Share

7. Pelakor

Kemajuan dalam segala bidang di masa sekarang ini sudah banyak memberikan kemudahan bagi para masyarakat saat ini. Mereka tak harus mendapatkan pekerjaan kantoran agar bisa mendapatkan uang. Bahkan remaja yang masih berada di bangku sekolah saat ini, sudah mampu mendapat uang jajan dengan banyak cara seperti berjualan online atau menulis di platform berbayar.

Seperti yang dilakukan Reya dan Lili keduanya sama-sama mencari uang dari menulis dan juga berjualan online. Hingga kebersamaan mereka bukan hanya obrolan yang sia-sia. Suka berbagi pikiran mengenai kepenulisan dan juga bisnis kecil-kecilan mereka berjualan merchandise k-pop.

"Makin susah cari uang kita. Ini lihat, masa gue ngajuin cerita dari bulan maret belum signed juga cerita gue? Gimana ini?" Lili mengeluh seraya memeluk sahabatnya itu.

Sama juga dengan Reya. Hanya saja gadis itu memiliki sugar daddy yang bisa memenuhi kebutuhannya. Rasanya tak akan terlalu menjadi masalah bahkan jika ceritanya tertolak. Hanya aja akan sulit untuk menjawab pertanyaan sang ibu saat bertanya darimana ia mendapatkan uang, Namun, agaknya Reya mendapatkan sedikit keajaiban karena kemarin salah satu ceritanya resmi terkontrak.

"Coba lo bikin cerita pelakor deh," saran Reya.

"Lo 'kan tau gue basic-nya itu fantasi." Lili kini malah merebahkan kepalanya ke pangkuan Reya. Minta di manja, merengek, intinya hari ini sahabatnya itu menjadi sedikit menyebalkan.

"Ya, lo bikin fantasi romance tokohnya selingkuh. Gimana?" Reya coba memberikan saran.

Lili segera bangkit ia duduk kembali dan kini sibuk meneguk minuman miliknya. "Kenapa harus pelakor sih?"

"Cerita gue yang naik step itu tentang pelakor." Reya jelaskan alasan mengapa ia meminta Lili membuat kisah mengenai pelakor.

"Sumpah ya gue tuh kayak males banget kalau bikin cerita tentang pelakor. Lagi ngapain sih lu ngambil laki-laki orang anjir? Banyak kok laki-laki lebih ganteng yang lebih kaya," cicit Lili.

Sementara setelah mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu membuat perasaannya jadi tak enak sendiri. Apalagi dengan statusnya saat ini yang juga adalah seorang pelakor.

"Ya, mungkin aja .., mereka punya alasan lain di balik itu. Bisa juga 'kan laki-lakinya yang ngejar perempuan, sampai akhirnya perempuannya nyerah." Reya mengutarakan pendapatnya sekaligus mencoba sedikit membela diri. Meskipun perkataan yang diutarakan oleh Lili tadi bukan mengenai dirinya. Tetap saja rea merasa itu adalah sungguh sindiran yang telak.

Lucu menurut Lili saat mendengar apa yang dikatakan Reya. "Kok lo malah bela pelakornya sih?

"Ya nggak ngebela sih gue cuman nggak mau melihat sesuatu dari satu sudut pandang aja. Ya misalnya laki-laki itu nggak dapat perhatian dari istrinya misalnya?" Lagi-lagi Reya coba melihat itu dari sudut pandangnya.

"Gue sih gampangnya gini aja Rey. Ketika lu dekat sama laki-laki dan laki-laki itu udah punya istri. Lo tuh nggak berhak ada di arena mereka. Udah sesimpel itu," kata Lili lagi.

Mau dengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu tentu saja membuat perasaan Reya menjadi sedikit kesal. "Ya udah gini aja. Sekarang lo mau nggak, bikin cerita tema pelakor? Demi cuan?"

"Gue coba deh," ujar Lili kini ia sepertinya mulai terbuka pikirannya untuk membuat sesuatu di luar zona nyamannya. "BTW, lo kenal Kuki?"

Reya menganggukan kepalanya. Tentu saja ia kenal dengan Kuki. "Kenapa?"

"Dia mau ke Jakarta."

Reya hanya menganggukan kepalanya. "Sama keluarganya?" Jelas maksud dari pertanyaan ini adalah, apakah Jun akan ikut dengan puteranya itu? Hanya saja, Reya tak mungkin memperjelas maksud dari pertanyaannya.

"Kayanya dia sendiri deh. Mau nginep sebulanan karena dia lagi ada projek sama temen-temennya, komunitas gamers gitu."

"Oh gitu, gue kira dia di sini akan ada tugas kuliah atau semacamnya gitu?"

"Kayaknya sih Ada tugas kuliah juga cuman nggak tahu sih. Ada rencana dia mau nginep di rumah gua juga." Lily menjelaskan sambil mengunyah kudapan keripik seblak yang berada di hadapannya.

Saat itu ponsel Reya bergetar sebuah pesan dari Jun. Lili sempat menoleh saat pesan itu masuk dan nampak mengambang di layar. Sebuah ketikan pesan manis 'jangan lupa makan siang, sayang'. Meski terbaca kaku sekali.

"Cieee, siapa tuh? Diem-diem ya ibu ini udah punya kekasih baru hati." Lili melirik dengan curiga. Tentu saja karena selama ini sahabatnya itu tak pernah memberitahu tentang kekasihnya selama ini.

Reya dengan cepat mengambil ponsel miliknya yang tergeletak. Lagian, tumben sekali sang kekasih mengirim pesan siang-siang?

"Temen doang Li." Reya menyahut cepat jelas malah membuat kecurigaan dari Lili. Mana bisa ia dibohongi? Selama ini sudah lebih dari sepuluh tahun mereka bersahabat.

"Tadi ditelepon terus sekarang di chat. Aduh aduh uwu banget sih kalian." Lili terkekeh melihat tingkah Reya yang salah tingkah.

"Temen aja Li, serius." Reya merengek ingin sahabatnya mengerti kalau pria yang menghubunginya itu hanyalah temannya saja.

Lili jelas bisa melihat kalau ada sesuatu yang spesial di antara Reya dengan si pengirim pesan. "Kenapa sih lo pakai nutupin segala Rey? Justru bakal kelihatan banget karena lo mengelak. Lagian, kalau emang lo belum siap ngenalin pacar lo ke gue, gue nggak masalah pasti suatu saat lo akan kenalin dia ke gue "

Tentu saja dalam hal ini Reya tak mungkin mengenalkan kekasihnya kepada sahabatnya itu. Bagaimana bisa ia mengatakan kalau menjalin hubungan dengan seorang pria yang memiliki istri. Dan lebih parahnya kekasihnya adalah paman dari sahabat baiknya. Mungkin jika ia mengatakan itu Lili sudah akan memenggal kepalanya atau kakinya. Makanya lebih baik diam dan bungkam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status