Rugard tahu bila Ken itu kuat, namun dia yang saat itu tidak begitu mengenal Ken dengan baik dan hanya tahu dari cerita Yuna, membuatnya tetap khawatir. Belum lagi kekuatan black leopard yang di luar nalarnya hingga membuat Rugard dan semua orangnya kewalahan. Mereka hanya bisa melihat saat Ken tidak bisa bergerak dengan wajah penuh emosi melihat black leopard yang melompat kepadanya, Reon dan teman lainnya yang tidak bisa melihat hal itu langsung menutup mata mereka. Setelah itu mereka tidak mendengar suara apapun, kemudian Reon mencoba membuka matanya dan melihat hal yang sangat mengejutkan.Black leopard yang melompat kepada Ken sedang terlentang dan mencoba menjadi kucing imut dengan memperlihatkan perut dan wajah imutnya pada Ken seolah ingin dielus. Monster itu bahkan berguling-guling dengan mengelus tubuh Ken dengan kepalanya seperti mencari perhatian dari Ken. sedangkan Ken tetap diam menatapnya dengan tajam, kemudian dia mengangkan tangannya dan menjitak kepala black leopard
Dalam suasana yang tegang saat mereka ingin mendengar pilihan dari pada siswa kelas U, tiba-tiba terdengar suara dari arah lain. “Kalau begitu kami pilih untuk belajar kepada kepala Akademi,” ucap siswa kelas sihir yang sudah sadar dari pingsannya.“Kenapa kalian bingung, sudah jelas siapa yang lebih baik dan tinggal memilih saja,” tambah siswa lainnya dengan sikap sombongnya yang merusak suasana hati Ken.“Siapa juga yang bertanya kepada kalian berdua,” ucap Ken yang mulai kesal.“Apa maksudmu? kalau siswa kelas U saja diberi hak untuk memilih, maka kami yang derajatnya lebih tinggi juga harus menerima hak tersebut, lagi pula bukan kamu yang menentukan hal ini melainkan Kepala Akademi,” jawabnya dengan gaya sok meski sebenarnya dia tidak tahu apapun tentang hal yang mereka bicarakan.Ken kesal karena suasana tegang langsung rusak karena gangguan dari berdua siswa yang tidak penting, padahal saat itu dia ingin mendengar jawaban para siswa kelas U. Mereka yang tidak tahu apapun tentang
Lainar awalnya terkejut saat mendapat tatapan tajam dari Rugard dan Aina, namun dia bisa paham saat melihat ekspresi wajah yang mereka perlihatan. Mereka tampak sekali bila penuh dengan tanda tanya tentang apa yang terjadi pada para siswa kelas U di tempat itu. Tempat itu bukan seperti tempat latihan yang mereka berdua pikirkan, mereka melihat bila semua siswa tidak seperti berlatih dan malah seperti menjalani kehidupan sehari-hari. Kesan pertama mereka saat melihat para siswa kelas U sedang membuat sebuah desa yang baru di hutan beast dan memulai kehidupan baru mereka di tempat itu.“Apa ini? apa yang sebenarnya terjadi dan mereka lakukan?” tanya Aina yang bingung.Rugard melihat beberapa dari mereka sedang berdiskusi tentang bahan yang didapat dari monster, lalu siswa lain terlihat sedang bersiap memasak, menggumpulkan kayu, mencuci, dan lain sebagainya. Hal yang paling mengejutkan mereka berdua adalah Ken yang saat itu sedang bersantai di ayunan dan digerakkan oleh beberapa siswa s
Sebuah arena sudah disiapkan oleh Lainar untuk mereka berempat bertarung, dan ke empat siswa sudah bersiap di arena. Kedua siswa sihir terlihat sangat bersemangat untuk memulai pertarungan tersebut, sedangkan kedua siswa kelas U terlihat sangat cemas. Siswa sihir yang sudah mengetahui seperti apa lawannya bersikap sangat percaya diri bila mereka akan menang, apalagi saat melihat kedua siswa kelas U memilih pedang kayu sebagai senjata.“Hahahaha, senjata itu memang cocok untuk kalian para sampah rendahan,” ejek salah satu siswa pada siswa kelas U dan membuat mereka semakin merasa cemas.Mereka tahu dengan pasti seperti apa musuhnya, apa lagi salah satu siswa kelas U yang mereka pilih merupakan penyihir yang malah memilih pedang sebagai senjata. Mereka menghina siswa kelas U karena pedang kayu tidak mungkin bisa menyetuh mereka yang menggunakan sihir, dan sebaliknya, mereka bisa melukai siswa kelas U dengan sihirnya. Mereka akhirnya berhenti bicara saat Rugard sudah datang dan berdiri d
“Lainar cepat cari tahu apa yang sebenarnya terjadi,” perintah Rugard dan Lainar bergegas keluar dari ruangan untuk menjalankan perintahnya.Kemudian rugard kembali menatap Ken. “Coba jelaskan apa maksud semua ini?”“Apa yang harus aku jelaskan padamu? Aku orang baru di sini dan kamu pemilik Akademi, jadi kenapa kamu malah bertanya pada orang baru sepertiku?” jawab Ken dengan santai.Ken tidak asal menjawab pertanyaan Rugard begitu saja tanpa berpikir, karena Ken yakin jawabannya akan membuat Rugard menyadari sesuatu yang sudah pernah dia peringatkan pada Rugard. Sedangkan Rugard berpikir maksud dari jawaban yang Ken berikan, dengan otak cerdas dan daya ingatnya yang cukup kuat, dia ingat bila Ken pernah berkata tentang masalah yang ada diantara para siswa Akademi. Kini dia tahu kenapa Ken tersenyum saat para siswa kelas U kembali sendiri dan dia berkata ‘selama di hutan beast tidak akan ada masalah bagi mereka meski tanpa pengawal.’ Ucapannya itu hanya mengacu pada hutan beast yang a
Mereka berjalan dengan tubuh yang lebih tegak dan pandangan yang lurus ke depan, semangat mereka juga semakin membara untuk memperlihatkan hasil latihannya. Saat mereka sudah tiba di arena, mereka kembali mendapat tatapan tajam dari banyak mata, tetapi kini mereka tetap berjalan penuh percaya diri. Di kursi VIP sudah ada Rugard, Yuna dan Sintess yang menjadi tamu istimewa dalam kompetisi tersebut dan membuat semua Profesor tampak bersemangat untuk unjuk gigi menarik perhatian mereka berdua.Aina yang Rugard tunjuk sebagai perwakilannya untuk membuka acara memanggil tiap Profesor dan perwakilan kelas yang mereka pilih untuk ikut kompetisi. Mereka langsung berbaris di arena dengan rapi, kemudian Aina menjelaskan tentang kompetisi yang akan mereka lakukan. Kompetisi kali ini terbagi menjadi empat kelompok yang harus mereka selesaikan, pertama adalah pertarungan individu, kedua pertarungan team dengan Profesor dan siswa, ketiga pertarungan kelompok dan terakhir pertarungan siswa melawan m
Kompetisi Akademi hanya seperti pertarungan latih tanding bagi para siswa kelas atas yang memiliki latar belakang Bangsawan dan orang kaya, mereka akan didukung oleh Profesor dengan perlengkapan dan artefak yang memadai untuk perlindungan dan senjata mereka. Berbeda cerita dengan para siswa kelas bawah yang merasa kompetisi seperti pertarungan hidup dan mati dengan kesiapan mereka untuk terluka. Karena itu kompetisi Akdemi itu tidaklah adil dan hanya meperlihatkan penindasan orang kuat dan berkuasa kepada orang lemah yang tidak memiliki apa-apa. Mereka yang tidak memiliki dukungan juga akan tetap di kelas bawah dan tidak akan bisa mengguakan perlegkapan memadai untuk membantu mereka bertarung, karena itu mereka harus siap terluka dan berjuang keras dalam kompetisi.Begitu pula dengan Siyuan yang menjadi siswa kelas U yang merupakan kelas under untuk tempat buangan para siswa gagal dan cacad dengan masa depan yang seram. Siryuan kembali ingat masa lalunya dan tidak menyangka b
“Apa yang Guru katakan? Kenapa juga Guru harus melakukan itu?” tanya Siyuan yang heran.“Itu karena kamu terlalu mudah untuk diperdaya dan terbawa emsoi, memang aku yang menyebabkan kamu merasakan ilusi kematian, tetapi aku melakukan itu karena kamu sudah terkena ilusi yang lawanmu lancarkan bahkan sebelum kalian bertarung,” jelas Ken.“Jadi ilusi pedang yang menusukku itu bukan perbuatan Guru?” tanya Siyuan lagi.“Ah, itu juga aku yang melakukannya, hahahaha,” jawab Ken sambil tertawa.“Lalu ilusi mana yang musuh gunakan kepadaku?” teriak Siyuan yang kesal pada Ken, karena ilusi yang dia tahu dan dia rasakan dengan sangat nyata hanya dua itu saja.Ken kemudian menjelaskan bila ilusi musuhnya adalah memperlihatkan siyuan kenangan masa lalunya yang kelam dan membuatnya terbawa emosi. Ilusi itu juga akan membuatnya langsung menyerang musuhnya yang mana lawannya sudah menyiapkan jebakan untuk