Share

Bukan Pelayan Biasa

Penulis: Risca Amelia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-20 00:03:45

Walau terkejut oleh pertanyaan Rezon, Moza tetap menjawab dengan tenang.

“Nama lengkap saya Mozarella Hutama.”

Dari balik spion, mata Rezon tampak lebih melebar. Bahunya tegang, dan jari-jarinya mencengkeram stir lebih erat.

Melihat perubahan gestur pria itu, sinyal waspada dalam diri Moza langsung bangkit. Ia berpikir, mungkinkah nama lengkapnya mengingatkan Rezon pada seseorang atau suatu peristiwa.

Namun, sebelum Moza sempat menggali lebih dalam, Rezon kembali mengulangi pertanyaannya.

“Kamu belum menjawab pertanyaanku yang kedua. Apa kamu pernah menikah?”

Pertanyaan Rezon membuat Moza dilanda kebimbangan. Haruskah dia berbohong atau lebih baik berkata jujur saja?

Mengingat keluarga Limantara adalah keluarga yang cukup berkuasa, Moza yakin para Tuan Muda bisa dengan mudah memeriksa data pribadinya. Jika ia berbohong dan ketahuan, itu akan membuatnya dicurigai. Karenanya, Moza memutuskan untuk berkata jujur.

“Saya pernah menikah… tapi hanya sebentar.”

“Maksudmu, kamu bercerai dalam
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Culuu Culkeng
loh loh apa ini?? mereka udah tau kah? makin penasaran thor , bisa up lagi nggak , kayaknya emang dastan deh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Tamu Istimewa

    Nuri, yang sejak tadi mengawasi dari jarak dekat, bergegas memeriksa kondisi Abigail. “Sebenarnya, Tuan Dastan bicara begitu agar Nona Kecil lebih hati-hati. Dulu, Nona Kecil pernah dirawat di rumah sakit, dan Tuan Dastan sempat panik mencari donor darurat.”"Kenapa bukan Tuan Dastan yang menjadi pendonornya? Bukankah darah mereka sama?” tanya Moza penasaran. Sebelum Nuri sempat menjawab, langkah kaki pria terdengar menyusuri jalan setapak.Rezon muncul dari arah belakang dan menghampiri mereka. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran. "Ada apa, Abi? Kenapa wajahmu pucat?"Nuri segera menjelaskan, "Nona Kecil hampir jatuh, Tuan Muda. Untung Moza cepat menangkapnya."Rezon langsung berjongkok di depan Abigail, suaranya lembut sekaligus mengandung teguran."Jangan lari-lari di area seperti ini, Abi. Banyak batu dan akar pohon yang tidak terlihat. Bisa cedera.”“Maaf, Paman,” jawab Abigail menunduk seraya memegangi lengan Moza.Rezon tersenyum sambil mengelus kepala sang keponakan. “Besok p

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Darah Langka

    Setelah menghidangkan sarapan untuk Tuan Markus dan Rezon, Moza kembali masuk ke rumah peristirahatan. Di ruang makan, Abigail sudah duduk menunggu dengan wajah penuh antusias."Tante Moza, aku sudah lapar," rengek Abigail sambil mengibas-ngibaskan kakinya yang mungil.Moza tersenyum, lalu duduk di sebelahnya. "Tante temani Nona Kecil makan, ya."Dengan sabar, Moza membantu memotongkan pancake untuk Abigail. Ia jug mengelap mulut gadis kecil itu yang belepotan madu. Memberinya susu hangat, dan mendengarkan celotehnya yang tak henti-hentinya."Tante, habis makan aku mau jalan-jalan ke danau.”Moza membelai rambut Abigail. "Baik, Nona Kecil. Kita ke danau, tapi harus minta izin dulu ke Opa."Begitu selesai makan, Abigail melompat dari kursinya dan menarik tangan Moza.“Ayo, Tante, sekarang!”Mereka berdua menuju teras dimana Tuan Markus masih duduk ditemani Rezon dan perawatnya, menikmati udara pagi yang segar."Opa," panggil Abigail dengan suara manis, "boleh nggak aku jalan-jalan denga

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Memohon Ampun Padaku

    Moza bergegas menuju kamar Abigail, mengikuti Nuri yang berjalan tergesa. Jantungnya masih berdebar akibat pertemuan singkat dengan Rezon.Saat pintu terbuka, Moza melihat Abigail sedang duduk di tepi tempat tidur dengan piyama merah muda. Kedua tangan mungilnya memegang ponsel.Meski wajahnya masih mengantuk, Abigail berbicara antusias melalui video call. Suaranya masih serak dan lucu, khas anak yang baru bangun tidur.Begitu melihat Moza, Abigail berseru gembira pada kamera, "Papa, Tante Moza sudah datang! Aku mau mandi dulu, ya. Nanti aku telepon Papa lagi!"Sebelum Moza sempat mengiyakan atau menolak, Abigail sudah menyodorkan ponselnya, lantas melompat dari tempat tidur.Ia menarik tangan Nuri menuju kamar mandi. Meninggalkan Moza sendirian dengan layar yang kini menampilkan wajah Dastan.Moza terkesima dan sedikit canggung.Dastan mengenakan piyama sutra berwarna navy, kancing atas terbuka, memperlihatkan lekuk dada bidang. Rambutnya masih lembap, acak-acakan, seperti baru saja

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Mungkinkah Dia Pelakunya

    Malam semakin larut, tetapi Moza tak bisa tidur.Setiap kali ia menutup mata, rasa hangat bibir Rezon di balik dinginnya malam masih membekas. Meski darah yang mengalir di tubuh mereka sama, cara mencium Rezon sangat berbeda dari sang kakak. Dastan ibarat api yang menghanguskan, sedangkan Rezon seperti air yang siap menenggelamkan.Moza pun menarik selimut erat, berusaha menenangkan detak jantungnya yang tak kunjung stabil.Ia tidak ingin terpengaruh. Tidak ingin emosinya dikacaukan oleh kedua lelaki itu.Daripada terus bergulat dengan pikiran, Moza memutuskan untuk menyelidiki Yohan lewat media social. Sebenarnya, setiap kali melihat foto Yohan, ia merasa muak. Teringat bagaimana pria itu menghina dan mencampakkan dirinya tanpa belas kasihan. Namun, malam ini ia harus melihat.Moza membuka aplikasi media sosial, lalu mengetik nama Yohan Pratama.Akunnya masih aktif. Foto profilnya masih sama. Yohan dan Alexa berdiri di depan altar bunga, tersenyum lebar sambil bergandengan tangan.Mo

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Melewati Batas

    Moza menyerahkan cangkir berisi teh madu hangat kepada Rezon, lalu duduk di hadapan pria itu. Awalnya, hanya keheningan yang menemani mereka.Rezon menyesap tehnya perlahan, matanya kosong menatap isi cangkir. Setelah beberapa saat, Rezon meletakkan cangkirnya di meja dengan hati-hati."Teh buatanmu enak," pujinya, dengan suara serak. "Kau sangat berbakat dalam memasak.”Dengan sorot mata yang dalam, Rezon mengamati Moza dari balik cahaya lampu temaram."Kau juga terlihat sangat natural merawat anak. Pantas saja Abigail menyukaimu. Kau seperti seorang ibu yang sudah berpengalaman mengasuh anak sendiri."Moza langsung tersedak mendengar ucapan terakhir Rezon. Dadanya sesak oleh kepanikan yang tiba-tiba. Belum saatnya para Tuan Muda mengetahui bahwa ia telah memiliki seorang putra. Dengan cepat, Moza menguasai diri, berusaha menutupi rasa cemas yang menggelora."Nona Kecil anak yang periang dan cerdas, karena itu saya menyayanginya " jawab Moza, berharap suaranya tidak terdengar gemetar

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Temani Aku Malam Ini

    Ketika Moza melangkah masuk bersama Abigail, ia tidak melihat tanda keberadaan Rezon. Namun dari balik pintu kamar Tuan Markus, terdengar suara pria itu yang sedang berbicara dengan kakeknya.Moza tidak ingin mengganggu. Ia langsung mengajak Abigail ke kamar tamu di sebelah kamar Tuan Markus. Sebuah ruangan kecil yang hangat, dengan tempat tidur ganda dan selimut bermotif bunga."Nona Kecil akan tidur di sini bersama Bibi Nuri.”Abigail spontan menggeleng dengan bibir mengerucut. “Aku mau tidur sama Tante Moza.”“Tante sudah punya kamar sendiri, Sayang.”Abigail tidak menyerah. Ia menoleh pada pengasuhnya, Nuri, yang baru saja meletakkan tas di sudut kamar. “Bibi Nuri saja yang tidur di kamar Tante Moza.”Alih-alih tersinggung, Nuri justru tersenyum penuh pengertian. “Tidak apa-apa, Moza. Kita tukar saja. Nona Kecil memang sangat ingin bersamamu.”Moza ragu sejenak. Namun, melihat mata Abigail yang penuh harap, ia akhirnya mengangguk setuju. Abigail langsung bersorak gembira, melom

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status