Di sebuah markas yang lumayan jauh dari perkotaan, terlihat seorang pria duduk di lantai dengan tangan di ikat dan mulut di tutup kain."Apa yang kamu lakukan?" Suara berat Aldrich terdengar tegas.Salah seorang anak buah Aldrich melepaskan kain yang mengikat mulutnya."Bicaralah." Titahnya.Pria paruh baya itu menatap pada Aldrich dengan tatapan mengiba untuk di lepaskan."Tuan, ampunkan aku. Demi tuhan aku tidak melakukan apa pun!" Ujarnya sedikit memohon tapi suaranya terdengar tegas."Sebenarnya aku sudah muak dengan orang orang seperti kalian, ingatlah kalian itu tengah di ambang kematian tapi tetap mau mengelak?" Tanya Aldrich."Tuan, aku memang bersalah. Tapi mereka yang memulai!""Lantas, kalau kau marah pada orang itu. Kenapa kamu menghancurkan bisnis aku?" Tanya Aldrich."Maafkan aku, tuan, aku marah pada orang yang membantu mereka." "Tak heran, tapi apa kamu tau? Ada 12 orang yang masuk penjara karena kamu, ada banyak anak buahku yang tidak gajian karena barang penjualan k
BrakkSamurai yang tadinya ada di tangan Aldrich langsung terjatuh ke lantai yang lumayan kotor."Leya?" Sahut Aldrich yang berusaha mencari cara untuk menjelaskan pada Leya.Leya hanya menatap terkejut pada Aldrich, dia memundurkan tubuhnya ke belakang.Dengan cepat Aldrich mengejar Leya, takutnya wanita itu malah ketakutan pada Aldrich."Leya, tunggu.." teriak Aldrich yang langsung menarik tangan Leya agar tidak lari darinya."Sayang, tolong dengarkan aku? Aku bisa jelaskan." Ucap Aldrich memohon."Mas, sejak kapan kamu menjadi pembunuh seperti ini. Aku paham sekarang, pantas kamu selalu menyembunyikan pekerjaan kamu walaupun aku sudah beberapa kali bertanya." Leya berucap dengan air mata yang terus berjatuhan."Maafkan aku, Leya." Ujar Aldrich yang bahkan sudah memeluk Leya dari belakang."Lepaskan aku Mas, aku benci pada pembunuh. Jangan pegang aku dengan tangan kotor mu itu." Leya melepaskan tangan Aldrich."Ini alasan kenapa aku tidak mau bilang sama kamu tentang pekerjaan aku."
Granida menatap pada wanita cantik bernama Clara Diana Adelina.Hanya hening yang di rasa, Granida maupun Clara tak ada yang mau memulai pembicaraan terlebih dahulu."Kenapa kalian masih terlihat canggung? Bukannya kalian sudah pernah bertemu?" Tanya papahnya Clara."Ya tuan." Granida terlihat mengangkatkan alisnya menatap pada Clara."Papah, tidak bisakah perjodohan ini di batalkan?" Tanya Clara pada papahnya."Nak, kamu tidak lihat kalau Tuan Granida ini sangat gagah berwibawa. Semua orang mau menikah dengan dia." Ujar papahnya."Tuan, anda bisa saja memuji saya." Granida tersenyum."Aku gak mau menikah!" Bantah Clara.Granida tersenyum tipis, dia menatap pada jam tangan yang melekat di pergelangan tangannya."Baiklah, tuan. Kapan pernikahannya?" Tanya Granida pada Papahnya Clara.Secepat itu Granida memutuskan seorang wanita untuk menjadi istrinya?Tentu saja tidak, Granida sudah memikirkannya beb
Van dan Emly duduk di sofa ruang tamu, mereka tengah memikirkan caranya menyatukan Aldrich dan Leya. Bahkan saat ini Aldrich hanya diam saja di kamar. Makannya pun di antar oleh Tasya atau tante Sinta ke kamarnya. Kondisi Aldrich juga terlihat memburuk, padahal Aldrich tidak sakit apa pun. "Bagaimana sekarang?" Tanya Van. "Entah." Ucap Emly. Tap Tap Langkah kaki membuat Emly dan Van memandang ke arah suara. Ternyata Aldrich datang ke sana dengan langkah perlahan. Van langsung mendekat dan membantu Aldrich untuk duduk di sofa. Baru beberapa hari saja hidup tanpa Leya, sudah membuat Aldrich kacau. Penampilan Aldrich sangat berantakan, bahkan Aldrich juga terlihat sangat tidak bersemangat. "Al, kau sudah seperti kakek kakek saja." Ujar Van. Aldrich tidak menanggapi ucapan Van, dia hanya menatap pada tantenya yang baru saja pulang entah dari mana. "Tante, dari mana?" Tanya Aldrich. "Aku baru saja pulang dari Dokter." Jawab tantenya. "Tante, sakit?" Tanya
Sudah beberapa jam tapi sayangnya Aldrich tidak bangun juga, saat ini Leya dan yang lainnya tengah dihadapkan dengan kisah Risa dan Tasya.Semenjak satu jam sebelumnya mereka cekcok bahkan sampai sesekali berantem kalau saja tidak di pisahkan oleh anak buah Aldrich.Mereka sudah tidak bisa di ajak bicara dengan baik baik, apa lagi Tasya juga tidak pernah mau mengalah atau meminta maaf pada Risa."Pulanglah!" Sentak Tasya.Risa menjambak rambut Tasya, sehingga membuat Tasya meringis kesakitan."Kau tau, aku datang kemari jauh jauh dan memohon pada kak Leya. Kamu pikir gampang? Hah? Tasya, aku hanya minta kamu tanggung jawab." Risa berucap tanpa melepaskan cengkraman tangannya pada rambut Tasya."Lepaskan aku dasar wanita gila!" Tasya meludahi wajah Risa."Arghh, dasar teman tak tau diri." Geram Risa.PlakkTasya menampar Risa dengan sangat keras, anak buah Aldrich langsung mencoba memisahkan mereka.Tapi
"Dok, bagaimana kondisi Mas Al?" Tanya Leya.Saat ini mereka hanya bicara berdua saja di kamar Aldrich, sedangkan yang lainnya menunggu diluar.Dokter pribadi Aldrich sepertinya tau siapa Aldrich sebenarnya."Nona, anda istrinya kan? Jadi, makan apa saja dia selama ini?" Tanya Dokter itu menatap serius pada Leya."Hanya makan makanan biasa. Dok, memangnya ada apa?" Tanya Leya."Didalam tubuh tuan Aldrich, sepertinya ada yang aneh, dan setelah saya cek terlihat kalau didalamnya label darahnya ada seperti racun. Saya cari racun jenis apa itu? Dan ternyata racun itu dapat mempengaruhi sel darah putih milik Tuan Aldrich, bukan itu saja racun itu mampu merusak saraf pada tubuh tuan Aldrich." Jelas Dokter."Racun?" Leya langsung menutup mulutnya karena tidak percaya pada apa yang dikatakan oleh Dokter itu."Lalu, bagaimana dengan mas Aldrich. Dok?" Tanya Leya."Karena kebanyakan sel darah putih dalam tubuhnya, tuan Aldrich bisa
Drtt{Kirimkan aku uang satu Milyar maka adik mu akan selamat} sebuah pesan dari nomor yang tidak di kenal.Pria berusia 30 tahun itu mendengus kesal, tak pernah ada seorang pun yang berani mengancam dia, namun sekarang musuhnya telah berani mengancam dia dan membawa bawa adik kesayangannya.BrakPria itu mengebrak meja yang ada di hotel tempat dia berada sekarang, Pria dewasa dengan perawakan atletis itu bernama Aldrich Davian kafael, siapa yang tak kenal padanya, namanya terkenal di kalangan Mafia bahkan dia juga merupakan seorang yang sangat kejam dan berhati iblis."Arghh beraninya mereka mengancam aku" kesalnya sambil menjambak rambut dia sehingga membuat rambutnya berantakan.Marah?, kesal?, tentu saja Ia rasakan apa lagi dia adalah adik satu satunya yang sangat dia sayang.Anak buah Aldrich sudah berkesiap untuk melenyapkan para cecunguk bodoh yang berani menyentuh adik dari tuannya itu.Di sebuah rumah yang saat ini sepi dan tanpa penghuni karena jauh dari jalan raya, terlihat
Seorang pria tampan saat ini tengah berbaring lemah di Villa kepunyaannya, siapa lagi kalau bukan Aldrich, pria yang memaksa untuk pulang dari rumah sakit karena alasan tidak betah.Matanya menatap pada langit langit kamarnya itu, rasanya membosankan bagi dia yang setiap harinya sibuk dengan banyaknya aktivitas."Tuan aku bawa bubur" Leya datang ke sana dengan membawa satu mangkuk bubur yang dia buat khusus untuk Aldrich.Hanya tatapan sinis yang menyambut kedatangan Leya saat masuk ke dalam kamar yang hawanya terasa mencekam itu.Leya bahkan antusias menyuapi Aldrich yang bahkan menolak mentah-mentah kedatangan dirinya."Buka mulut mu tuan" pinta Leya dengan penuh harap.Aldrich membuka mulutnya dia menerima suapan dari Leya, "Perlahan Leya, itu panas" Aldrich marah pada Leya."Maaf tuan" tunduk leya merasa bersalah.Suapan demi suapan sudah Aldrich habiskan, saat ini pria arogan itu akan masuk ke dalam kamar mandi tapi sayang dia tidak bisa berjalan karena kakinya terasa sangat sak