Beranda / Historical / Pembalasan Dendam Sang Pangeran Mahkota / bab 65 Cristian menawarkan perlindungan.

Share

bab 65 Cristian menawarkan perlindungan.

Penulis: Pita
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-25 06:53:34

Angin sore berhembus lembut di halaman belakang istana,tapi itu tak terasa lembuat bagi Audina, Setelah kejadian di dapur, semua tatapan terasa lebih menusuk dari biasanya. Gumaman para pelayan mengikuti langkahnya ke mana pun ia pergi.

Ia butuh udara. Butuh jarak. Butuh menjernihkan kepala yang mendadak penuh ketakutan.

Di gerbang kecil yang mengarah ke taman samping, ia berhenti. Menyandarkan punggung pada dinding batu dingin. Matanya memejam, mencoba menenangkan napasnya.

Tapi suara langkah mendekat membuatnya tersentak.

“Audina.”

Ia menoleh cepat. Cristian berdiri di sana.

Pangeran Kerajaan Utara itu mengenakan jubah biru gelap, wajahnya serius namun ada kelembutan yang tidak pernah muncul saat ia berbicara di depan banyak orang. Sorot matanya seolah memeriksa Audina, menilai apakah ia masih utuh atau sudah hancur oleh situasi tadi.

“Kau terlihat kacau,” katanya jujur.

Audina mengalihkan pandangannya. “Aku baik-baik saja, Yang Mulia.”

“Kau berbohong,” Cristian mendekat. “Dan aku t
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Pangeran Mahkota   bab 91 Raja William murka.

    Istana Aethelgard Silvanus terguncang oleh kabar yang menyebar lebih cepat.Pangeran Cristian Bahrasta diserang.Di dalam wilayah istana.Di Balai Kecil Kerajaan, Raja William berdiri di depan meja panjang dengan tangan mengepal. Wajahnya merah, napasnya berat.“Apa arti semua ini?!” suaranya menggelegar, membuat para pengawal menunduk serentak.“Seorang pangeran tamu diserang di istanaku sendiri?!”Ratu Elean berdiri di sampingnya, wajahnya tampak cemas terlalu cemas untuk seseorang yang pandai menyembunyikan niat.“Ini memalukan, Yang mulia,” ucap Ratu Elean. “Kerajaan tetangga bisa menganggap kita tak mampu menjaga keamanan.”Raja William membanting telapak tangannya ke meja.“Benar! Dan semua ini terjadi setelah kekacauan yang dibuat Jagatra!”Seorang menteri memberanikan diri bicara, “Yang mulia, penyerangan ini belum tentu berkaitan dengan Pangeran Mahkota..”“Cukup!” potong Raja William.“

  • Pembalasan Dendam Sang Pangeran Mahkota   bab 90 Cristian terluka.

    Di kamarnya yang luas namun terasa hampa, Ellisha menatap cermin panjang di depannya. Mata cokelatnya menyala dengan kebencian bukan kepada orang lain, tapi kepada dirinya sendiri.“Aku...kenapa aku merasa semua ini salah?” gumamnya, suara nyaris tersedak.Sejak kabar tentang Audina dan pertarungan di Balai Agung sampai padanya, perasaan bersalah menguasai hatinya. Ia tahu Jagatra memihak kebenaran. Ia tahu Kaesar dan Ratu Elean selalu merencanakan ambisi mereka dengan licik. Namun Ellisha ia hanya bisa menatap dirinyanya sendiri dengan kecewa.“Kenapa aku tidak bisa membantu dia? Kenapa aku terlalu takut untuk berbicara?” air matanya jatuh.Ia menutup wajahnya dengan tangannya, menekan suara tangis yang hampir meledak. Ia membenci rasa takutnya sendiri ketakutan yang membuatnya diam saat yang lain menderita.“Jagatra dia terluka karena aku tidak berani, Karena aku membiarkan Kaesar dan Ratu Elean bermain di belakangnya karena aku tidak c

  • Pembalasan Dendam Sang Pangeran Mahkota   bab 89 Audina bebas.

    Keheningan menyelimuti Balai Agung setelah kata bebas itu terucap.Audina menghela napas panjang. Dadanya naik turun, bukan karena ketakutan lagi, melainkan karena kelegaan yang datang terlalu tiba-tiba. Lututnya sempat melemah, namun ia bertahan menolak terlihat rapuh di hadapan mereka yang ingin menjatuhkannya.Raja William memandang Kaesar dengan sorot mata yang tidak pernah ia tunjukkan sebelumnya dingin, kecewa.“Kaesar, kau memanfaatkan hukum untuk ambisi pribadi. Kau menciptakan kebohongan, menekan saksi, dan menjadikan seorang gadis rakyat jelata sebagai alat.”Kaesar menelan ludah.“Yang mulia saya hanya.."“Cukup,” potong Raja William. “Mulai hari ini, kau dicabut dari seluruh urusan kenegaraan. Hingga penyelidikan selesai, kau berada dalam pengawasan langsung istana.”Bisik-bisik kembali pecah kali ini bukan penuh hasrat menjatuhkan, melainkan terkejut dan ngeri.Jema memalingkan wajah. Lucas mengepalkan tangan

  • Pembalasan Dendam Sang Pangeran Mahkota   bab 88 keputusan.

    Di kamar pribadinya, Jagatra berdiri di depan cermin tinggi berbingkai emas. Pantulan wajahnya tampak lebih dewasa dari usia sebenarnya bukan karena waktu, melainkan karena beban. Luka di punggungnya masih dibalut, namun yang membuatnya sesak adalah luka yang tak terlihat.Ia menatap dirinya sendiri lama.“Beginikah wajah seorang pewaris yang hampir kalah?” gumamnya pelan.Ia teringat masa kecilnya saat Raja William pertama kali menaruh tangan di pundaknya dan berkata, “Suatu hari kau akan memikul kerajaan ini.”Tak pernah disebutkan bahwa yang paling menyakitkan bukan musuh dari luar, melainkan saudara yang tumbuh bersamanya.Jagatra memejamkan matanya.Kaesar. Jema. Lucas. Michael. Justin. Rafka. Rionaldo.Darah yang sama. Tapi Ambisi yang berbeda.“Jika aku jatuh hari ini, bukan karena aku lemah tapi karena aku memilih tidak mengorbankan yang tak bersalah.”Pintu diketuk pelan.Ravel masuk s

  • Pembalasan Dendam Sang Pangeran Mahkota   bab 87 Jagatra terpuruk.

    Di sisi lain istana, Kaesar berdiri di depan jendela ruangannya sendiri. Senyum tipis menghiasi wajahnya saat menerima laporan bisikan.“Pangeran Mahkota tidak keluar kamar sejak pagi,” ujar seorang pelayan dengan suara rendah.Kaesar mengangguk puas. “Bagus. Tekanan mulai bekerja.”Ia menoleh pada bayangannya di kaca. “Terpuruklah sedikit lagi, Kakandaku,” bisiknya. “Supaya semua orang melihat, kalau kau tidak setangguh yang mereka kira.”Sementara itu, jauh di bawah istana, Audina duduk bersandar di dinding sel. Cahaya pagi menyelinap lewat celah kecil jeruji. Wajahnya pucat, tubuhnya lelah.Ia memejamkan matanya seolah bisa merasakan kegelisahan seseorang di atas sana.“Jagatra Jangan jatuh karena aku.”gumam Audina.~~~Angin pagi berdesir pelan, membawa suara lonceng kecil dari menara kota. Jagatra kembali menatap langit yang mulai memucat. Matahari belum sepenuhnya muncul, namun rasa lelah di dadanya terasa sepe

  • Pembalasan Dendam Sang Pangeran Mahkota   bab 86 Jagatra terpuruk.

    Di Balai Agung, Jagatra berdiri tegak di hadapan Raja William. Wajahnya tenang terlalu tenang namun sorot matanya menyimpan bara yang siap menyala. Ratu Elean duduk di sisi sang raja, jemarinya saling bertaut, membaca udara yang kian memanas.“Yang mulia penahanan Audina dilakukan tanpa persetujuan saya sebagai pangeran mahkota. Itu pelanggaran tata istana.”Belum sempat Raja William menjawab, Kaesar melangkah maju. Senyumnya muncul, tipis dan licin.“Dengan segala hormat,” sela Kaesar, “kami hanya menjaga wibawa kerajaan. Rakyat resah. Gadis itu memicu kekacauan.”“Resah karena fitnah yang kau sebarkan,” balas Jagatra, kali ini menajam. “Atau karena kau takut bayanganmu sendiri?”Jema tertawa. “Kau terlalu emosional untuk seorang pewaris tahta.”Jagatra menoleh. “Dan kau terlalu nyaman menikam dari belakang.”Suasana Balai Agung membeku. Lucas menghela napas, Michael menatap lantai, Justin dan Rafka saling pandang. Rion

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status