Vianca memejamkan mata, duduk di kursi teras ditemani dinginnya malam dan secangkir teh hangat yang berada di meja. Semenjak mendengar penghinaan dari dua teman Zeva hatinya tak bisa tenang. Timbul rasa ragu pada diri sendiri, apakah layak dirinya menjadi pendamping Zeva. Sama seperti saat pertama kali Zeva melamarnya, bahkan keraguannya lebih dari pada itu.
Hanya anak di dalam perut yang membuatnya bertahan. Dirinya merasa tidak berharga meskipun Zeva sudah menenangkan batinnya.
"Gak diminum tehnya, Vi?"
Vianca perlahan membuka mata, dan hal pertama kali dia lihat bukanlah langit malam seperti tadi. Melainkan wajah Zeva yang menatap teduh penuh iba.
"Keburu dingin tehnya, kurang nikmat." Sekali lagi, pria itu membujuk wanita yang ada di hadapannya untuk mau menikmati teh. "Apa kurang biskuit Rom*?"
Vianca mulai tersenyum dengan sedikit candaan dari Zeva. Hati yang rapuh itu berusaha dia kuatkan lagi. Dia tidak ingin menyia-nyiakan waktu kebe
Zeva masuk ke ruang inap kelas VVIP di mana Savana berbaring di rawat. Zeva tertegun, dia melihat Savana di ranjang rumah sakit berbaring lemah dengan tangan yang diperban. Meskipun cinta untuk Savana sudah habis, tapi Savana adalah tanggung jawabnya."Vana, apa yang terjadi sama kamu? Kamu nyetir sendiri atau bagaimana?" ketus Zeva bertanya.Savana mendengkus ingin diperhatikan oleh Zeva, tapi Zeva selalu sinis padanya. "Ini semua gara-gara kamu, Zeva.""Aku bahkan gak ada di tempat kejadian, tapi kamu malah nyalahin aku. Coba kamu intropeksi diri, Vana.""Kamu yang harusnya introspeksi diri, sikap kamu kaya gini udah bikin aku frustasi. Aku lagi nyetir, tiba-tiba ada yang kirim chat. Aku buka karena takut penting, dan ternyata ada nomer yang gak dikenal kirim foto kamu sedang jalan sama wanita hamil."Zeva membisu, memalingkan wajah."Siapa itu?" tanya Savana."Gak usah tau.""Kamu gak pernah menyentuh aku di rumah, tapi bisa
Vianca terakhir kali bertemu Zeva pada saat tanda tangan surat pernyataan jadwal lahiran Caesar di sebuah Rumah Sakit swasta, itu pun hanya sebentar. Setelah itu, Zeva sibuk dengan Savana.Tibalah waktu Operasi yang dijadwalkan waktu itu. Vianca menghubungi Zeva tapi pria itu sulit dihubungi. Sepertinya suaminya itu sedang sibuk menjaga istri mudanya. Dengan terpaksa, Vianca menelepon Edrick karena hanya Edrick yang peduli padanya.Tak lama setelah ditelepon Edrick muncul. Dia membawa Vianca ke rumah sakit.Vianca pun menjalani persalinan di RS. Santosa tanpa didampingi suami. Dia sedih akan hal itu. Namun, dia harus berusaha menguatkan diri.Miris memang, istri sendiri sedang menjalani proses persalinan tapi suaminya malah sibuk dengan wanita lain. Malahan, yang mendampingi saat ini adalah Edrick. Edrick juga mengadzani bayi tersebut.Tak lama setelah itu, ibunya Vianca datang dan membantu Vianca menjaga bayi mereka. Dan mungkin, ibuny
Hari ke dua Vianca belajar duduk. Dia merasa perutnya ditarik sesuatu. Rasanya tak nyaman, apalagi kalau sudah ingin batuk dia merasa perutnya tidak baik-baik saja.Edrick, ibu, dan adiknya masih berada di situ berjaga gantian. Namun hingga detik ini Zeva belum bisa dihubungi.Pria itu tahu jadwal Vianca melahirkan adalah hari kemarin. Namun, entah setan apa yang merasuki pria itu hingga melupakan hari penting dalam hidup istrinya. Bahkan, harusnya adalah hari penting juga buatnya."Vianca kamu belum makan? Kamu perlu minum obat, jadi cepatlah makan.""Aku malas makan.""Jangan gitu, jika kamu cepat pulih pasti kamu bakal menjaga anakmu dengan maksimal.""Kamu benar Edrick, tapi aku benar-benar malas makan."Ibu ikut angkat bicara. "Vianca, jika kamu selalu stres bisa mempengaruhi produksi ASI mu nanti. Jangan selalu memikirkan masalahmu.""Tolong, jangan selalu paksa aku kuat untuk mengahadapi semua, aku hany
Zeva sedih akan reaksi Vianca yang menolaknya. Dia tahu seberapa fatal kesalahan dirinya. Dia mengakui sifatnya yang plin-plan dan tidak tegas."Aku ini suamimu, Vianca. Jangan berkata kasar seperti itu.""Suami? Terus, kemana saja kamu dari kemarin? Kamu janji bahwa akan menemaniku selama kehamilan trimester ketiga sampai melahirkan. Tapi kamu ingkari itu. Kamu menjanjikan kebahagiaan padaku, tapi menjanjikan pula kebahagiaan pada wanita lain.""Oke aku minta maaf.""Aku ingin istirahat dulu. Edrick! Aku mohon bantuanmu."Edrick memapah Vianca dengan tangan yang bergetar. Dia sebenarnya takut pada kakaknya. Bagaimana pun Zeva adalah suami Vianca."Vianca, Bang Zeva udah ada di sini. Mungkin aku akan pamit pulang, karena tugasku juga udah selesai. Dia ya g berhak menemani kamu.""Percayalah padaku, kakakmu itu hanya sebentar di sini. Dia akan kembali pada pelukan wanita itu. Wanita yang menjadi kebanggaan keluarga kalian. Sementara ak
Zeva berniat akan pulang dari Rumah Sakit, tapi saat keluar ruangan dia berpapasan dengan ibunya Vianca. Zeva salah tingkah, walau begitu dia tetap memberikan salam."Zeva, kamu mau ke mana?""Saya harus pergi lagi karena ada urusan, Bu.""Urusan? Padahal, kamu baru saja sampai, kemudian pergi lagi. Kenapa bisa seperti itu. Setahu ibu, jika istri sedang melahirkan kamu dapat hak cuti. Kamu bahkan bekerja di perusahaan ayahmu jadi seharusnya kamu bisa leluasa cuti. Bahkan mungkin memiliki waktu lebih."Zeva mendengkus. "Justru karena saya bekerja di perusahaan ayah sendiri sehingga tidak bisa bebas bersama Vianca.""Jadi, bagaimana dengan janjimu untuk membahagiakan Vianca. Harusnya, saat ini kamu bisa menjadi bahu tempat dia bersandar. Karena sesungguhnya, seorang perempuan yang baru melahirkan sangat butuh dukungan suami.""Saya tak lepas tanggung jawab, saya selalu transfer uang pada Vianca.""Kenapa kamu selalu mengukur kebahagiaan
Malam hari, Edrick dan Cindy pergi ke supermarket untuk membeli bahan makanan dan kebutuhan rumah lainnya. Cindy tak menyangka akan sedekat ini dengan seorang Edrick. Dia menatap punggung pria itu tampak kokoh dan gagah. Edrick di mata Cindy adalah sosok yang sempurna, mustahil dirinya tidak jatuh hati pada Edrick.Edrick melirik pada Cindy. "Mau cari apa lagi, nih?""Oh iya, aku hampir lupa. Kak Vianca katanya ingin stock chiken NuGet dan sosis. Lalu dia juga butuh saus tiram dan saus teriyaki.""Oke, kita ke arah sana."Edrick maju ke bagian sosis dan NuGet, Cindy mengikutinya di belakang lalu mengambil sesuai kebutuhan. Cindy gemetar saat tangannya mengambil sosis di rak tersebut. Karena saat ini, mereka bagaikan suami istri yang sedang berbelanja kebutuhan dapur.Cindy menepuk jidatnya, dia merasa konyol atas lamunannya karena dia berpikir hal semacam itu padahal dia masih sekolah.Edrick tercengang atas sikap Cindy yang seperti it
Zeva keluar dari perusahaan ayahnya, dan memulai semuanya dari nol. Sebenarnya, dia memiliki bisnis lain, tapi omsetnya tidak melejit. Mungkin, pendapatan dia perbulan akan berkurang lebih dari setengahnya. Dia pakai uang pesangon dari perusahaan untuk mengembangkan lagi bisnisnya itu, karena tadinya memang hanya sebagai sampingan semata.Dia malam ini berdoa setelah selesai shalat tahajud, supaya diberi kemudahan atas segala masalah-masalahnya. Ayahnya memang benar, tanpa bantuan dari keluarga dia hanya mantan napi yang Luntang-lantung tidak jelas. Dia sadar akan hal itu, ada rasa takut tak bisa membahagiakan Vianca secara finansial.Dia akhirnya beristirahat jam tiga malam, esok pagi harus mengurus berkas-berkas. Setelah itu, baru sore hari menemui Vianca dan anaknya. Sekilas, dia nampak tidak peduli dengan Vianca, tapi sedikit banyak dia mulai bergerak membuat situasi menjadi lebih baik. Salah dirinya adalah, dia kurang komunikasi dengan Vianca. Tidak menceritakan d
Zeva memulai harinya yang baru. Dia pamit bekerja dari rumah yang di tempati Vianca lalu pulang dengan tepat waktu. Sebelum tidur, dia menemani dulu anaknya walau sekadar duduk di samping putranya yang masih bayi yang lemah. Semua berjalan lancar beberapa hari ini, dan ternyata hidup seperti ini membuatnya lebih tenang."Cindy ikut kita aja, dia bisa nemenin kamu. Biar dia sekolah di sini, biar dekat juga sama kamu," kata Zeva"Maunya, sih kaya gitu. Tapi ibu punya kesibukan lain, setelah anakku agak besaran mereka akan kembali ke rumah ibu," jawab Vianca.Sekarang akhir pekan, Edrick datang berkunjung. Namun, dia melihat mobil Zeva berada di garasi itu artinya Zeva sedang berada di rumah ini.Edrick mengucap salam dan masuk ke dalam rumah setelah sebelumnya dipersiapkan masuk oleh pembantu. "Bang Zev, gua kira gak ada lo di sini. Gua ke sini buat menawarkan bantuan, tapi kalau lo ada di sini, mungkin gua gak lagi dibutuhkan.""Lo ngomong apa, sih,