Beranda / Romansa / Pelayan Cantik Tuan Arogan / Bab 122 - Terapi Untuk Ryan

Share

Bab 122 - Terapi Untuk Ryan

Penulis: Pelangi Jelita
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-24 08:17:55

Afie duduk di kursi dekat jendela, tangannya menatap ponsel yang baru saja bergetar.

Pesan misterius itu masih tersimpan, namun ia menolak untuk memikirkannya sekarang.

Fokusnya tetap pada Ryan, kakaknya, yang tengah menikmati waktu latihan ringan di taman rehabilitasi.

Di sisi lain taman, Kaisan duduk di bangku yang agak tersembunyi. Ia menatap Afie yang sibuk dengan Ryan.

Hatinya bergelora, perasaan campur aduk antara bangga, lega, dan… kecewa.

Ia tahu, Afie telah menutup pintu hatinya untuknya. Tak ada lagi senyuman yang dulu hangat menyapanya, tak ada lagi tatapan yang menandakan cinta yang pernah mereka bagi.

Kini hanya profesionalisme, ketegasan, dan jarak yang dingin.


Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pelayan Cantik Tuan Arogan   Bab 153 - Melepas Di Bandara

    Beberapa hari terakhir, hati Afie tak pernah benar-benar tenang. Malam-malamnya selalu diisi dengan kecemasan yang tidak bisa dijelaskan.Kabar tentang Gian yang mulai lelah menunggu, bahkan sempat menangis, terus terngiang di telinganya seperti gema yang enggan menghilang.Ia duduk di balkon apartemennya, menatap langit malam yang bertabur bintang.Di tangannya, secangkir teh melati yang sejak setengah jam lalu tak disentuh. Uapnya sudah menipis, namun pikirannya justru semakin pekat.Afie menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Ia meyakinkan diri bahwa keputusannya untuk menjaga jarak adalah yang terbaik.Ia pikir, dengan menjauh, waktu akan mengajarkan Gian untuk memahami batasan, untuk melepaskan.Tapi ternyata, semakin jauh ia mencoba pergi, semakin kuat bayangan tatapan sendu Gian menghantui setiap langkahnya.Ada hal yang tak bisa ia pungkiri, setiap kali mendengar namanya disebut, dadanya terasa hangat sekaligus nyeri

  • Pelayan Cantik Tuan Arogan   Bab 152 - Gelisah

    Hari-hari setelah pertemuan di taman terasa berjalan begitu lambat bagi Gian.Setiap menit yang berlalu seolah menuntut kesabaran yang tak pernah ia miliki.Ia sudah berjanji pada Afie untuk menunggu, tapi ternyata menunggu jauh lebih melelahkan daripada apa pun yang pernah ia alami.Setiap pagi, begitu membuka mata, bayangan Afie langsung hadir dalam benaknya.Wanita itu bukan hanya seseorang yang ia cintai, Afie sudah menjadi bagian dari napas, dari hidup yang tak bisa ia lepaskan begitu saja.Setiap kali Gian mencoba mendekat, jarak itu seperti dinding tak kasat mata, ada, namun tak bisa ditembus.Ketika datang ke kantor atau sekadar mengintip dari jauh, pemandangan yang ia lihat selalu sama.Afie duduk di balik meja kerja dengan ekspresi serius, tenggelam dalam tumpukan dokumen.Kadang ia berdiskusi dengan Ryan, kakaknya, kadang berbicara dengan para paman tentang strategi perusahaan.Afie terlihat begitu fokus, begi

  • Pelayan Cantik Tuan Arogan   Bab 151 - Cara Halus

    Langkah-langkah Afie bergaung lembut di sepanjang koridor perusahaan yang kini terasa jauh lebih lapang dari sebelumnya.Setiap derap sepatu haknya menimbulkan gema halus di lantai marmer, seperti dentingan waktu yang mengingatkan pada perjalanan panjang yang baru saja ia lalui.Setelah semua keributan dengan Risman, persidangan yang menyita waktu dan energi begitu besar, serta tekanan dari media dan investor, kantor itu akhirnya bisa bernapas kembali.Tak ada lagi wajah tegang di antara para karyawan, tak ada bisik-bisik penuh ketakutan. Ruang-ruang kerja terasa lebih hidup, udara lebih ringan, dan setiap orang seperti mendapat kesempatan untuk memulai dari awal.Ryan kini tampak lebih dewasa. Ia mulai mengambil peran besar dalam rapat-rapat, menyimak arahan dengan sungguh-sungguh, dan berani mengemukakan pendapatnya.Melihat hal itu, Afie sering merasa lega, setidaknya, janji pada almarhum ayah mereka untuk menjaga perusahaan keluarga tidak sia-s

  • Pelayan Cantik Tuan Arogan   Bab 150 - Kepergian Kaisan

    Hari itu, suasana kantor terasa berbeda.Matahari bersinar terang di luar jendela kaca besar, menembus hingga ke meja kerja Afie, menciptakan pantulan hangat di permukaan kayu.Di balik cahaya itu, hatinya justru terasa berat, seperti diselimuti bayangan yang tak bisa ia abaikan.Sejak pagi, ia memperhatikan gerak-gerik Kaisan. Lelaki itu tampak lebih tenang dari biasanya, terlalu tenang bahkan.Tidak ada gurauan kecil seperti biasa, tidak ada tawa renyah saat bercakap dengan staf. Setiap langkahnya tampak terukur, setiap pandangannya mengandung kesadaran mendalam.Afie tahu, cepat atau lambat, sesuatu akan terjadi.Nalurinya mengatakan, hari itu adalah hari di mana sesuatu akan berubah.Sore menjelang.Rapat internal baru saja selesai. Beberapa staf beranjak dari kursi, membawa berkas masing-masing sambil saling bertukar candaan ringan.Di tengah hiruk-pikuk kecil itu, suara Kaisan terdengar berbeda, tenang tapi berat.

  • Pelayan Cantik Tuan Arogan   Bab 149 - Melangkah Bersama

    Sidang yang berakhir dengan dilengserkannya Risman menjadi berita besar di mana-mana.Koran-koran pagi memuatnya dengan huruf tebal di halaman depan:“Risman Lengser, Generasi Baru Siap Pimpin Perusahaan Keluarga.”“Afie dan Ryan, Penerus yang Tumbuh di Tengah Badai.”Media online pun tak kalah ramai. Ada yang memuji ketegasan Afie dalam memulihkan perusahaan, ada pula yang menyoroti Ryan, yang kini dipandang sebagai sosok muda berpotensi besar di jajaran pimpinan.Bagi dua bersaudara itu, semua sorotan hanyalah permulaan.Beban sesungguhnya baru saja dimulai.Sejak hari itu, Ryan hampir setiap hari datang ke kantor. Jika dulu ia lebih banyak berada di balik layar, kini ia harus berani tampil dan mengambil keputusan.Ia belajar dari bawah, memeriksa laporan keuangan, meninjau strategi pemasaran, hingga mengikuti rapat kecil bersama staf.Suatu siang, Ryan menghampiri Afie yang tengah memeriksa berka

  • Pelayan Cantik Tuan Arogan   Bab 148 - Persidangan Berikutnya

    Hari itu, gedung pengadilan dipenuhi sorotan.Barisan kamera media berjajar di depan pintu masuk, lensa mereka mengarah ke setiap mobil yang berhenti di halaman.Wartawan saling berteriak memanggil nama Risman! Afie! sambil berebut posisi terbaik untuk mendapatkan potongan gambar dan pernyataan singkat.Suasana terasa seperti tontonan besar.Semua orang menanti akhir dari drama keluarga yang selama berminggu-minggu memenuhi pemberitaan dan menyeret nama besar perusahaan keluarga itu ke dalam pusaran skandal.Afie melangkah masuk bersama Ryan di sisinya.Langkahnya mantap, meski jantungnya berdegup kencang.Ia mengenakan setelan hitam sederhana. rambutnya diikat rapi, wajahnya tanpa banyak riasan. Sorot matanya tajam namun tenang menyembunyikan badai yang berkecamuk di dadanya.Di belakang mereka, Om Bayu dan Om Radit ikut berjalan dengan wajah tegas.Kehadiran keduanya menjadi tanda dukungan nyata bahwa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status