Malvin dan Ling-Ling dengan cepat mendekati Leona dan Kevin begitu mereka sampai di pintu kelas."Maaf ya, Leona, Kevin. Kami tahu kami salah kemarin," ucap Malvin sambil tersenyum penuh penyesalan."Kami ingin memulai ulang hubungan kita semua, aku juga turut meminta maaf," Ling-Ling menambahkan, meskipun dalam hati sangat muak.Mereka harus bisa memainkan peran yang sudah diatur."Apa yang membuat kalian berubah pikiran?" Leona memandang mereka dengan rasa heran."Dan kenapa tiba-tiba kalian baik pada kami?" Kevin menyela."Kami menyadari, kita seharusnya tidak bersikap seperti itu. Kami ingin menjadi teman kalian lagi," Malvin menjelaskan, meskipun dalam hati malas."Kami merasa bersalah dan ingin memperbaiki semuanya," Ling-Ling menimpali."Aku senang akhirnya kalian berdua sadar. Aku maafkan kalian, tapi... aku juga ingin sekali berbaikan dengan Rose dan Debora," Leona tersenyum dan mengangguk. Kemudian merenung."Ya, kita harus memperbaiki semuanya bersama-sama," Kevin setuju.K
Dengan hati yang galau, Kevin melangkah mendekati Rose di bawah sinar senja, di tengah suasana hening kolam renang. Kehilangan komunikasi selama ini membuatnya ragu bagaimana menyapa, namun didorong oleh desiran untuk memulihkan kehangatan yang terputus. Orang tua Rose menyambutnya dengan senyuman, memberikan izin untuk memperbaiki keputusan itu."Rose... " Panggil Kevin dengan lembut.Rose menoleh dan wajahnya mendadak murung ketika mendapati Kevin."Rose, tolong beri aku kesempatan. Aku minta maaf Rose, aku merindukan kamu. Tolong jangan jauhi aku dan jangan terus bersikap dingin seperti ini," oceh Kevin panjang lebar tanpa jeda agar bisa segera memberikan penjelasan."Bukankah, sudah pernah ku bilang, bahwa jangan pernah hubungi aku lagi. Dan jangan pernah temui aku lagi," balas Rose seraya bangkit berdiri."Rose, ku mohon, tolonglah. Aku benar-benar merasa sangat kehilangan dirimu, aku menyesal Rose.""Aku tidak akan pernah percaya lagi atas semua ucapan yang keluar dari mulutmu!"
Samantha kembali dari petualangan di Finlandia, membawa kabar bahagia untuk keluarga besar bahwa setelah beberapa bulan di Lapland, ia kini mengandung. Berita tersebut disambut dengan suka cita dan rasa syukur oleh keluarga besar, mengukuhkan perasaan bahagia Ivander dan Samantha yang akhirnya meraih kebahagiaan menjadi orang tua.Kehamilan Samantha telah mencapai usia lima bulan, menandai perjalanan mereka menuju kehidupan keluarga yang penuh keceriaan dan harapan."Semuanya, ada sesuatu yang ingin kami bagikan. Aku sangat bersyukur karena pada akhirnya, Tuhan telah mempercayakan seorang janin yang tengah hidup dalam rahimku," ungkap Samantha dengan sangat bahagia.Keluarga besar dari kedua belah pihak bersorak dan bahagia."Akhirnya, terima kasih, Tuhan. Selamat, Ivander dan Samantha!" Ucap Neneknya Samantha dengan penuh haru."Kami benar-benar sangat bersyukur atas berkah ini," ucap Ivander tersenyum bahagia, seraya mengelus perut Samantha yang sudah buncit."Kami tidak sabar menan
Ceklek."Sam... Samantha," seru Ivander dengan nada panik, mencoba menyembunyikan ketidakberesan dalam situasi ini."Nyonya, Samantha?!" Pekik Anna yang langsung turun dari tempat tidur dan melepas pelukannya.Pemandangan di hadapan Samantha membuat hatinya hancur."Samantha, kamu harus dengarkan penjelasanku. Ini bukan seperti yang kamu pikirkan," ucap Ivander dengan suara gemetar."Kenapa, Ivander?! Kenapa kamu melakukannya?!" desisnya dengan suara terputus-putus dan penuh penekanan emosi.Ivander merasa kesal dan malu karena dia tidak memiliki alasan yang memadai."Samantha, aku tidak tahu bagaimana ini terjadi. Aku merasa hampa dan kesepian ketika kamu pergi. Anna adalah satu-satunya yang selalu ada di sini untukku, dan...""Sudah cukup!" Samantha memotongnya, dengan tatapan yang penuh kemarahan."Tidak ada alasan yang bisa mewajarkan perbuatanmu, Ivander. Kamu menghancurkan segalanya!" Sambung Samantha menatap marah.Ketegangan terasa mengisi udara di rumah besar Ivander Abraham
Keheningan rumah besar Ivander Abraham seolah membelenggu suasana hati yang gelisah. Konflik mulai merajalela sejak Samantha menemukan Ivander dan Anna yang berselingkuh.Ivander duduk di ruang tengah rumahnya yang terasa begitu hampa. Dia merasa ragu dan takut akan reaksi Samantha, saat dia harus mengatakan perihal tentang hal yang lainnya.Sejauh ini, Ivander telah mencoba menghindari topik ini dengan segala cara, tetapi dia tahu bahwa dia tidak bisa lagi menghindar. Karena Samantha memang harus tau, Ivander terlihat menghampiri kamar tamu yang kini Samantha tempati.Tok,tok,tok."Samantha, biarkan aku bicara. Aku akan menjelaskan hal yang lainnya Samantha, ku mohon kau jangan terus mengurung diri seperti ini. Ayolah keluar, aku ingin jelaskan semua yang telah terjadi saat kau tidak ada di sini, Samantha... tolong buka pintunya," pinta Ivander dengan hati yang khawatir."Kamu mau menjelaskan apa lagi? Tak cukupkah, kau telah membuatku kecewa dan sakit hati? Kau mau membunuhku secara
Samantha telah mencoba segala cara untuk memisahkan Ivander dan Anna, namun Ivander tetap kukuh dalam keputusannya untuk tidak menceraikan Anna. Ivander sangat menyayangi Anna dan mulai merasa bosan dengan Samantha bahkan teringat akan semua kekurangan Samantha sebelumnya.Konflik dalam rumah tangga mereka semakin meluas dan berlarut-larut. Samantha tidak akan menyerah begitu saja, dan dia memutuskan untuk mengibarkan bendera perang pada Anna."Samantha, aku mengerti bahwa ini adalah situasi yang sulit, tapi aku tidak bisa menceraikan Anna," kata Ivander dengan suara lemah, mencoba menjelaskan padanya.Samantha merasa sangat frustrasi."Tidak bisakah kamu mengerti betapa sulitnya bagiku, Ivander? Aku mencintaimu, dan melihatmu bersama Anna setiap hari adalah penyiksaan!"Ivander mencoba meraih tangannya, tetapi Samantha menariknya kembali."Aku meminta keadilan, Ivander. Anna adalah pelayan. Dia tidak pantas menjadi istrimu dan aku tidak sudi memiliki madu!"Samantha merasa bahwa dia
Samantha, yang telah lama merasa diperlakukan tidak adil oleh Ivander, memendam dendam yang semakin dalam. Kesempatan untuk melampiaskan rasa frustasinya datang ketika dia memutuskan untuk berbuat kasar pada Anna, mencoba untuk menunjukkan kepada Ivander betapa dia merasa terpinggirkan.Samantha merasa bahwa Ivander selalu lebih memihak Anna daripada dirinya. Perasaan ketidakadilan ini membuatnya semakin frustasi dan marah.Sebagai bentuk balas dendam, Samantha dengan kasar mendorong Anna, berusaha untuk menunjukkan kepadanya bahwa dia tidak akan tinggal diam di bawah perlakuan Ivander.Bbrruukk!"Kau benar-benar sangat berani, Anna. Kurang ajar pada majikanmu sendiri!" Samantha melontarkan dengan emosi.Anna bangkit berdiri."Majikanku adalah Tuan Ivander, karena dia yang telah menggajiku selama ini. Dan kau harus sadar, bahwa posisi kita sekarang sama, aku dan kamu sama-sama istri, Tuan Ivander!" papar Anna membela diri.Pllakk!Tamparan kembali mendarat pada pipi Anna."Kau hanya i
Anna yang manja pada Ivander semakin membuat Samantha merasa cemburu dan iri hati. Namun, Samantha tahu bahwa dia tidak bisa berbuat apa pun untuk mengubah situasi ini.Perasaan cemburu yang terus tumbuh membuat Samantha semakin tertekan. Anna tersenyum manis dalam pangkuan Ivander di kursi makan."Ivander, bisakah kamu melakukan sesuatu untukku?""Tentu sayang, apa yang bisa aku lakukan untukmu?" ucap Ivander dengan lembut."Aku ingin sekali perutku dielus. Rasanya begitu nyaman," dengan lembut Anna memegang perutnya. Ivander tersenyum hangat, sementara Anna diam-diam melirik sekilas pada Samantha. Anna sengaja mempertontonkan kemesraannya pada Samantha."Tentu saja, sayang," Ivander terlihat mulai mengelus perut Anna dengan lembut."Bagaimana perasaanmu sekarang?" Tanya Ivander."Ah, itu sangat menyenangkan. Terima kasih, Papah Ivander," Anna tersenyum lebih lebar dan sengaja mengencangkan kalimatnya."Cup... " Ivander mengecup pipi Anna.Samantha terus mengelap piring."Kamu dan b