Beranda / Pendekar / Pemalas Penantang Dewi / BAB 4 : Bertahan hidup

Share

BAB 4 : Bertahan hidup

Penulis: @M.N.A
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-09 21:57:25

Ken yang masih belum cukup memiliki pengalaman bertarung secara langsung memilih untuk lari. Ken juga belum bisa menganalisa tentang tingkatan monster yang bisa dia hadapi dengan kekuatannya saat itu, dia hanya percaya pada insting yang memberinya sebuah sinyal peringatan bahaya. Saat tahu Ken melarikan diri, monster itu langsung mengejar Ken, hal itu membuat Ken mempercepat laju kakinya untuk bisa kabur dari kejaran monster tersebut.

Selain masalah dengan monster tersebut, Ken memiliki masalah dengan statusnya yang berubah setelah kutukan Dewi Aria aktif. Meski hanya sesaat tetapi stats Ken berkurang dua point secara menyeluruh, apa lagi pengurangan statsnya kali ini 2 kali lipat dari yang Ken alami saat pertama kali kutukan itu aktif. Hanya stats keberuntungannya yang tetap tidak berkurang. Level Ken juga kembali lagi menjadi level satu, kutukan itu bukan hanya mengurangi stats miliknya tapi exp yang Ken dapat juga ikut berkurang.

Semua hal yang baru saja terjadi membuat kepala Ken menjadi pusing. Dalam kondisi itu Ken harus berlari sekuat tenaga untuk bisa kabur, tetapi monster itu masih bisa mengimbangi kecepatannya. Beberapa kali monster mencoba untuk menyerang Ken saat dia berhasil mendekati Ken, beruntung serangan monster itu tidak secepat laju larinya. Hal itu membuat Ken masih bisa menghindari semua serangan dari monster tersebut.

Ken memang merasa kecepatan sedikit lebih lambat dari pada saat melawan monster sebelumnya, tetapi dia juga merasa itu cukup untuk menghindari serangan dari monster beruang besar itu. Semua keadaan memamg tampak terkendali meski Ken tidak bisa kabur dari kerjaran monster tersebut, kenyataan itu membuat perasaanya tidak nyaman.

Ken terus berpikir sambil berlari dan menghindari serangan dari monster dan membuat stats agility dan dexteritynya kembali bertambah. Rencana yang terpikirkan oleh Ken saat itu adalah beradu ketahanan, hanya itu yang terpikirkan oleh Ken. Karena stats miliknya yang akan terus bertambah, Ken yakin daya tahan dan staminanya juga kan bertambah. Keyakinan itu yang Ken pegang untuk bisa kabur dari monster yang mengejarnya.

Selama kabur dari kejaran monster, Ken selalu memberi tanda di sekitarnya agar tidak terlalu jauh dari danau. Ken merasa bila danau itu merupakan tempat yang aman baginya, selain itu Ken juga selalu waspada agar tidak bertemu dengan monster lainnya. Meski dia tidak bisa merasakan monster yang jauh, tetapi Ken bisa mengandalkan instingnya untuk mencari jalan yang aman baginya. Semua rencananya berjalan dengan lancar dan instingnya terbukti tajam, tetapi Ken salah perhitungan tentang monster yang mengejarnya.

Sudah lebih dari empat jam Ken terus saja kabur, tetapi monster yang mengejarnya sama sekali tidak terlihat kelelahan. Monster itu tetap mengejar dan menyerang Ken, dalam keadaan itu akhirnya Ken berpikir untuk melawan monster itu. Ken yang tahu bila statsnya sudah melebihi angka seratus, membuatnya memilih untuk bertarung melawan monster itu.

Sebelum Ken bertarung, Ken berlari kembali ke danau. Dia berpikir akan lebih aman jika betarung di dekat danau yang bisa menyembuhkannya. Hal itu dia lakukan untuk berjaga-jaga agar bisa menghindari kemungkinan terburuk yang terjadi. Disaat Ken sudah di dekat danau, dia langsung berhenti dan menunggu kedatangan monster itu. Sedangkan monster itu langsung menerjang kepada Ken yang sudah bersiap melawannya.

Monster itu langsung mengarahkan serangan dengan tangan besarnya. Ken dengan mudah menhindari serangan itu dan menyerang balik. Ken menargetkan kepala monster untuk memberikan serangan telak, tetapi apa yang terjadi tidak sesuai yang Ken rencanakan. Bukan hanya serangannya gagal, tangan Ken terasa remuk saat dia menghantam kepada monster itu dengan sekuat tenanga, dia seperti sedang menghantam besi utuh dengan tangan kosong.

Braaggkkk! Braaggkkk! Braaggkkk!

Akhirnya Ken terkena serangan monster itu hingga tiga pohon besar langsung tumbang akibat terbentur tubuh Ken yang terhempas. Satu kesalahan dalam perhitungan dan rasa percaya diri yang berlebih saat statsnya naik melebihi angka seratus membuat Ken hampir mati. Semua tulangnya serasa remuk hingga membuatnya memuntahkan darah yang banyak. Meski dia selamat, tetapi kondisi tubuhnya yang seperti tertabrak truk membuatnya susah bergerak.

Monster yang dari tadi bersemangat mengejar Ken, kini berjalan santai saat melihat Ken yang sudah tidak berdaya. Dengan kondisi tubuhnya yang sudah penuh dengan luka, membuat Ken harus cepat menuju ke danau untuk memulihkan tubuhnya. Saat Ken mencoba untuk merangkak membuat Ken merasakan sakit seperti tubuhnya akan hancur, tetapi Ken tetap bergerak meski dengan kondisi tubuh yang seperti itu. Sedangkan monster itu seakan mengetahui apa yang Ken pikirkan dan langsung menginjak kiki Ken.

“Aaaaarrrggg … !”

Ken berteriak sangat keras karena kakinya yang hancur seperti terlindas truk. Hanya itu yang Ken bisa lakukan untuk meluapkan perasaannya, kemudian Ken tetap berusaha bergerak dan mengabaikan monster itu meski dengan kondisi yang mengenaskan.

Monster itu juga tidak memakan atau membunuh Ken, dia seperti membuat Ken menjadi mainan untuknya. Meski begitu Ken tetap berusaha bergerak menuju danau menggunakan satu tangannya, hanya tangan kirinya saja yang masih bisa bergerak dengan baik.

Monster itu hanya melihat saja saat Ken terus bergerak menuju danau, Ken juga berpikir bila dia berhenti bergerak dan kutukannya aktif maka bisa dipastikan Ken akan mati. Karena itu Ken terus bergerak meski sakit yang dia rasakan saat melewati jalan berbatu. Dia tidak tahu kenapa monster itu hanya diam saja, tetapi kesepatan itu tidak Ken lewatkan begitu saja.

Saat Ken hampir mencapai danau, barulah monster itu bergerak dan mengangkat tubuh Ken lalu menjauhkannya dari danau. Ken akhirnya tahu bila monster itu hanya membuatnya sebagai mainan, wajah monster itu juga terlihat puas saat tahu Ken yang putus asa. Ken yang sudah frustasi tidak lagi mau bergerak, dia tidak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi nanti. Dalam hatinya Ken terus mengutuk Dewi Aria yang sudah memanggilanya ke dunia itu. Pada akhirnya Ken hanya berbaring di tanah, dia berpikir untuk bermalas-malasn dan menikmati suasana sekitarnya sebelum dia mati.

Monster itu terus memperhatikan Ken, hingga lima menit berlalu Ken tetap berbaring dengan wajah yang terlihat sedang menikmati angin sepoi-sepoi. Muncul rasa kesal pada diri monster yang melihat mainannya sudah tidak asik lagi, monster itu kemudian menyentil tubuh Ken dengan cakar panjangnya agar membuat Ken bergerak lagi. Ken yang sudah tidak perduli dengan apa yang terjadi kepadanya hanya pasrah dan terus menikmatinya.

“Grooowwwll … !”

Monster itu meraung dengan keras karena merasa kesal dengan Ken. Raungan itu juga membuat tubuh Ken sempat berguling-guling. Hal itu membuat kondisi tubuhnya semakin parah dan gendang terlinganya juga pecah. Ken hanya menghembuskan nafas pelan dan memasang ekspresi wajah acuh dengan apa yang monster itu lakukan.

Ken yang pasrah dan tidak memperlihatkan rasa takut dan putus asa, tetapi malah terlihat santai dan acuh dengan kondisinya membuat simonster tidak memiliki minat lagi bermain dengan Ken. Akhirnya monster itu berniat untuk menjadikan Ken sebagai santapannya.

Dengan dua jarinya, monster itu mengangkat tubuh Ken setinggi wajahnya. Monster itu kembali memperhatikan wajah Ken, dia melihat Ken tetap santai dan tidak memperlihatkan ekspresi takut meski pada saat itu Ken sedang berada diambang kematian. Monster itu mengendus tubuh Ken dan kemudian meraung lagi tepat di depan wajah Ken.

“Grooowwwll … !”

Selain efek angin dari raungannya, kali ini raungan monster itu tidak begitu berdampak pada Ken yang sudah kehilangan indra pendengarannya. Ken hanya menghembuskan nafas kecil dan malah tersenyum konyol melihat wajah monster yang bingung. Melihat ekpresi wajah Ken membuat monster itu jadi kehilangan selera makannya karena jijik melihat ekspresi ekspresi wajah Ken. Kemudian dia melempar tubuh Ken begitu saja dan berjalan meninggalkan Ken yang sudah tergeletak di tanah.

Rencana Ken berhasil, apa lagi tubunya jatuh tidak jauh dari danau. Meski begitu Ken tetap berpikir dengan tenang dan tidak terburu-buru untuk menuju ke danau, karena dia merasa monster itu mungkin saja akan kembali bila Ken bergerak pada saat itu. Ken ingin memastikan keselamatannya dan menunggu monster itu untuk pergi jauh, tetapi Ken juga tidak memiliki banyak waktu, bila Ken tidak cepat bergerak maka kutukannya akan aktif.

Apakah keputusan yang akan diambil oleh Ken dalam keadaannya?

Kita tunggu dibab selanjutnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pemalas Penantang Dewi   BAB 115 : Akhir cerita

    Warna rambut pirang yang berkilau seperti emas terurai hingga di bahunya, dan telihat sangat indah dengan wajah manis yang sangat cantik seperti boneka berbie. Bentuk tubuhnya juga aduhai yang membuat semua cowok membuka mulut mereka saat melihatnya berjalan. Kulitnya juga putih mulus yang terlihat sangat cerah terawat dengan baik, dan itu mmebuat semua cewek sangat ingin memiliki kulit sepertinya. Kedatangannya juga membuat suasana kelas menjadi hening karena semua siswa terus terpaku dan menatap kepadanya. “Perkenalkan nama saya Alice de Pendragon, mulai hari ini saya akan belajar di kelas ini.” Semua siswa langsung bersorak setelah mendengar perkenalannya, kecuali Ken yang tahu sosok tersebut sangat mirip dengan Garga. Namanya juga mirip dengan nama yang Ken berikan kepada Garga, hanya beda nama tengahnya saja, tetapi mengucapannya sama. Guru kemudian menjelaskan bila Alice merupakan siswa istimewa dan juga siswa pertukaran dari luar negeri yang akan belajar tentang budaya di Indo

  • Pemalas Penantang Dewi   BAB 114 : Akhir dari perang

    Ken merasa tidak juga harus menggunakan kekuatannya untuk melawan Dion yang kekuatannya juga sudah menyatu sempurna. Ken merasa harus mencari tahu lebih dalam tentang metode yang Dion gunakan untuk menyatukan semua kekuatannya. Ken menggunakan skill overdrive yang membuat tubuhnya memiliki kekuatan dua kali lipat dan bergerak berdasarkan instingnya untuk bertarung menggunakan seluruh kekuatannya. Pergerakan Dion menjadi semakin cepat dan serangannya juga semakin kuat dari sebelumnya, Ken bisa merasakan perbedaannya dari tekanan yang Dion berikan. Beruntung Ken memiliki skill untuk mengimbangi kekuatan Dion dan langsung menggunakannya, jika tidak Ken akan terkena serangan Dion dan berakhir teluka. Ken kini juga kesulitan untuk menghindari serangan Dion dan hanya bisa bertahan, tetapi Dia masih bisa memberikan perlawanan dan serangan balasan dalam kondisinya yang semakin terdesak. Ken mulai kesal karena tidak segera menemukan metode yang Dion gunakan. “Ju*nc*k!” “Kugkk!” Ken bertriak

  • Pemalas Penantang Dewi   BAB 113 : Kekuatan yang menyatu

    Ken tidak menyangka bila kejadiannya akan menjadi sangat buruk, karena dia tetap menyimpan kekuatan Dewi yang dia ambil kembali dari Reka. Kini mana, aura, kekuatan kegelapan Garga dan kekuatan Dewi bercampur dalam tubuh Ken dan terus saling bertabrakan. Ken mencoba untuk mengendalikan aliran dari kekuatannya agar bisa berjalan selaras dan menyatu dengan baik. Dia ingat dengan apa yang terjadi pada Dion yang mana kekuatan kegelapan bersatu dengan aura dan kekuatan Dewi menyatu dengan mana.Hanya saja yang membuat Ken merasa aneh adalah keempat kekuatan itu terbagi menjadi dua yang berada pada sisi kanan dan kiri tubuh Dion. Ken yang mencoba mempelajari tentang hal itu saat bertarung dengan Dion akhirnya bisa mengetahui metode yang Dion gunakan. Hanya saja Ken menggunakan metode yang mirip, tetapi metode yeng Ken gunakan lebih sempurna dan bisa menyatukan semua kekuatan itu agar bisa mengalir selaras pada tubuhnya.Semua kekutan itu berjalan bersama mengalir ke seluruh tubuh Ken dan ki

  • Pemalas Penantang Dewi   BAB 112 : Kembali Ken

    Tubuh Ken tidak bisa bergerak karena tekanan kuat yang dipancarkan oleh Dion, dan perasaan takut saat melihat Dion seakan melihat Dewa kamatian yang akan mencabut nyawanya. Kekuatan Dion yang sudah terlepas seluruhnya di luar perkiraan dan akal sehat yang Ken miliki, dan tanpa Ken sadari Dion sudah ada dihadapannya dan menusuk jantungnya. Kecepatan Dion sudah melebihi apa yang bisa Ken hadapi, bahkan matanya masih belum berkedip dan Dia sudah tertusuk kedua kalinya oleh Dion.Dion benar-benar seperti terlahir kembali, dan dia bisa merasakan sensasi yang sama seperti yang dia rasakan saat dia baru menjadi Dewa. Kini Dion juga sudah berhasil menyingkirkan Ken yang merupakan penghalang utamanya untuk menjadi penguasa mutlak. Meski begitu Dion tidak terbawa suasana dan memastikan Ken benar-benar mati ditangannya sendiri.Melihat Ken yang tidak bisa bereaksi akan serangannya dan hanya menatapnya dengan wajah yang tampak terguncang hingga matanya bergetar, membuat Dion benar-benar puas. Dia

  • Pemalas Penantang Dewi   BAB 111 : Strategi dan pengalaman

    Melihat Garga yang sudah tidak bisa bereaksi dengan semua serangannya yang sudah menargetkan Ken, membuat Dion yakin jika dia benar-benar berhasil. “Duuuaarrrrr!”“Sialan! dia kab--, craassssttttt!” Dion terkejut saat Ken berhasil menebas dirinya.Dion yang sebelumnya penuh percaya diri bila berhasil menyerang Ken jadi terkejut karena keberadaan Ken lenyap sebelum semua sarangan mengenai dirinya. Kini dia juga terkejut karena Ken yang tiba-tiba bisa muncul kembali tanpa luka yang bahkan berhasil menyerangnya. Dion benar-benar tidak tahu trik apa yang Ken gunakan, namun dia merasa bila Ken berpindah ke sebuah dimensi untuk menghindari semua serangannya.Berkat perhitungannya yang matang, Ken berhasil berpidah ke celah antar dimensi pada detik-detik semua serangan Dion akan mengenainya. Ken akan benar-benar mati jika dia tidak berpindah dalam celah ruang dan waktu pada saat itu, namun Ken juga harus kehilangan tempatnya bersembunyi. Karena dia yang berpindah saat ada Dion di dekatanya a

  • Pemalas Penantang Dewi   BAB 110 : Tikus dan Kucing

    Ken seakan dipaksa harus memilih untuk terus maju, karena Dion juga berhasil merusak diemnsi yang merupakan efek dari setu senjatanya. Sejata itu juga langsung patah saat dimensinya berhasil Dion hancurkan, dan membuat Ken terlempar keluar. Ken memang tidak memiliki waktu lagi, karena Dion benar-benar berniat untuk menyingkirkannya.[Garga, buat dia sibuk saat aku menyiapkan sesuatu untuk melawannya.] ujar Ken dan dia juga memberi beberapa informasi kepada Garga lewat telepati.Dion tersenyum saat dia mendengar perintah Ken yang dia kirim lewat telepati kepada Garga, dengan itu dia tidak perlu lagi membaca maksud dari isyarat yang Ken gunakan. Berkat itu Dion tidak perlu memperdulikan Garga, dan langsung menuju tempat yang akan Ken tuju. Dengan penuh percaya diri Dion melesat dan menunggu kedatangan Ken, namun dia tidak melihat adanya Ken yang datang kearahnya dan Garga juga tidak mengejarnya.Dion terhenti sejenak dan mencerna apa yang sebenarnya terjadi, karen

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status