantor. Indi segera turun dari mobil, dan berjalan masuk ke dalam. Seperti biasa mendapat banyak sapaan ketika ia masuk ke dalam. Banyak karyawan yang menyapanya dengan ramah dan juga ia menjawab dengan sangat ramah."Selamat siang Bu, "ucap salah seorang karyawan."Selamat siang, sudah jam maka
Jun terdiam cukup lama, menatap pada Reya yang hanya memejamkan mata. Menggenggam tangan Reya sambil entah memikirkan apa. Beberapa kali hela napas, tak berhenti berdoa agar Reya lekas sadar. "Li, Om pulang. Kalau ada apa apa hubungi saya."Lili menatap sekilas, lalu anggukan kepala. "Iya Om. Enggak apa-apa, aku juga enggak sendirian."Akhirnya, ia memutuskan pulang ke apartemen meski Reya belum sadarkan diri. Ia berjalan masuk dan melihat Indi yang masih terbangun, sedang membuat susu untuk Kira. "Kamu pulang Mas?"Pria itu anggukan kepala, lalu duduk di kursi makan. "Mau aku buatin minum?""Kopi boleh," jawab Jun."Aku nyelesain buat susu Kira dulu ya." Indi kembali melanjutkan kegiatannya. Lalu ia menyiapkan kopi untuk sang suami. Sambil menunggu kopi ia menuju kamar, mengantarkan susu untuk Kira. Jun bangkit kemudian berjalan menuju kamar kecil untuk membersihkan diri. Mungkin saja jika membersihkan diri akan membuat tubuhnya terasa lebih segar. Apa yang terjadi pada Reya bena