Beranda / Romansa / Pelukan Dingin Tuan Muda / 50. Penyakitku jauh dari nyawa

Share

50. Penyakitku jauh dari nyawa

Penulis: Qima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-13 15:28:48

"Aku sudah banyak tidur dalam dua hari ini juga aku akan menunggu cuciannya." Mereka berdua sama-sama bersikeras untuk menunggu jadilah mereka bertahan bersama. Keduanya tidak lagi berbicara hanya suara dari mesin cuci yang sedang bekerja memenuhi ruangan itu setelah beberapa waktu akhirnya Makky yang kembali membuka pembicaraan.

"Apakah ini rasanya memiliki seseorang yang memperhatikan kita?" Ucap Makky sambil memainkan bunga Silverdust dengan jari-jarinya.

"Sebentar lagi kamu akan menikah kamu akan memilikinya di masa depan," jawab Laiba sambil mengecek kembali waktu yang tersisa di mesin cuci.

"Apakah semua pasangan memperlakukan hal ini, merawat dan memperhatikan ketika sakit?"

"Aku tidak tahu, jangan tanya aku tapi seorang asisten rumah tangga akan melakukan apapun untukmu. Kenapa tidak menyewa seorang asisten saja tidak perlu mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri juga akan merawat kamu jika sakit."

"Terlalu merepotkan, aku tidak suka orang asing menyentuh barang-barangku."

"
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    55. Aku bukan orang normal, aku binatang purba

    "Darimana kamu tahu?" sahut Laiba dengan tenang seakan-akan sama sekali tidak tahu apapun."Sebagian undangan yang sudah disebar ditarik kembali.""Kenapa?""Mana aku tahu."Disaat mereka berdua membicarakan mantan kekasih dari Dedalu wanita itu menunjukkan wujudnya dan Laiba langsung mengetahui keberadaannya meskipun berjarak cukup jauh dan berbaur dengan banyaknya orang."Arah jam sembilan," ucap Laiba namun tidak memandang ke arah Ayana."Apa?" Poppy tidak terbiasa akan kode yang di berikan oleh Laiba."Lihat arah jam sembilan," ucap Laiba lebih pelan dan jelas."Arah jam sembilan." Poppy mengulangi apa yang dikatakan oleh Laiba, sambil membuat gerakan dimana arah jam sembilan. Butuh waktu beberapa saat untuk memecahkan kode dari Laiba."Dia masih benari datang di acara seperti ini ketika pernikahannya gagal yang hanya tinggal beberapa hari lagi?" ucap Poppy setelah melihat sosok yang sedang mereka bicarakan.Laiba tidak menanggapinya berprilaku seperti tidak ada hubungannya dengan

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    54. Aku hampir mati bosan

    "Apa yang terjadi?" Laki-laki itu begitu panik melihat keadaan Laiba yang sedemikian rupa tanpa mengatakan apapun lagi Bram langsung memeluknya di tempat umum itu yang membuat Laiba terkejut akan tindakan yang tiba-tiba ini."Aku tidak apa-apa," ucap Laiba berusaha dengan pelan melepaskan pelukan itu tapi Bram terlalu kuat tapi pelukan kuat itu segera dilepaskannya takut akan menyakiti wanita pujaannya dan memperhatikan kondisi Laiba yang ada darah di mana-mana."Kamu bersimbah darah, mana yang terluka? Kamu juga terlihat habis menangis." Bram memeriksa anggota tubuh Laiba juga menyentuh perlahan wajah sembabnya."Ini bukan darahku, aku baik-baik saja," jawab Laiba dengan lembut mencoba memberi pengertian kepada Bram yang panik bukan salahnya juga keadaanya cukup berantakan membuat laki-laki itu salah paham.Mata Laiba nampak lelah juga sembab, rambutnya kusut, juga masih ada darah di baju putihnya belum lagi darah memenuhi mantel yang ditentengnya orang akan mengira jika dirinyalah

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    53. Bersimbah darah

    Waktu berjalan sangat lambat untuk Laiba, sudah berjalan dua jam namun pintu operasi itu belum juga terbuka, Laiba memegangi kepalanya yang terasa semakin berat rasa mengantuk dan pusing saling bertautan satu sama lain. Malam sudah semakin larut tapi rumah sakit itu masih saja ramai ada tangisan lirih dari keluarga pasien yang jauh dari tempatnya tapi terdengar juga sayup-sayup terdengar rintihan orang kesakitan. Ini bukanlah pertama kalinya Laiba menunggu dengan was-was Dedalu di meja operasi tapi kali ini perasannya jauh lebih merasa bersalah dari pada dahulu.Laiba tidak dapat membayangkan bagaimana jika seandainya ada kerusakan lagi pada kaki laki-laki itu kemungkinan cacat seumur hidup sangat besar apalagi Dedalu mengeluarkan banyak darah yang membuatnya membayangkan sesuatu yang tidak-tidak. Ada penyesalan di hatinya paling dalam."Kenapa aku harus kembali berurusan dengannya bukankah sudah baik kami tidak saling berhubungan dan kenapa dia harus terluka lagi ketika aku mencoba u

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    52. Kamu masih menangis untukku

    Bow itu bergesekan dengan senar biola menghasilkan instrumen yang lembut dan indah di tengah hiruk-pikuk dunia yang ramai tapi alunan musik lembut itu seperti terpisah dari keramaian jalanan yang sedang ramai lancar seperti tidak ada sangkut pautnya alunan musik itu tetap berjalan dan kehidupan dunia terus berotasi. Laki-laki bertopi yang memainkan biola itu juga menutup matanya terhanyut pada permainannya sendiri masuk lebih dalam lagi menikmati setiap bait suci sedikit demi sedikit."Indah sekali," ujar seorang laki-laki paruh baya yang sedang lewat dan singgah sebentar.Perempuan itu sama halnya seperti laki-laki paruh baya itu, seorang pejalan kaki yang tertarik akan lantunan keindahan yang dimainkan. Laiba berdiri tidak jauh dari orang yang sedang bermain biola di pinggir jalan setelah menikmati beberapa putaran Perempuan itu menaruh selembar uang kertas berwarna hijau sebelum kembali melanjutkan perjalanan pulang setelah bekerja.Laiba hanya ingin segera pulang dan beristirahat

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    51. Gunakan milikku

    Laiba tidak tahu sudah berapa lama jatuh tertidur kesadarannya kembali setelah penciumannya mencium sesuatu yang harum dan ketika membuka kelopak matanya Laiba mendapati hidangan hangat di depannya serta tuan muda itu sudah duduk di lantai seperti dirinya, Laiba merenggangkan tubuhnya yang kaku tidur sambil duduk membuat tulang-tulangnya terasa sulit digerakkan."Bukankah aku sudah menyuruhmu pulang semalam," ujar Makky."Jangan duduk di lantai kamu masih demam." Alih-alih menjawab komentar Makky Laiba malah memarahi tuan muda itu yang juga ikut duduk di lantai."Khawatirkan dirimu sendiri kamu semalaman duduk di lantai aku sudah sembuh. Cepat sarapan!" Laiba tidak membantahnya, mengambil sarapan yang sudah di pesan oleh laki-laki itu."Kamu akan pergi bekerja?" tanya Laiba sambil mengunyah makanannya."Em."Laiba memanjangkan tangannya untuk menyentuh kening tuan muda itu dan tindakan tiba-tiba itu membuat Makky sedikit terkejut namun tidak menghindar."Cukup baik," gumam Laiba setel

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    50. Penyakitku jauh dari nyawa

    "Aku sudah banyak tidur dalam dua hari ini juga aku akan menunggu cuciannya." Mereka berdua sama-sama bersikeras untuk menunggu jadilah mereka bertahan bersama. Keduanya tidak lagi berbicara hanya suara dari mesin cuci yang sedang bekerja memenuhi ruangan itu setelah beberapa waktu akhirnya Makky yang kembali membuka pembicaraan."Apakah ini rasanya memiliki seseorang yang memperhatikan kita?" Ucap Makky sambil memainkan bunga Silverdust dengan jari-jarinya."Sebentar lagi kamu akan menikah kamu akan memilikinya di masa depan," jawab Laiba sambil mengecek kembali waktu yang tersisa di mesin cuci."Apakah semua pasangan memperlakukan hal ini, merawat dan memperhatikan ketika sakit?""Aku tidak tahu, jangan tanya aku tapi seorang asisten rumah tangga akan melakukan apapun untukmu. Kenapa tidak menyewa seorang asisten saja tidak perlu mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri juga akan merawat kamu jika sakit.""Terlalu merepotkan, aku tidak suka orang asing menyentuh barang-barangku.""

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status