Share

5. Kehilangan Dan Penyesalan

Anna yang manja pada Ivander semakin membuat Samantha merasa cemburu dan iri hati. Namun, Samantha tahu bahwa dia tidak bisa berbuat apa pun untuk mengubah situasi ini.

Perasaan cemburu yang terus tumbuh membuat Samantha semakin tertekan. Anna tersenyum manis dalam pangkuan Ivander di kursi makan.

"Ivander, bisakah kamu melakukan sesuatu untukku?"

"Tentu sayang, apa yang bisa aku lakukan untukmu?" ucap Ivander dengan lembut.

"Aku ingin sekali perutku dielus. Rasanya begitu nyaman," dengan lembut Anna memegang perutnya.

Ivander tersenyum hangat, sementara Anna diam-diam melirik sekilas pada Samantha. Anna sengaja mempertontonkan kemesraannya pada Samantha.

"Tentu saja, sayang," Ivander terlihat mulai mengelus perut Anna dengan lembut.

"Bagaimana perasaanmu sekarang?" Tanya Ivander.

"Ah, itu sangat menyenangkan. Terima kasih, Papah Ivander," Anna tersenyum lebih lebar dan sengaja mengencangkan kalimatnya.

"Cup... " Ivander mengecup pipi Anna.

Samantha terus mengelap piring.

"Kamu dan bayi kita sangat berarti bagiku, Anna. Aku senang bisa merawatmu dengan cara ini," kecup Ivander lagi dengan penuh cinta.

"Andai aku yang mengandung. Bukankah dulu kamu juga begitu padaku, Ivander? Apa kau sudah benar-benar melupakan aku?" gumam Samantha dengan sedih dalam hati.

Lalu Samantha terlihat terus fokus menyiapkan dan mengaduk susu Ibu hamil untuk madunya, Anna.

Suatu hari, Samantha sakit karena tidak memiliki nafsu makan yang cukup. Ivander khawatir dan mencoba memberinya perhatian. Namun, Anna selalu mencoba membuat Ivander lebih perhatian padanya, membuat Samantha semakin merasa terpinggirkan.

Anna bahkan memutuskan untuk tinggal di kamar utama mereka, membuat Samantha semakin terasing.

"Kamu harus makan Samantha... Kamu tidak bisa lapar sedikit, penyakitmu jadi kambuh," ucap Ivander dengan lembut.

Samantha tersenyum pada Ivander dengan lemah.

"Sayang, ayo ke kamar. Aku mengidam berduaan denganmu, ayo... ," Anna terlihat menarik lengan Ivander sekuatnya dan terus merajuk.

"Tolong tetap di sini, aku butuh kamu," ujar Samantha memegang tangan Ivander.

"Ih, istri tua menyusahkan sekali. Manja!" Kesal Anna.

Ivander lebih menuruti keinginan Anna dan janinnya. Samantha semakin terabaikan dan merasa tidak diperlakukan dengan baik. Kondisinya semakin memburuk, dan akhirnya dia memutuskan untuk berobat sendiri ke rumah sakit.

Ivander, yang merasa khawatir dan bingung, tapi membiarkannya pergi sendiri, karena dia tidak bisa meninggalkan Anna yang membutuhkannya.

"Dalam keadaan sakitpun, dia masih lebih mementingkan keinginan Anna. Begitu besar cintanya pada Anna, benar-benar luar biasa perubahan perasaannya padaku," cakapnya dalam hati.

"Anna, benar-benar sangat istimewa untuk Ivander. Mungkin, ini memang sudah jalannya, cinta sejati Ivander itu Anna, dan cinta terakhirnya itu Anna. Sedangkan aku, hanya sebagai perantara antara keduanya," sambung Samantha lagi, yang ini terduduk di dalam taksi.

Akhirnya Samantha sembuh dan kembali bekerja di rumah itu, Ivander merasa sedikit lega melihatnya. Namun, konflik antara Samantha dan Anna belum berakhir.

"Kamu sudah lebih baik, Samantha?" tanya Ivander senang.

"Iya," jawab Samantha dengan tersenyum.

Tiba-tiba, Anna terpeleset di kamar mandinya yang licin. Anna menyalahkan Samantha karena tidak pernah membersihkan kamar mandi mereka. Kejadian ini membuat Anna mengalami keguguran dan menjadi lebih marah pada Samantha, bahkan lebih berani kurang ajar.

Anna menghubungi Ivander yang sedang di kantor dan memberitahu tentang kegugurannya. Ivander terkejut dan panik, dan segera kembali ke rumah. Saat dia tiba di rumah, dia menemukan Samantha dan memukulinya habis-habisan. Samantha terbaring tidak sadarkan diri di lantai.

Bugh!

"Ivander, aku tidak bermaksud ..."

Bugh!

"Tolong," pekik Samantha dengan sisa tenaganya.

Ivander merasa bersalah atas perbuatannya, tetapi dia juga marah pada Samantha atas kesalahannya yang terjadi di rumah mereka. Dia segera memanggil bantuan medis, dan kedua istrinya dirawat di rumah sakit yang sama.

Di rumah sakit, seorang dokter curiga dengan luka Samantha dan meminta waktu berbicara dengannya. Samantha akhirnya berkata jujur tentang penganiayaan yang dia alami, dan dokter yang bernama Kavindra Hendrawan tersebut sangat prihatin.

"Nyonya, apa tidak sebaiknya anda membawa kasus ini ke jalur hukum? Laki-laki jika sudah melakukan kekerasan dalam rumah tangga, tandanya benar-benar sudah muak akan kehadiranmu. Untuk apa dipertahankan? Kamu, tidak pantas menjadi samsak tinju, Nyonya."

"Suami saya, berlaku seperti itu karena memang kesalahan saya pribadi, Dokter. Saya memang pantas mendapatkannya," Samantha berusaha menangkas pikiran Dokter tersebut pada Ivander.

Dokter Kavindra kemudian meminta Ivander untuk segera menemuinya, berbicara secara pribadi tentang kondisi fisik Samantha. Ivander merasa terkejut dengan perkataan dokter ini.

Dokter menatap serius hasil laporan.

"Tuan Ivander, saya harus berbicara denganmu tentang keadaan tubuh Samantha. Ada banyak luka lebam dan memar yang saya lihat, dan saya sangat prihatin. Dan Nyonya Samantha sudah bercerita."

Dokter Kavindra melepas kacamatanya dan menatap ke arah Ivander yang terdegun mendengar ucapannya. Tapi juga kesal dengan Samantha karena membocorkan perlakuannya.

"Dokter, saya tahu saya salah dan sangat menyesal. Apa yang bisa saya lakukan?" raut wajah Ivander begitu terlihat gusar.

"Pertama, kami perlu melakukan rontgen untuk memeriksa kerusakan pada tulangnya. Ada indikasi beberapa tulang bergeser, dan itu bisa menjadi masalah yang serius," Dokter menjelaskan seraya membaca mimik wajah Ivander, yang tega melakukan kdrt pada Samantha.

Ivander membalas tatapan Dokter dengan penuh khawatir.

"Apakah Samantha akan baik-baik saja, Dok?"

Dengan tenang, Dokter kembali fokus pada permasalahan.

"Saya tidak bisa memberi jawaban pasti sekarang, Tuan Ivander. Tapi kami harus segera membawanya ke ruang dokter ahli tulang untuk evaluasi lebih lanjut dan mungkin tindakan yang diperlukan. Ini sangat penting."

Ivander terdiam mengingat hal yang telah ia lakukan pada Samantha. Seumur pernikahan mereka, baru kali ini dirinya begitu kasar pada istrinya tersebut.

Terlebih Samantha, yang mendadak berubah drastis menjadi sosok yang mudah marah dan mudah terserang emosi.

"Yang terpenting sekarang adalah, kesehatan Nyonya Samantha. Segera hubungi bagian ruang rontgen, dan kami akan melakukan yang terbaik untuk membantu dia pulih," tukas Dokter Kavindra memberikan surat laporan untuk pada Ivander.

Ketika dia berbicara dengan dokter, Ivander merasa sangat bersalah atas perlakuannya terhadap Samantha. Namun, dia juga merasa bahwa dia tidak bisa meninggalkan Anna dalam situasi ini.

Setelah berbicara dengan dokter, Ivander kembali ke kamar inap Samantha dan memarahinya karena telah mengadu pada dokter. Ivander menatap tajam Samantha, yang tengah terbaring lemah.

"Kamu, memang hobi sekali ya, buka aib rumah tangga sendiri? Kamu mau tarik simpati banyak orang, agar berpihak padamu? Iya?!" Tanyanya dengan sangat marah pada Samantha.

"Kamu salah paham, Ivander," ujar Samantha segera.

"Pintar sekali kamu berkelit, menjual kesedihan pada semua orang!"

"Tolong jangan, begitu."

"Benar-benar gambaran istri paling kurang ajar!"

Samantha hanya terdiam dan tidak berkutik. Samantha merasa pasrah dan merasa bahwa rumah tangganya sudah tidak bisa diperbaiki lagi.

Dia berpikir untuk kembali ke kampung dan membawa berita buruk ini pada keluarganya. Namun, dia merasa tidak kuasa untuk melakukannya.

Setelah Samantha pulang ke rumah, Anna juga pulang ke rumah. Luka pada Samantha, yang terlihat di beberapa bagian tubuhnya, masih cukup terlihat. Namun Samantha berusaha menutupinya dan bersikap tegar.

"Ivander, mengapa kau selalu berlari ke arahnya? Apa dia lebih penting dari aku?" Tanya Anna dengan marah dan cemberut.

"Anna, bukan begitu, aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja," Ivander berkata dengan lembut.

"Tapi kau selalu ada untuknya, Ivander. Aku takut kau akan kembali memihak padanya," kukuh Anna tidak terima.

"Sayang, aku peduli padamu juga, tapi saat ini Samantha sedang dalam kondisi sulit."

"Aku takut, Ivander. Aku takut kau akan melupakan aku dan kembali mencintainya."

Ivander menggenggam tangan Anna.

"Jangan khawatir, Anna. Aku mencintaimu, tapi aku juga harus bertanggung jawab pada Samantha. Aku tidak akan meninggalkanmu. "

Ivander menghampiri Samantha di kamarnya, dan Samantha memberikan perlakuan dengan sopan layaknya seorang pelayan.

Ivander merasa heran dengan sikap Samantha dan baru menyadari bahwa selama ini dia telah menjadikan Samantha sebagai pelayan di rumah mereka.

Ivander terlihat mendekati Samantha dengan hati-hati.

"Samantha, aku ingin berbicara denganmu."

Samantha menoleh dengan tersenyum, kemudian memberikan hormat seperti pelayan.

"Ada apa, Tuan Ivander?"

Ivander merasa bersalah dan teringat akan ucapannya dulu.

"Samantha, mengapa kamu...?" dirinya sedih sendiri.

Samantha tetap tersenyum dengan sopan.

"Maafkan saya, Tuan Ivander. Saya hanya ingin menjalani perintah yang seharusnya."

"Samantha, kita tidak perlu seperti ini. Kita bisa bicara sebagai manusia biasa, tanpa perlu formalitas seperti ini," Ivander berjalan semakin dekat pada Samantha.

"Maaf, Tuan Ivander. Saya hanya mencoba menjaga jarak," Samantha berjalan mundur dengan pelan.

"Tidak perlu seperti ini, Samantha. Tapi kita perlu bicara sebagai dua orang yang sama. Mari kita berbicara dengan lebih santai, Samantha."

Mereka kemudian berbicara di halaman belakang, Samantha merasa canggung karena sudah lama tidak berbicang hangat dengan suaminya. Ivander merasakan kecanggungan Samantha dan merasa kasihan padanya.

"Apakah tubuhmu masih sakit, Samantha?" tanya Ivander memandang Samantha.

"Mm ... Eng, tidak Tuan. Sudah sembuh, kok," balas Samantha dengan canggung.

Namun, sebelum mereka bisa lebih lanjut, Anna datang menghampiri keduanya. Samantha segera bangkit dan mencoba untuk undur diri, tetapi Ivander mengejarnya dan berhasil meraih tangannya.

Samantha merasa haru dengan sentuhan Ivander, tetapi dia dengan cepat menarik tangannya dan menepis perasaannya. Dia sedang berusaha untuk membangun tembok yang tinggi agar tidak terlalu berharap pada Ivander.

"Samantha, aku ... "

"Saya permisi dulu, Tuan."

Ivander memandangnya dengan sedih, dan Samantha merasa pantas seperti itu. Kemudian Samantha pergi ke kamarnya dan menangis lagi.

Ivander mencoba untuk mendekati Samantha di kamarnya setelah Anna tidur. Namun, Samantha enggan membukanya. Ivander terdiam cukup lama di depan pintu kamarnya.

"Apakah aku harus pergi? Semua sudah sudah sangat sulit untuk aku kembalikan seperti sedia kala. Aku tidak punya tempat lagi di hatinya, aku telah digantikan oleh Anna. Lagi pula, untuk apa aku bertahan? Bukankah, saat ini aku yang telah menjadi benalunya?" batinnya dengan sedih.

Samantha mengambil secarik kertas dan menuliskan isi hatinya. Keesokan harinya, Samantha memutuskan untuk pergi dari rumah itu.

Dia meninggalkan surat berisi permintaan maaf dan pengakuannya bahwa dia merelakan Ivander untuk bersama Anna, pilihan hatinya. Samantha pergi ke kota lain tanpa memberi tahu siapa pun di rumah. Bahkan keluarganya tidak mengetahui ke mana dia pergi.

["Dear Tuan Ivander... Aku mencintaimu. Aku menyayangimu. Aku minta maaf atas semua kesalahan yang selama ini telah ku perbuat, hingga membuat hatimu terluka.

Aku yang begitu egois, jahat dan bodoh, meninggalkanmu saat masa-masa sulitmu. Tidak melayanimu selayaknya seorang suami, meninggalkan kewajibanku. Bahkan aku juga tidak bisa memberikanmu keturunan. Kau memang sewajarnya saja, jika bersikap selama ini padaku. Aku tidak menyalahi segalanya atas perlakuanmu."]

Invander begitu sesak saat membaca isi surat itu.

["Mungkin, cinta sejatimu untuk Nyonya Anna. Dan aku hanya sekedar perantara, aku sadar akan semua itu. Nyonya Anna, memang berhak mendapatkan hatimu, mendapatkan cintamu.

Karena dialah obatmu. Maafkan aku Tuan Ivander. Aku pasrah dan aku ikhlaskan dirimu untuk Nyonya Anna. Semoga kamu tetap bahagia selamanya, aku undur diri. Maafkan aku. Pelayanmu... Samantha."]

Hati Ivander hancur saat dia menemukan surat tersebut dan mengingat semua perlakuannya pada Samantha selama ini. Anna yang tahu, juga merasa bersalah karena telah menjadi penyebab kepergian Samantha. Keduanya mencari Samantha, tetapi tidak berhasil menemukannya.

"Samantha, aku tahu aku telah membuat kesalahan besar. Aku sangat menyesal."

Air mata mengalir dari matanya.

"Aku tidak seharusnya berlaku tidak adil padamu, telah menyakitimu dengan cara itu," Ivander berbisik pada dirinya sendiri.

Ivander menggenggam foto pernikahanya bersama Samantha. Kemudian mengusap air matanya.

"Aku merindukanmu begitu banyak. Aku berharap bisa kembali ke waktu lalu dan merubah segalanya. Aku menyesal mengikuti egoku dan dendamku, Samantha," ujarnya terisak dan merasa frustasi.

Ia membiarkan air matanya mengalir sambil merenungkan kesalahannya. Ivander hanya bisa pasrah dan berharap Samantha baik-baik saja.

Sementara Anna, meskipun seharusnya merasa senang karena mendapatkan Ivander sepenuhnya, merasa bingung dan hening dalam hatinya.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status