"Aldrich....""Tante?" Aldrich bingung menatap pada Tante dia yang sudah lama tidak bertemu dengannya.Wanita paruh baya itu langsung memeluk Aldrich, hanya helaan nafas yang Aldrich lakukan saat tantenya memeluk dia."Tante, mau apa Tante di sini?" Tanya Aldrich melepaskan pelukannya."Tante selalu datang kesini. Makan itu? makam itu adalah makan paman kamu." Ujar tante.Aldrich terkejut. Namun, dia mencoba untuk tetap tenang dalam menghadapi semua ini.Rasanya ingin sekali Aldrich menggali makan itu dan memberikan air keras pada jasad pamannya. dengan begitu, dia bisa memanjang jasad pamannya yang sudah berbuat salah padanya.Saat ini, yang paling curiga itu adalah Leya. dia tau kalau Aldrich pernah membunuh pamannya. Satu hal, yang Leya takutkan kalau paman yang di maksud adalah paman yang katanya makamnya di sana."Astaghfirullah.. bicara apa aku ini." Leya membatin.Malam harinya...Di Villa. Saat ini semua orang yang ada di sana tengah makan bersama.Tidak lupa Tasya juga ada di
Hari ini, Granida benar benar datang ke Villa Aldrich yang ada di dekat pegunungan.Granida datang hanya karena dia mendapatkan undangan dari teman lamanya itu.Dengan langkah perlahan tapi pasti Granida masuk ke Villa Aldrich.Anak buah Aldrich menatap tajam pada kedatangan Granida.Namun, bukan itu saja. Kedatangan Granida ke sana juga turut serta membawa Arsyila.Semua yang sejak lama dia pendam, harus di ketahui temannya sekarang.TokkTokkSeorang wanita membukakan pintu Villa yang besar nan mewah itu."Mau cari siapa?" Tanya Tasya yang baru saja membukakan pintu."Apa Aldrich ada di rumah?" Tanya Granida."Silahkan masuk." Titah Tasya.Granida dan Arsyila duduk di sofa yang sangat mewah itu.Saat ini Leya baru saja keluar dari dapur sambil menggenggam bayi Rezha."Tante!" Teriak Arsyila terlihat binar bahagia di wajahnya saat bertemu kembali dengan Leya."Hy, kamu Arsyila kan?" Tanya Leya mengusap kepala Arsyila yang sekarang mendekat padanya."Tante, bayi siapa itu?" Arsyila be
Tante Sinta menatap pada Leya yang saat ini tengah mengasuh bayi Rezha.Ada sesuatu yang harus Sinta lakukan pada Leya."Leya!" Panggil Sinta sambil mendekat pada Leya.Leya tersenyum menatap pada Sinta."Ada apa Tante?" Tanya Leya."Aku bingung sama kamu, Leya. Kamu itu cantik loh, kenapa harus milih Aldrich?" Tanya Sinta."Tante, pernikahan aku dan tuan sebenarnya mendadak dan terpaksa. Namun, seiring berjalannya waktu. Akhirnya kami bisa saling dekat." Jawab Leya jujur.Sinta tersenyum dalam hatinya dia tau alasan mereka bersama, Karena dalam pemikiran Sinta. Tak mungkin Aldrich mau pada wanita seperti Leya yang notabenenya Leya berbeda agamanya dengan Aldrich."Kamu pasti tau kan, bagaimana Aldrich? Pekerjaannya misal." Tanya Sinta.Leya menggelengkan kepalanya."Aku tidak tau Tante, tapi aku sangat ingin tau." Ucap Leya."Sekali kali kamu ikutin Aldrich, saat dia pergi. Tante yakin, kamu pasti akan tau apa pekerjaan Aldrich." Sinta membuat Leya semakin penasaran akan pekerjaan Ald
Leya mendekat pada Aldrich yang terlihat sangat marah padanya, padahal Leya tidak salah apa apa."Tuan!" Sahut Leya setelah sekian lama mereka hanya saling diam."Hmm." Aldrich bahkan tidak menatap pada Leya.Leya hanya terdiam saja, dia tau betul kalau suaminya itu tengah marah padanya.Leya mengambil ponselnya yang saat ini ada di atas meja.Ada beberapa pesan dari Danan yang membuat Leya terkejut.{Leya, suami kamu marah ya?}{Tolong maafkan aku, tapi jujur Leya, aku suka sama kamu!}Leya terkejut dia langsung menghapus pesan itu takutnya Aldrich akan melihat pesan yang baru saja Danan kirimkan."Mamah!" Kenan datang ke sana."Sayang, baru pulang?" Tanya Leya."Ya, aku main sama teman teman di rumah Nenek." Ujar Kenan."Mandi dan makanlah, Ken." Titah Aldrich."Ya pah." Kenan pergi dari sana untuk mandi.Leya gelisah karena Aldrich malah semakin mendiaminya seperti itu."Tuan!" Leya mendekat pada Aldrich."Marah?" Tanya Leya.Tatapan matanya menyoroti Leya dengan tajam. Namun, Leya
Leya membawa bayi Rezha ke rumah orangtuanya, Aldrich tidak menyimpan rasa khawatir karena sekarang mereka ada di kampung yang sama, pikir Aldrich.Leya menatap seorang gadis yang saat ini berjalan ke arahnya, jalanan itu terlihat sangat sepi karena hari masih siang.Dan warga di sana dominan bekerja. jadi, jarang warga yang berlalu lalang di sana."Kak! Bisa tolong aku?" Tanya wanita cantik itu mendekat pada Leya."Ada apa?" Tanya Leya yang saat ini menatap wanita itu dari atas sampai bawah."Kak, aku sedang mencari seseorang." Ujarnya."Kamu bukan orang sini?" Leya bertanya dengan tatapan mengintimidasi."Ya, aku datang karena ingin mencari teman aku. Namanya Tasya, siapa tau Kakak pernah melihatnya?" Sahut wanita itu sambil memperlihatkan foto Tasya pada Leya."Oh Tasya, dia pelayan di Villa tuan aldrich." Jawab Leya.Alangkah terkejutnya Risa saat mendengar hal itu. Ya, wanita cantik yang datang itu adalah Risa yang sudah di tugaskan oleh Rayandra untuk mengambil bayi Rezha.Namun
Leya baru saja bangun, dia membuka matanya dan menatap pada suaminya yang saat ini bertingkah aneh dari biasanya.Leya tersenyum saat melihat suaminya melaksanakan Sholat Ashar."Tuan?" Panggil Leya.Aldrich yang baru saja selesai langsung mendekat ke arah Leya."Sayang, kamu sudah sadar?" Tanya Aldrich yang langsung memeluk Leya dengan sangat erat.Leya ingat tadi pagi kalau dia bertemu dengan seorang wanita."Tuan, di mana bayi Rezha?" Tanya Leya yang sudah khawatir dengan kondisi bayinya."Bayi itu di bawa sama ayahnya." Jawab Aldrich.Leya terkejut, ada rasa kehilangan yang mendalam bagi Leya, apa lagi Leya lah yang mengasuh bayi itu dari lahir.Leya tidak mau terlihat sedih, dia hanya tersenyum saja sambil menganggukkan kepalanya."Jangan sedih, kita bisa kan buat anak sendiri?" Aldrich mengecup bibir Leya sekilas."Kamu ini." Lirih Leya yang merasa malu malu."Baiklah, aku akan masak buat kamu. Ayo aku buatkan makanan yang enak." Aldrich membujuk Leya. Aldrich tidak mau Leya se
Leya menatap pada suaminya yang tengah berbaring di ranjang."Mas, sebenarnya apa pekerjaan kamu?" Tanya Leya."Pekerjaan aku berat." Jawab Aldrich."Berat seperti apa?" Tanya Leya."Sayang, kamu percaya kan?" Tanya Aldrich."Ya aku percaya, tapi tolong bilang sama aku." Ucap Leya."Aku bekerja di salah satu klan, ehh tidak maksud aku kelompok." "Kelompok apa?" Tanya Leya."Ya kelompok, kelompok perdagangan." Jawab Aldrich.Saat Leya akan bicara lagi, dengan cepat Aldrich mengigit bibir Leya agar tidak ada pertanyaan lagi dari Leya."Mas." Geram Leya sambil memukul dada Aldrich pelan."Ngomong ngomong di mana Emly sama Arsyila ya?" Tanya Aldrich."Mereka menginap di rumah tuan Granida bersama kak Van juga." Jawab Leya."Oh."**Sedangkan di kediaman Granida.Saat ini Emly tengah bercerita dengan Arsyila, sudah beberapa hari ini Emly sangat dekat dengan bocah berusia 5 tahunan itu."Sayang, ayo tidur kasihan kak Emly sejak tadi bercerita." Ujar Van."Sudah kak tidak masalah." Ucap Eml
Di sebuah markas yang lumayan jauh dari perkotaan, terlihat seorang pria duduk di lantai dengan tangan di ikat dan mulut di tutup kain."Apa yang kamu lakukan?" Suara berat Aldrich terdengar tegas.Salah seorang anak buah Aldrich melepaskan kain yang mengikat mulutnya."Bicaralah." Titahnya.Pria paruh baya itu menatap pada Aldrich dengan tatapan mengiba untuk di lepaskan."Tuan, ampunkan aku. Demi tuhan aku tidak melakukan apa pun!" Ujarnya sedikit memohon tapi suaranya terdengar tegas."Sebenarnya aku sudah muak dengan orang orang seperti kalian, ingatlah kalian itu tengah di ambang kematian tapi tetap mau mengelak?" Tanya Aldrich."Tuan, aku memang bersalah. Tapi mereka yang memulai!""Lantas, kalau kau marah pada orang itu. Kenapa kamu menghancurkan bisnis aku?" Tanya Aldrich."Maafkan aku, tuan, aku marah pada orang yang membantu mereka." "Tak heran, tapi apa kamu tau? Ada 12 orang yang masuk penjara karena kamu, ada banyak anak buahku yang tidak gajian karena barang penjualan k