Share

2. Tawaran

Author: VERARI
last update Last Updated: 2024-03-19 01:35:46

Lyra mendorong tubuh John menjauh. “Apa kau kehilangan akal sehatmu?! Bagaimana mungkin kau, calon adik iparku, malah menggantikan Max menikahiku!?”

Dorongan Lyra hanya membuat John menegakkan tubuhnya. Dia menatap datar wanita itu dan berkata, “Pikirkan baik-baik, Lyra. Menikah denganku adalah satu-satunya cara supaya kau bisa terlepas dari seorang pria yang tidak mencintaimu sama sekali.”

Pelipis Lyra berkedut. "Lalu, apa bedanya denganmu, John Foster?"

Kali ini, John terdiam. Dia mengangkat dagu Lyra, agar bisa menyejajarkan pandangan dengannya.

“Paling tidak, aku tidak akan menelantarkan maupun menduakanmu, Nona Bell. Kalau memang setelah beberapa waktu kau ingin pergi, aku bahkan bersedia untuk melepaskanmu dan memberikanmu kebebasan,” ujar pria itu dengan wajah serius, membuat Lyra mengerutkan kening. Hal itu membuat John tersenyum miring. “Lagi pula, selain diriku yang memiliki darah keturunan Foster, kau tidak bisa menikah dengan pria lain, bukankah demikian?”

Ucapan John membuat jantung Lyra berdebar kencang. Patut dia akui, semua hal yang pria itu katakan ada benarnya. Meski tak pernah bicara dengan John sebelumnya, Lyra tahu, John bukanlah pria biasa.

Namun, kenapa John tiba-tiba berniat membantunya seperti ini? Apa tujuannya?

“Kenapa?” tanya Lyra, mengulangi pertanyaannya yang belum terjawab tadi. “Kenapa kau berniat membantuku?” Dia memasang wajah serius dan menatap John lurus. “Tidak mungkin seorang John Foster hanya merasa kasihan dan berbaik hati ketika melihat seorang wanita diselingkuhi, bukan?”

John membalas senyuman itu dengan seringai. “Pertama-tama, Thomas Bell, ayahmu. Dia tidak akan pernah membiarkanmu berpisah dengan Max setelah menikah nanti. Semua demi kucuran dana dari keluarga Foster …,” ucapnya dengan nada serius. “Di sisi lain, bagi ayahku, Peter Foster, perjanjian pernikahan ini adalah cara baginya untuk berbakti kepada tetua dua keluarga.”

Lyra menggertakkan gigi dan mengepalkan tangan. Kata-kata John benar adanya.

Perjanjian pernikahan dua keluarga mereka sudah ada sejak mendiang kakeknya masih hidup. Entah apa tepatnya perjanjian itu, Lyra tak diberi tahu. Yang pasti, Thomas dan Peter telah memutuskan agar kedua keturunan mereka harus menikah.

“Temui aku di kafe depan kantor saat jam makan siang,” ucap John usai melihat perubahan wajah Lyra. Sebuah seringai percaya diri terlukis di bibirnya. “Aku akan memberitahukan padamu tujuanku dan juga cara jelas agar pertunanganmu dengan Max dibatalkan.”

Lyra meneguk ludah. Apakah ... terlibat dengan John Foster adalah keputusan terbaik? Apa kiranya yang akan diminta oleh pria ini sebagai ganti membantunya lepas dari pernikahan yang tidak diinginkan ini?

Di saat Lyra sibuk memikirkan itu, John tiba-tiba kian mengikis jarak mereka. Wajah mereka pun berhadapan sangat dekat hingga Lyra dapat merasakan deru napas mint milik pria tersebut.

Panik karena John seperti akan menciumnya, Lyra berteriak dalam hati, ‘Apa yang ingin pria ini lakuk—’

TING!

Bunyi pintu lift terbuka menyadarkan Lyra. Rupanya, John hanya berusaha membuka lift di belakang tubuhnya.

“Tunggu di ruang meeting, akan kuminta sekretaris Max untuk menyampaikan kepadanya perihal kedatanganmu,” ucap John sebelum akhirnya menatap Lyra dengan senyuman terhibur. “Sampai bertemu nanti, Nona Bell.”

**

Lyra duduk termenung di ruang meeting. Menunggu Max yang mungkin masih bermesraan dengan wanita lain.

Dirinya masih memikirkan penawaran yang John Foster ajukan. Tawaran itu lebih menarik dibanding menikah dengan pria yang telah memiliki kekasih lain.

Setidaknya, mereka sama-sama tahu bahwa pernikahan itu tak dilandasi oleh cinta. Lyra perlu berharap lebih pada pernikahan tersebut. John pun membiarkan Lyra pergi seandainya dirinya menemukan tambatan hati.

Selagi memikirkan pria itu, suara deritan pintu membuyarkan lamunannya. Max Foster melangkah dengan percaya diri, menampilkan aura dingin dan sinis ketika menatap Lyra.

“Kenapa kau mencariku?” Dari cara bicara Max, terdengar jelas bahwa pria itu tak suka kunjungan Lyra.

Lyra pun sebenarnya enggan menemui Max jika bukan karena ingin membahas tentang kucuran dana keluarga Foster kepada perusahaan keluarga Bell. Apalagi, sang ayah setiap hari memaksa Lyra untuk membujuk Max dan bersikap manis agar dana tersebut segera mereka dapatkan.

Max seharusnya sudah menyetujui perihal masalah itu. Namun, sampai sekarang, dana itu belum juga keluarga Bell dapatkan.

“Max ... Aku ingin membicarakan soal—”

Kening Max berkerut dengan tatapan sinis. “Dana investasi lanjutan untuk perusahaan Bell? Bukankah sudah kubilang berapa kali untuk menunggu? Ada banyak proses yang harus dilalui dan aku sibuk! Apa menunggu saja tidak bisa kalian lakukan!?”

Max sebenarnya sengaja mempersulit agar bisa melihat Lyra memohon kepadanya. Karena sebenarnya, Max kesal dengan pernikahannya dengan Lyra yang sebenarnya tidak dia inginkan dan mengganggu hubungannya dengan Sasha.

Lyra memang lebih cantik dibanding Sasha. Akan tetapi, Max tak menyukai sikapnya yang terlalu serius dan kaku.

Apalagi, setelah mendengar kata-kata yang diucapkan dan ekspresi Lyra masih datar. Seakan tak peduli apa pun. Tak pula berusaha merayu Max untuk membujuknya.

Kendati demikian, Lyra sesungguhnya merasakan amarah yang membuncah dalam dada. ‘Sibuk katamu? Kau hanya sibuk bercinta dengan kekasihmu itu!’

“Aku sudah bertanya dengan tim keuangan di perusahaamu. Mereka mengatakan hanya butuh tanda tangan darimu, Max.” Lyra masih bisa menjaga ketenangannya.

Max sungguh kesal dengan cara bicara Lyra yang tak ada manis-manisnya. “Bagus, ya. Rupanya sekarang kau berkolusi dengan orang dalam untuk menyelidikiku!”

“Max, kau tahu bukan begitu maksudku-” Lyra tampak kesulitan mencari alasan karena memang dirinya menyelidiki secara diam-diam.

Max memicingkan mata dengan seringai di wajahnya. “Sebenarnya, bisa saja aku mencairkan dana itu sesegera mungkin, tapi ... ada syaratnya.”

Lyra mengerutkan dahi. Kenapa semua pria Foster yang ditemuinya hari ini selalu mengajukan sesuatu yang menyulitkan?

Tetapi, Lyra perlu tahu lebih dulu syarat tersebut. Mungkin lebih baik dari tawaran John Foster sebelumnya.

“A-apa ... Syaratnya?”

Max tiba-tiba maju mendekati Lyra dan menyentuh wajahnya. “Layani aku malam ini, dan akan kupertimbangkan untuk mencairkan dana itu untukmu.”

Tubuh Lyra bergetar. Lyra menangis di hadapan Max. Lyra tidak menyangka, bahwa Max sungguh melontarkan kata-kata penghinaan kepada dirinya, pria lugu yang selalu dicintainya kini menjelma menjadi iblis.

Max tertawa sinis melihat ekspresi keterkejutan Lyra. “Seharusnya, tidak ada masalah, bukan? Lagi pula, dari awal kau setuju dibeli oleh keluargaku demi kucuran dana perusahaan?”

Max menepuk pundak Lyra, lalu berjalan ke arah pintu. Sebelum keluar dari ruangan itu, Max berkata tanpa melihat ke arah Lyra. “Aku akan tunggu jawabanmu sore ini, Lyra Bell. Jangan terlalu lama, atau mungkin saja dana itu akan cair ketika perusahaanmu sudah terlanjur bangkrut.”

Lyra menatap nanar punggung Max yang menjauh. Dia tak bisa menikah dengan pria menjijikkan seperti itu!

Sekarang, Lyra tahu apa yang perlu dia lakukan. Usai Max tak terlihat di hadapannya, Lyra mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang.

“Mari kita bertemu sekarang.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Selvia Lengitubun
ceritanya menarik!! Lanjut!!!
goodnovel comment avatar
Micca Kinta
spertinya amat menarik
goodnovel comment avatar
Dodi Kristijanto
hehehe shiiip mantap sekali ceritanya ............ lanjutkan ke ceritanya ............
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   371. Hari Istimewa

    “Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   370. Tiga Pilihan

    Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   369. Menikah

    John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   368. Damai

    “Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   367. Keluarga

    Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m

  • Pembalasan Dendam Istri sang Presdir   366. Kabur

    Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status