Share

9. Kegiatan Indi

Jun dulu pernah bersikap naif dan membayangkan masa pernikahan yang manis. Meskipun gadis yang ia nikahi berdasarkan perjodohan. Berharap menjadi layaknya raja yang diberikan perhatian dan tempat untuk bersandar. Ya, Jun memang laki-laki dan tak salah 'kan jika ia berharap dan juga membayangkan akan melalui pernikahan dimana ia berniat meratukan sang istri kelak. Berharap akan ada wanita yang ia jadikan tempat mengeluhkan segala masalah dan juga sandaran bagi emosi-emosi kecilnya.

Nyatanya, raja tak selamanya terpuaskan oleh ratunya. Ia yang harus membesarkan hati untu itu menggapai mimpinya sendiri, Sementara sang ratu membangun dunia yang katanya demi kebaikan sang raja. Bukan berarti ia tak menghargai apa yang sudah diberikan Indie bahkan ia bersyukur karena sang istri telah memberikannya buah hati.

Tetap ada yang kurang, dan ia tak bisa temukan di di Indi. Selama ini coba ia tahan dan jadikan dirinya setia. Namun ketika ia benar-benar telah menemukan seorang yang bisa memberi itu, makan Jun lepas kendali.

Kehidupan dengan Indi, baik. Sangat baik malah, tak ada pertengkaran berarti 'lagi'. Karena Jun sudah lelah cari perkara dengan sang istri. Beberapa tahun kebelakang, Indi terlalu sibuk dengan kegiatan sosial untuk membentuk image-nya sendiri. Hingga ia lupa memberi sedikit perhatian pada Jun.

Awalnya Jun kesal karena ingin mendapatkan perhatian. Hanya saja ia lama-lama lelah juga terus meminta Indi kurang kegiatan dan fokus padanya saja. Indi mengatakan kalau apa yang ia lakukan adalah untuk sang suami juga dan ama perusahaan. Ya, Jun terima saja mau bagaimana ia memang kalah jika adu suara,

"Udah makan kamu Mas?" tanya Indi. Sang istri baru selesai mandi setelah kembali dari kegiatan bersedekah, ke Pasuruan hari ini..

Jun kini duduk di tempat tidur, sibuk membaca artikel bisnis dari ponsel miliknya, "Udah tadi Mbok 'kan masak," jawab Jun tampa memalingkan tatapannya.

Indi kini duduk di meja riasnya. Merawat wajahnya dengan skin care agar tetap cantik dan awet muda. Bukan hanya itu, Indi juga rutin melakukan suntik putih juga perawatan wajah rutin. Tentu saja untuk cantik itu perlu usaha dan uang juga tentu saja.

"Tadi pada tanya kamu kenapa enggak ikut Mas. Aku bilang kamu sibuk dan memang sibuk kan? Oiya, aku kasih semua donasi itu atas nama kamu."

"Kenapa harus nama saya? Kamu bisa bilang itu dari kamu lho." jun mengucapkan tanpa menatap sang istri.

"Iya dong biar mereka tau kalau kamu peduli meski enggak datang. Di sana padahal ada juga Pak Bram yang aktif banget di setiap kegiatan. Salut aku," jelas Indi kemudian menoleh kepada sang suami sambil sibuk memakai serum di wajahnya. "Mas kamu kapan mau ikut kita? Lagian ini kan kegiatan baik lho. Berbagi, sama-sama."

Jun meletakkan ponsel miliknya. Sejujurnya sedikit merasa kesal dengan apa yang dikatakan Indi. Terlihat sekali jika ia dibandingkan, Jun tak menyukai itu. "Karena menurut saya untuk berbagi itu enggak perlu setor muka. Saja juga berbagi, orang enggak perlu tau kalau itu dari saya."

"Kamu itu selalu gitu Mas. Memang apa salahnya sesekali? Aku kan juga pingin suamiku ikut dalam kegiatan kelompok aku," rengek Indi. Merasa kesal karena terus diabaikan.

Jun melipat kedua tangannya di depan dadanya. "Nah, itu kan tujuan utama kamu? Kamu mau saya ikut kegiatan? Enggak usah bawa-bawa Pak Bram atau apapun itu lah."

"Ya, kalau aku minta pasti enggak mau kamu."

"Karena aku merasa itu bukan kegiatan yang berguna. Memang tujuannya berbagi, tapi waktu yang kalian habiskan lebih banyak untuk kegiatan kelompok diluar kegiatan berbagi 'kan?" tanya Jun lagi.

Indi terdiam tak salah sih apa yang dikatakan oleh Jun. Mereka memang lebih banyak melakukan kegiatan untuk pribadi dibandingkan kegiatan berbagi yang biasanya hanya berlangsung du sampau tiga jam.

"Ya, enggak salah dong? Kami kan bersosialisasi." Indi berikan pembelaan.

Jun tak ingin berbicara lagi. Jika diteruskan ia tau akan berakhir dengan pertikaian. Pria berlesung pipi itu merasa kalau hari ini ia sudah cukup lelah untuk bertengkar dengan Indi. Tak akan ada habisnya karena Jun akan kembali dipaksa untuk ikut dan akan berakhir dengan penolakan.

"Kamu udah tau Kuki mau ke Jakarta dan mau nginep di rumah Lili?" tanya jun coba alihkan pembicaraan.

Indi anggukan kepalanya, ia kemudian berjalan menghampiri sang suami karena telah selesai dengan skincare rutinnya. Indi rebah tepat di samping Jun. "Aku tau, Kuki katanya ada acara sama temen-temennya. kamu kan juga mau ke Jakarta kan?"

Jun anggukan kepala sebagai jawaban.

"Bareng aja sama Kuki. Naik pesawat aja."

"Iya, saya udah bilang Kuki."

Indi sedikit merasa tenang karena Jun mau berangkat bersama anak mereka. "Yaudah kalau gitu istirahat yuk Pi. Aku udah capek banget."

"Iya, sebentar saya masih baca artikel."

Mendengar itu membuat Indi memeluk sang suami dari samping sambil menyandarkan kepalanya ke bahu Jun. Indi masih ingin juga disayang dan dimanjakan. Ia sesekali mencium bahu sang suami ada aroma tubuh yang ia suka maskulin dan segar.

Sementara itu Jun masih membaca berita bisnis, terutama tentang saham. Belakangan nampaknya perekonomian sedikit mengguncang pasar saham. Saat tengah serius membaca, ponselnya berdering kemudian nampak notifikasi chat dari Reya, tertulis di sana 'Om'. Tentu saja itu buat Jun refleks mengunci layar ponselnya.

Jun panik, tapi mencoba untuk menenangkan diri. Apalagi sang istri kini tepat berada di sampingnya. Perasaan pria itu kini bak maling yang tertangkap basah. Ia melirik ke arah sang istri yang kini menatap ke arahnya, penasaran.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status