Share

Permintaan Intim

Author: Risca Amelia
last update Last Updated: 2025-10-09 23:17:49
“S-saya Moza, pelayan baru” jawab Moza tergagap. “Saya sudah mengetuk pintu, tapi Tuan Muda tidak mendengar.”

Pria itu terdiam. Matanya berhenti lama pada wajah Moza, seolah menikmati setiap detik kegugupan yang terpancar darinya.

“Moza … seharusnya, kamu tetap menunggu sampai aku membukakan pintu.”

Mendengar ucapan pria itu, Moza semakin yakin bahwa dia adalah Kageo Limantara.

Hanya saja, kondisi kesehatan Kageo ternyata tidak selemah yang dirumorkan orang-orang. Buktinya, pria ini bisa berjalan dan melakukan aktivitas secara mandiri.

“Maaf, Tuan Muda, lain kali saya tidak akan mengulanginya. Saya kemari untuk mengantar puding delima sesuai perintah dari Tuan Rezon.”

“Kak Rezon,” ulang Kageo mengernyit, seakan tak percaya. “Kalau begitu, letakkan saja pudingnya di meja.”

Tanpa diperintah dua kali, Moza berbalik dan melangkah ke meja kecil di sudut. Ia meletakkan nampan berisi puding dengan hati-hati.

Namun begitu hendak mundur, Moza merasakan kehadiran seseorang tepat di belakangnya.

Risca Amelia

Halo, readersku tersayang. Terima kasih sudah mampir ke karya terbaru author. Jangan lupa berikan gems dan like ya setelah baca.

| 7
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Rencana Perjodohan

    Sekitar pukul lima sore, mansion Limantara disinari cahaya jingga keemasan. Sebuah sedan mewah berhenti mulus di depan pintu utama.Elbara Limantara, sang pengacara handal keluarga, turun dengan wajah yang terlihat cukup lelah.Baru saja ia berhasil menyelesaikan sengketa besar untuk PT Cakra Properti, terkait pembebasan lahan yang melibatkan gugatan dari serikat pekerja. Pertempuran hukum selama berhari-hari itu akhirnya dimenangkan. Namun, menyisakan kelelahan mental dan menguras seluruh energinya.Elbara melonggarkan dasinya yang terasa mencekik dan menarik napas panjang. Ia menikmati keheningan singkat sebelum melangkah masuk ke mansion.Begitu tiba di ruang tengah, kelelahan Elbara langsung teralihkan. Valen sudah berdiri di sana, bersiap untuk menyambut kepulangannya.Valen mengenakan gaun krem dengan potongan bodycon yang membentuk lekuk tubuhnya. Rambutnya terurai, bibirnya berwarna merah muda mengilap. Sambil tersenyum manis, ia berjalan mendekati Elbara.Tanpa kata, Valen me

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Papa Sayang Tante Moza

    “Opa, tenang saja. Begitu sampai di mansion, aku akan segera memeriksa Kageo,” ujar Rezon dengan ketenangan khas seorang dokter.Tuan Markus mengangguk perlahan, matanya kembali tenang, seolah dengan kehadiran Rezon dan Moza di mansion beban di pundaknya sedikit berkurang.Moza tidak berkata apa-apa. Ia hanya menunduk, menerima takdir yang baru saja dijatuhkan padanya. Besok, ia harus kembali ke mansion dan menjadi pelayan sementara untuk Kageo.Di dalam hati, Moza ingin menolak tetapi bagaimana mungkin?Di hadapan Tuan Markus, penolakan berarti pembangkangan. Dan pembangkangan berarti ia bisa kehilangan akses ke keluarga Limantara, sekaligus kehilangan kesempatan untuk mengungkap kebenaran tentang pria di resort.Beberapa jam kemudian, di dapur yang mulai diselimuti senja, Moza berdiri mematung sambil memandangi bahan masakan yang diracik untuk makan malam. Pikirannya berkecamuk, terperangkap dalam rencana yang tiba-tiba berantakan.Tidak seharusnya perubahan ini terjadi.Sekarang, d

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Pelayan untuk Kageo

    Mendengar Kageo sakit, Valen segera menoleh pada Thalia. "Aku akan naik ke lantai dua untuk menjenguk Kageo."Tanpa menunda lagi, Valen dan Thalia bergegas menaiki anak tangga menuju lantai dua.Di sana, mereka menemukan pria itu sedang duduk bersandar di kursi. Wajahnya pucat seperti lilin, dengan butiran keringat dingin di pelipis. Deru napas Kageo juga terdengar pendek dan tidak beraturan.“Kageo, kau baik-baik saja?” tanya Valen buru-buru menghampiri."Valen, kau sudah datang. Kepalaku seperti dihantam palu," gumam Kageo lemah. Beberapa memar kecil terlihat di lengan bawahnya meski tidak terbentur apa pun.Valen segera duduk di samping Kageo, mengecek dahinya yang berkeringat. "Tenang, Kageo. Kau hanya perlu minum obat dan istirahat."Dengan sigap, Valen membantu Kageo meminum obat pereda nyeri. Kemudian, ia menuntun pria itu menuju tempat tidur. Mengatur bantal di kepala ranjang, agar Kageo bisa bersandar dengan nyaman."Bibi Thalia, tolong ambilkan kompres untuk meredakan sakit

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Tamu Istimewa

    Nuri, yang sejak tadi mengawasi dari jarak dekat, bergegas memeriksa kondisi Abigail. “Sebenarnya, Tuan Dastan bicara begitu agar Nona Kecil lebih hati-hati. Dulu, Nona Kecil pernah dirawat di rumah sakit, dan Tuan Dastan sempat panik mencari donor darurat.”"Kenapa bukan Tuan Dastan yang menjadi pendonornya? Bukankah darah mereka sama?” tanya Moza penasaran. Sebelum Nuri sempat menjawab, langkah kaki pria terdengar menyusuri jalan setapak.Rezon muncul dari arah belakang dan menghampiri mereka. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran. "Ada apa, Abi? Kenapa wajahmu pucat?"Nuri segera menjelaskan, "Nona Kecil hampir jatuh, Tuan Muda. Untung Moza cepat menangkapnya."Rezon langsung berjongkok di depan Abigail, suaranya lembut sekaligus mengandung teguran."Jangan lari-lari di area seperti ini, Abi. Banyak batu dan akar pohon yang tidak terlihat. Bisa cedera.”“Maaf, Paman,” jawab Abigail menunduk seraya memegangi lengan Moza.Rezon tersenyum sambil mengelus kepala sang keponakan. “Besok p

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Darah Langka

    Setelah menghidangkan sarapan untuk Tuan Markus dan Rezon, Moza kembali masuk ke rumah peristirahatan. Di ruang makan, Abigail sudah duduk menunggu dengan wajah penuh antusias."Tante Moza, aku sudah lapar," rengek Abigail sambil mengibas-ngibaskan kakinya yang mungil.Moza tersenyum, lalu duduk di sebelahnya. "Tante temani Nona Kecil makan, ya."Dengan sabar, Moza membantu memotongkan pancake untuk Abigail. Ia jug mengelap mulut gadis kecil itu yang belepotan madu. Memberinya susu hangat, dan mendengarkan celotehnya yang tak henti-hentinya."Tante, habis makan aku mau jalan-jalan ke danau.”Moza membelai rambut Abigail. "Baik, Nona Kecil. Kita ke danau, tapi harus minta izin dulu ke Opa."Begitu selesai makan, Abigail melompat dari kursinya dan menarik tangan Moza.“Ayo, Tante, sekarang!”Mereka berdua menuju teras dimana Tuan Markus masih duduk ditemani Rezon dan perawatnya, menikmati udara pagi yang segar."Opa," panggil Abigail dengan suara manis, "boleh nggak aku jalan-jalan denga

  • Pelayan Lima Tuan Muda Perkasa   Memohon Ampun Padaku

    Moza bergegas menuju kamar Abigail, mengikuti Nuri yang berjalan tergesa. Jantungnya masih berdebar akibat pertemuan singkat dengan Rezon.Saat pintu terbuka, Moza melihat Abigail sedang duduk di tepi tempat tidur dengan piyama merah muda. Kedua tangan mungilnya memegang ponsel.Meski wajahnya masih mengantuk, Abigail berbicara antusias melalui video call. Suaranya masih serak dan lucu, khas anak yang baru bangun tidur.Begitu melihat Moza, Abigail berseru gembira pada kamera, "Papa, Tante Moza sudah datang! Aku mau mandi dulu, ya. Nanti aku telepon Papa lagi!"Sebelum Moza sempat mengiyakan atau menolak, Abigail sudah menyodorkan ponselnya, lantas melompat dari tempat tidur.Ia menarik tangan Nuri menuju kamar mandi. Meninggalkan Moza sendirian dengan layar yang kini menampilkan wajah Dastan.Moza terkesima dan sedikit canggung.Dastan mengenakan piyama sutra berwarna navy, kancing atas terbuka, memperlihatkan lekuk dada bidang. Rambutnya masih lembap, acak-acakan, seperti baru saja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status