Hari itu turun hujan, sore hari Linda telah kembali ke hotel karena tidak betah di rumah sakit. Di hotel Linda hanya berbaring dengan nyaman tanpa selang infus yang tertancap di salah satu tangannya.
Nelvan terlihat berada di ruangan itu juga, posisinya duduk memegang sebuah tab besar, kacamata bertengger di hidung mancungnya saat kedua mata itu fokus padda grafik yang ada di layar tab.
Hujan di luar cukup deras, kilat cahaya terlihat menyambar-nyambar. Linda memperbaiki selimut dan memejamkan matanya tapi ia masih tak bisa terlelap, saat kedua kelopak mata itu terbuka, hal pertama yang Linda lihat adalah sosok Nelvan yangs edang fokus bekerja.
Kini ada dua pertanyaan yang muncul di kepala Linda, pertama adalah kenapa Nelvan pura-pura cacat dan kedua adalah siapa itu Julia? Meskipun ingin melontarkan pertanyaan tapi Linda tidak berani mengungkapkan lewat sebuah kalimat.
“Tidurlah, ini sudah cukup malam.” Ucap Nelvan tapi lelaki itu masih fokus
Sudah lebih dari setengah jam tapi Linda tidak mengucapkan kalimat apapun, ia dan Nelvan hanya menikmati sarapan pagi dengan hening, Nelvan meneguk air mineral sebelum menatap Linda.“Apa yang membuatmu diam? Apa kamu ingin bertanya sesuatu?” tanya Nelvan, Linda segera menggeleng.Anggukan pelan di lakukan oleh Nelvan, “Untuk beberapa hari ini kita belum akan kembali, sepertinya kondisimu belum membaik jadi aku putuskan untuk menunggu kondisimu sehat kembali baru kita akan kembali.” Nelvan berdiri menyudahi sarapannya.Linda menatap bahu Nelvan yang berjalan membelakanginya untuk mengambil tab yang tergeletak di atas meja. Lelaki itu lantas duduk dan diam menatap layar tab dengan fokus.Ponsel Linda pemberian dari Allexin berdering, segera Linda mengambil ponsel yang berada dekat dengan Nelvan, sebelum Nelvan mengambil ponsel Linda, gadis itu lebih dulu mengambil ponsel tersebut, kening Nelvan mengernyit heran.Linda menatap
Sudah tengah hari keduanya tidak keluar dari kamar sama sekali hanya untuk menghabiskan waktu berdua dengan kegiatan panas yang baru saja selesai beberapa wkatu lalu, Linda membelakangi Nelvan karena malu menatap wajah lelaki itu.Bisa-bisanya ia begitu mudahnya tergoda untuk di sentuh oleh Nelvan, lelaki itu tidak memaksanya bahkan Nelvan meminta ijin yang artinya memberikan kesempatan untuk Linda menolak, tapi Linda justru dengan mudahnya menerima tawaran Nelvan.“Aghh..!”“Kenapa membelakangiku? Bukankah aku pemain yang hebat?” Nelvan tanpa permisi memainkan milik Linda, meremasnya dari belakang dengan satu tangan bebas.Linda menggigit bibir bawahnya ketika jari nakal Nelvan menarik ujung dari sebuah benda yang sangat sentif sehingga menimbulkan rasa ngilu yang membuat ingin lagi. Nelvan menarik Linda untuk berbalik menatapnya, mendaratkan kecupan lembut di kening Linda.“Istirahatlah, aku akan kembali sore atau ma
Nelvan pulang tepat pukul delapan kurang beberapa menit, saat itu Linda juga baru selesai menyantap makan malamnya di buat menoleh saat Nelvan masuk ke dalam kamar sembari melonggarkan dasinya, melepaskan kancing lengan baju sebelum di gulung sampai siku.“Kau sudah makan?” tanya Nelvan, Linda mengangguk.Nelvan duduk dengan helaan nafas panjang terlihat sangat nyaman dengan lega bisa istirahat.“Bagaimana denganmu? Apa kau sudah makan?” tanya Linda balik. Nelvan mengangguk sebelum memperbaiki duduknya menghadap Linda, menjadikan paha gadis itu sebagai bantal.“Aku sangat lelah, jadi tolong biarkan aku di posisi ini sebentar.” Nelvan memejamkan mata, Linda tak bergerak ia justru di buat kaget karena permintaan Nelvan, tapi lelaki itu benar-benar terlihat kelelahan sehingga Linda tidak tega mengusir Nelvan untuk pindah dari pangkuannya.“Apa Hans mengantarmu?”“Tidak, pengawalku yang lain
Beberapa orang menatap Nelvan heran ketika lelaki itu berdiri di rak yang di penuhi oleh benda kebutuhan wanita, untungnya rasa malu Nelvan tidak begitu besar berkat masker yang ia pakai. Begitu banyak jenis benda di deretan rak itu sampai Nelvan tidak tau mana yang sedang Linda butuhkan.“Apa bedanya sayap dengan yang tidak?” gumam Nelvan.“Dia pasti sangat menyayangi kekasihnya sampai rela membelikan pembalut wanita, sangat jarang ada lelaki seperti ini, dia pasti menahan malu demi kekasihnya.” ucap ibu-ibu yang lewat di belakang Nelvan.Nelvan mendengus, ia mengambil satu produk pada masing-masing benda yang ada di rak itu, terserah mana yang akan di pakai oleh Linda yang jelas ia membelikan semuanya, biar Linda yang memilih mana yang akan dia pakai.Menahan malu, Nelvan berdiri di depan kasir untuk membayar, penjaga kasir menatap Nelvan heran melihat begitu banyak pembalut di beli. Nelvan memalingkan wajah, “Segera di tot
Seharian mereka berdua tidak ada yang keluar dari kamar, selain Linda yang sedang menahan nyeri datang bulan, Nelvan juga sedang menemani Linda tanpa mau meninggalkan gadis itu sendirian.Ada hal baru yang Nelvan rasakan saat dekat dengan Linda, gadis itu memang pernah berkata tidak akan mencintainya tapi siapa yang tau waktu akan berlalu dan membuat Linda menarik kata-katanya kembali.Dengan penuh hati-hati Nelvan memperbaiki selimut untuk Linda saat gadis itu masih tidur, mungkin rasa sakitnya sudah tidak sesakit tadi sehingga Linda bisa memejamkan matanya dengan tenang, tak lama terdengar ketukan di pintu membuat Nelvan segera membukanya karena ia tau itu adalah Hans.“Pesawat akan siap nanti malam.” Ucap Hans.“Bukankah sudah aku bilang untuk menundanya beberapa hari lagi?” Nelvan menahan Hans untuk masuk tapi asisten sekaligus temannya itu sudah masuk tanpa permisi dan melihat Linda yang sedang tidur.Hans berbalik menc
Keinginan Nelvan untuk tinggal beberapa hari lagi di Seattle harus musnah ketika sebuah panggilan penting datang mengintrupsi. Pagi hari ia dan Linda sudah menempuh perjalanan menuju Los Angeles, pertemuan mendadak ini baru di beritahu oleh Hans saat pukul sembilan malam dan pagi hari Nelvan harus segera bergegas untuk menempuh perjalanannya.Saat di perjalanan, Linda benar-benar di abaikan karena Nelvan terlihat sangat serius menggunakan tab, di layar tersebut menampilkan beberapa grafik yang tidak Linda ketahui alhasil ia hanya diam dan akan berbicara ketika Nelvan yang mengajaknya duluan.Wajah serius Nelvan seperti ini sungguh menambah ketampanan lelaki yang pada dasarnya memang berparas menawan, tapi kenapa sifatnya selalu membuat Linda bertanya-tanya.Suatu saat Linda pasti akan terbiasa, hanya butuh waktu untuk membiasakan diri karena perubahan sifat lelaki itu yang tidak bisa terbaca.“Kau nanti ikut denganku.” Ucap Nelvan tanpa mengal
“Kalian terlihat sangat cocok, kapan hari pernikahan kalian di lakukan?” tanya Julius, sepupu Nelvan.“Yang pasti tidak akan lama lagi.” Jawab Nelvan yakin.Dalton tak lama datang menghampiri tiga orang yang kini sedang duduk di ruang tamu apartemen besar miliknya, Linda menoleh ke arah ayah Nelvan yang wajahnya sangat sangar dan menakutkan.“Bagaimana dengan mantan calon istrimu itu?” ucap Dalton.“Polisi sedang memburunya, aku hampir mati karena tindakan Bella dan Romy, tapi sekarang tinggal menunggu Bella keluar dari persembunyiannya, aku tidak begitu peduli dengan wanita itu karena aku sudah memastikan kehidupannya tidak akan berjalan lancar saat sudah berurusan denganku.”Linda terdiam, hanya dirinya seorang wanita duduk di antara tiga lelaki dewasa, terlebih Linda tidak terlalu paham dengan pembahasan yang sedang mereka bicarakan, yang pasti Linda hanya tau jika wanita bernama Bella yang pernah
Sudah larut malam tapi Linda tidak bisa tidur, ia masih kepikiran dengan sosok Julia meskipun wanita itu sudah meninggal. Setidaknya Linda bisa tau sedikit mengenai siapa Julia di kehidupan Nelvan sebelumnya agar membuat Linda yakin jika Nelvan tidak sedang mempermainkan perasaan.Linda benar-benar tidak bisa tidur tapi untungnya ponsel yang tergelatak di samping ia berbaring berdering, panggilan video dari Allexin, adiknya yang paling tampan di seluruh dunia.“Kau belum tidur?” tanya Linda tepat ketika ia melihat wajah Allexin di layar ponsel pemberian lelaki itu.“Aku baru selesai latihan dan baru saja tiba di rumah, besok aku libur sekolah jadi jika tidak keberatan apa aku bisa menghubungi Lindaku tersayang?” jawab Allexin dan kembali bertanya pada Linda.Linda terkekeh pelan, tapi ketika cahaya menyinari terang wajah Allexin di sana Linda melihat lebam di wajah adiknya, kening Linda mengernyit, “Jangan bilang kau di