Share

BAB 4 : Bertahan hidup

Ken yang masih belum cukup memiliki pengalaman bertarung secara langsung memilih untuk lari. Ken juga belum bisa menganalisa tentang tingkatan monster yang bisa dia hadapi dengan kekuatannya saat itu, dia hanya percaya pada insting yang memberinya sebuah sinyal peringatan bahaya. Saat tahu Ken melarikan diri, monster itu langsung mengejar Ken, hal itu membuat Ken mempercepat laju kakinya untuk bisa kabur dari kejaran monster tersebut.

Selain masalah dengan monster tersebut, Ken memiliki masalah dengan statusnya yang berubah setelah kutukan Dewi Aria aktif. Meski hanya sesaat tetapi stats Ken berkurang dua point secara menyeluruh, apa lagi pengurangan statsnya kali ini 2 kali lipat dari yang Ken alami saat pertama kali kutukan itu aktif. Hanya stats keberuntungannya yang tetap tidak berkurang. Level Ken juga kembali lagi menjadi level satu, kutukan itu bukan hanya mengurangi stats miliknya tapi exp yang Ken dapat juga ikut berkurang.

Semua hal yang baru saja terjadi membuat kepala Ken menjadi pusing. Dalam kondisi itu Ken harus berlari sekuat tenaga untuk bisa kabur, tetapi monster itu masih bisa mengimbangi kecepatannya. Beberapa kali monster mencoba untuk menyerang Ken saat dia berhasil mendekati Ken, beruntung serangan monster itu tidak secepat laju larinya. Hal itu membuat Ken masih bisa menghindari semua serangan dari monster tersebut.

Ken memang merasa kecepatan sedikit lebih lambat dari pada saat melawan monster sebelumnya, tetapi dia juga merasa itu cukup untuk menghindari serangan dari monster beruang besar itu. Semua keadaan memamg tampak terkendali meski Ken tidak bisa kabur dari kerjaran monster tersebut, kenyataan itu membuat perasaanya tidak nyaman.

Ken terus berpikir sambil berlari dan menghindari serangan dari monster dan membuat stats agility dan dexteritynya kembali bertambah. Rencana yang terpikirkan oleh Ken saat itu adalah beradu ketahanan, hanya itu yang terpikirkan oleh Ken. Karena stats miliknya yang akan terus bertambah, Ken yakin daya tahan dan staminanya juga kan bertambah. Keyakinan itu yang Ken pegang untuk bisa kabur dari monster yang mengejarnya.

Selama kabur dari kejaran monster, Ken selalu memberi tanda di sekitarnya agar tidak terlalu jauh dari danau. Ken merasa bila danau itu merupakan tempat yang aman baginya, selain itu Ken juga selalu waspada agar tidak bertemu dengan monster lainnya. Meski dia tidak bisa merasakan monster yang jauh, tetapi Ken bisa mengandalkan instingnya untuk mencari jalan yang aman baginya. Semua rencananya berjalan dengan lancar dan instingnya terbukti tajam, tetapi Ken salah perhitungan tentang monster yang mengejarnya.

Sudah lebih dari empat jam Ken terus saja kabur, tetapi monster yang mengejarnya sama sekali tidak terlihat kelelahan. Monster itu tetap mengejar dan menyerang Ken, dalam keadaan itu akhirnya Ken berpikir untuk melawan monster itu. Ken yang tahu bila statsnya sudah melebihi angka seratus, membuatnya memilih untuk bertarung melawan monster itu.

Sebelum Ken bertarung, Ken berlari kembali ke danau. Dia berpikir akan lebih aman jika betarung di dekat danau yang bisa menyembuhkannya. Hal itu dia lakukan untuk berjaga-jaga agar bisa menghindari kemungkinan terburuk yang terjadi. Disaat Ken sudah di dekat danau, dia langsung berhenti dan menunggu kedatangan monster itu. Sedangkan monster itu langsung menerjang kepada Ken yang sudah bersiap melawannya.

Monster itu langsung mengarahkan serangan dengan tangan besarnya. Ken dengan mudah menhindari serangan itu dan menyerang balik. Ken menargetkan kepala monster untuk memberikan serangan telak, tetapi apa yang terjadi tidak sesuai yang Ken rencanakan. Bukan hanya serangannya gagal, tangan Ken terasa remuk saat dia menghantam kepada monster itu dengan sekuat tenanga, dia seperti sedang menghantam besi utuh dengan tangan kosong.

Braaggkkk! Braaggkkk! Braaggkkk!

Akhirnya Ken terkena serangan monster itu hingga tiga pohon besar langsung tumbang akibat terbentur tubuh Ken yang terhempas. Satu kesalahan dalam perhitungan dan rasa percaya diri yang berlebih saat statsnya naik melebihi angka seratus membuat Ken hampir mati. Semua tulangnya serasa remuk hingga membuatnya memuntahkan darah yang banyak. Meski dia selamat, tetapi kondisi tubuhnya yang seperti tertabrak truk membuatnya susah bergerak.

Monster yang dari tadi bersemangat mengejar Ken, kini berjalan santai saat melihat Ken yang sudah tidak berdaya. Dengan kondisi tubuhnya yang sudah penuh dengan luka, membuat Ken harus cepat menuju ke danau untuk memulihkan tubuhnya. Saat Ken mencoba untuk merangkak membuat Ken merasakan sakit seperti tubuhnya akan hancur, tetapi Ken tetap bergerak meski dengan kondisi tubuh yang seperti itu. Sedangkan monster itu seakan mengetahui apa yang Ken pikirkan dan langsung menginjak kiki Ken.

“Aaaaarrrggg … !”

Ken berteriak sangat keras karena kakinya yang hancur seperti terlindas truk. Hanya itu yang Ken bisa lakukan untuk meluapkan perasaannya, kemudian Ken tetap berusaha bergerak dan mengabaikan monster itu meski dengan kondisi yang mengenaskan.

Monster itu juga tidak memakan atau membunuh Ken, dia seperti membuat Ken menjadi mainan untuknya. Meski begitu Ken tetap berusaha bergerak menuju danau menggunakan satu tangannya, hanya tangan kirinya saja yang masih bisa bergerak dengan baik.

Monster itu hanya melihat saja saat Ken terus bergerak menuju danau, Ken juga berpikir bila dia berhenti bergerak dan kutukannya aktif maka bisa dipastikan Ken akan mati. Karena itu Ken terus bergerak meski sakit yang dia rasakan saat melewati jalan berbatu. Dia tidak tahu kenapa monster itu hanya diam saja, tetapi kesepatan itu tidak Ken lewatkan begitu saja.

Saat Ken hampir mencapai danau, barulah monster itu bergerak dan mengangkat tubuh Ken lalu menjauhkannya dari danau. Ken akhirnya tahu bila monster itu hanya membuatnya sebagai mainan, wajah monster itu juga terlihat puas saat tahu Ken yang putus asa. Ken yang sudah frustasi tidak lagi mau bergerak, dia tidak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi nanti. Dalam hatinya Ken terus mengutuk Dewi Aria yang sudah memanggilanya ke dunia itu. Pada akhirnya Ken hanya berbaring di tanah, dia berpikir untuk bermalas-malasn dan menikmati suasana sekitarnya sebelum dia mati.

Monster itu terus memperhatikan Ken, hingga lima menit berlalu Ken tetap berbaring dengan wajah yang terlihat sedang menikmati angin sepoi-sepoi. Muncul rasa kesal pada diri monster yang melihat mainannya sudah tidak asik lagi, monster itu kemudian menyentil tubuh Ken dengan cakar panjangnya agar membuat Ken bergerak lagi. Ken yang sudah tidak perduli dengan apa yang terjadi kepadanya hanya pasrah dan terus menikmatinya.

“Grooowwwll … !”

Monster itu meraung dengan keras karena merasa kesal dengan Ken. Raungan itu juga membuat tubuh Ken sempat berguling-guling. Hal itu membuat kondisi tubuhnya semakin parah dan gendang terlinganya juga pecah. Ken hanya menghembuskan nafas pelan dan memasang ekspresi wajah acuh dengan apa yang monster itu lakukan.

Ken yang pasrah dan tidak memperlihatkan rasa takut dan putus asa, tetapi malah terlihat santai dan acuh dengan kondisinya membuat simonster tidak memiliki minat lagi bermain dengan Ken. Akhirnya monster itu berniat untuk menjadikan Ken sebagai santapannya.

Dengan dua jarinya, monster itu mengangkat tubuh Ken setinggi wajahnya. Monster itu kembali memperhatikan wajah Ken, dia melihat Ken tetap santai dan tidak memperlihatkan ekspresi takut meski pada saat itu Ken sedang berada diambang kematian. Monster itu mengendus tubuh Ken dan kemudian meraung lagi tepat di depan wajah Ken.

“Grooowwwll … !”

Selain efek angin dari raungannya, kali ini raungan monster itu tidak begitu berdampak pada Ken yang sudah kehilangan indra pendengarannya. Ken hanya menghembuskan nafas kecil dan malah tersenyum konyol melihat wajah monster yang bingung. Melihat ekpresi wajah Ken membuat monster itu jadi kehilangan selera makannya karena jijik melihat ekspresi ekspresi wajah Ken. Kemudian dia melempar tubuh Ken begitu saja dan berjalan meninggalkan Ken yang sudah tergeletak di tanah.

Rencana Ken berhasil, apa lagi tubunya jatuh tidak jauh dari danau. Meski begitu Ken tetap berpikir dengan tenang dan tidak terburu-buru untuk menuju ke danau, karena dia merasa monster itu mungkin saja akan kembali bila Ken bergerak pada saat itu. Ken ingin memastikan keselamatannya dan menunggu monster itu untuk pergi jauh, tetapi Ken juga tidak memiliki banyak waktu, bila Ken tidak cepat bergerak maka kutukannya akan aktif.

Apakah keputusan yang akan diambil oleh Ken dalam keadaannya?

Kita tunggu dibab selanjutnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status