Share

Pesannya Yang Menghiburku

“Kamu tadi tanya apa?” katanya setelah motor berhenti di sisi jalan.

Aku turun dan berdiri di sampingnya sedangkan dia masih duduk tenang di atas motor yang entah punya siapa. Aku tidak pernah melihat motor itu di kontrakan, tapi mungkin saja punya suami teh Mela. Dia sepertinya sudah biasa pakai barang punya pemilik kontrakannya. Aneh.

“Siapa yang sudah bayar biaya rumah sakitku?”

Mas Ragil tidak menjawab, dan tetap duduk tenang di atas motor dalam diam. Dia mendengarkan semua ocehanku tentang balas budi, berbuat baik dan sedekah, tanpa memotong kalimatku sedikit pun. Menurutku, semua perbuatan baik itu jelas ada kaitannya dengan apa yang aku tanyakan. Bukan hanya tentang balas budi sebenarnya, tetapi sebagai manusia dan punya hati nurani, setidak-tidaknya bisa berbuat hal yang sama, seperti orang yang sudah berbuat baik itu.

“Coba pikir, nggak ada salahnya kan?”

Itu pertanyaan terakhirku dan dia tetap saja tidak bicara, seolah dia menganggapku seorang pembicara dan dia adalah
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status