Share

Bab 1101

Author: Lilia
Zahra membuka mulut, tetapi akhirnya pasrah. "Apa yang ingin kamu bicarakan denganku?"

Zenna berkata, "Ayahanda dan Ibunda khawatir kalau disampaikan lewat orang lain, niat mereka akan bocor dan menimbulkan masalah yang tidak perlu. Jadi mereka mengutus aku."

"Semakin misterius. Cepatlah bicara."

Zenna menggerakkan jari telunjuknya. "Kakak dekatkan telinga."

Zahra menuruti ucapannya dan mendekatkan wajah. "Nah, katakan."

"Kakak, bulan delapan nanti Kakak sudah berusia 19. Di usia segini, Ibu sudah mengandung Kakak."

Zenna berkedip. "Ibu menikah pada usia 17 tahun."

"Di Negeri Cakrabirawa, para gadis biasanya sudah dijodohkan pada usia 15 tahun, dibicarakan pernikahannya, dan banyak yang sudah menikah."

Setelah mengatakannya semua, Zenna menghela napas lega, lalu menatapnya. "Kakak, apakah Kakak punya lelaki yang disukai? Apakah Kakak menyukai Kak Arya?"

Kepala Zahra langsung terasa kosong.

Menjadi Putri Mahkota dan kelak mewarisi takhta ... dia menerima semua itu dengan ikhlas. Dia sud
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 1111

    Sembilan berlutut di hadapan Arya. "Karena Putri Mahkota hendak memilih pendamping, Tuan ikut saja.""Haha ...." Arya tertawa pahit. "Dia hanya menganggapku sebagai adik, nggak pernah ada perasaan layaknya seorang pria dan wanita dewasa pada umumnya. Mana mungkin dia memilihku .... Dia nggak akan memilihku."Matanya memerah. Seluruh dirinya hancur berantakan.Sembilan ikut berkaca-kaca, lalu bertanya, "Tapi di seluruh negeri ini, siapa yang bisa menandingi latar belakang Tuan? Usia juga sebaya dan sejak kecil selalu mengikuti Putri Mahkota.""Kamu juga berpikir begitu ya?" Arya menatap Sembilan, ingin mendengar jawaban yang dia inginkan.Sembilan tentu saja mengangguk. Memang begitulah pemikirannya. Bahkan menurutnya, ketika tuannya dewasa nanti, menikahi sang Putri adalah sesuatu yang sangat wajar.Namun siapa sangka, Putri ternyata tidak berpikir demikian, bahkan hanya menganggapnya sebagai adik."Hamba ... hamba memang berpikir begitu." Sembilan memberanikan diri. "Tuan dan Putri Ma

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 1110

    "Kamu masih ingin menarik Ishaq ke dalam kehidupan duniawi?" Anggi menengadah menatapnya.Luis berpikir sejenak, lalu bertanya, "Menurutmu hidup bersamaku seumur hidup itu menyenangkan atau nggak?"Wajah Anggi memerah. "Tentu saja menyenangkan.""Nah, makanya itu." Luis menghela napas. "Meskipun menurutku negeri ini nggak terlalu penting, bagaimanapun juga negeri ini diwariskan langsung oleh Ayahanda kepadaku. Keturunan keluarga kerajaan semakin sedikit. Tugas ini tetap harus diserahkan pada Ishaq, Zahra, dan Zenna untuk memikulnya. Kalau nggak, siapa yang akan mewarisi kekayaan keluarga sebesar ini?"Anggi dibuat tertegun oleh kata-katanya. "Kalau begitu, dulu aku harusnya melahirkan dua lagi ....""Aku kasihan padamu. Waktu melahirkan Ishaq dan Zahra, kamu kesakitan satu hari satu malam. Waktu melahirkan Zenna, kamu kesakitan delapan sampai sepuluh jam. Mengingatnya saja aku masih takut."Usai berkata begitu, Luis menambahkan, "Biarkan Zahra dan Zenna yang melahirkan saja. Nggak mela

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 1109

    Tak heran Zahra dan Zenna tidak memiliki bayangan para perempuan penurut yang pernah Ishaq lihat saat dia berkelana. Mereka juga tidak punya sifat para putri keluarga terpandang yang biasanya berpengetahuan dan lembut.Mereka manja, tetapi juga percaya diri serta luwes layaknya seorang lelaki. Pasti karena mereka memiliki ayah dan ibu yang begitu tenang seperti itu, jadi mereka terlihat begitu bebas. Itu adalah sebuah perasaan. Perasaan itu seperti salah satu bentuk latihan yang pernah gurunya katakan."Di depan anak-anak, kamu jangan ...." Meskipun Zahra dan Zenna sudah terbiasa, Ishaq belum pernah melihatnya. Selain itu, Ishaq juga seorang yang sedang menempuh jalan kultivasi. Kalau mereka seperti ini, Ishaq mungkin bisa trauma.Luis bukan hanya tidak merasa canggung, malah tetap menyuapi Anggi dengan santai, lalu berkata kepada Ishaq, "Kalian para kultivator, yang kalian latih itu hati dan pemahaman, bukan jadi orang tak berperasaan.""Perasaan antara lelaki dan perempuan, jalan sua

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 1108

    "Mana mungkin?"Anggi sama sekali tidak percaya. Bagaimana mungkin ada orang di dunia ini yang tidak menyukai putrinya?"Siapa orang itu?" Anggi dan Luis sama sekali tidak mempermasalahkan asal-usul ataupun status keluarga pasangan anak-anak mereka. Jadi, alasannya mungkin karena orang itu tidak ada atau memang mereka tidak bisa bersama.Tidak bisa bersama? Anggi menatap putrinya yang memancarkan kewibawaan. Jelas sekali Zahra tidak berniat membuka mulut."Zahra, kamu adalah putri mahkota. Kamu bisa memilih pasangan seperti apa pun. Tapi melihat kamu diam begini, Ibunda agak cemas. Jangan sampai ... melakukan hal aneh ya."Anggi berdiri. Dia juga tidak ingin memberikan terlalu banyak tekanan pada Zahra. Dalam hati, dia berpikir bahwa dia harus berbicara dulu dengan Luis."Ibunda kembali ke istana dulu." Senja hampir tiba. Dia sudah janji makan malam dengan Ishaq."Hati-hati, Ibunda."Zenna kembali dari dapur, tetapi mendapati Ibunda sudah pergi. "Lho? Bukannya ...." Ibundanya menyuruhn

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 1107

    Zenna mengedipkan mata. Dia tidak asal bicara kok.Saat ini, Anggi juga bersyukur sudah membiarkan Zenna bertanya lebih dulu. Lebih bersyukur lagi bahwa dulu tidak membiarkan Luis langsung menikahkan putrinya. Kalau tidak, penolakan Zahra pasti akan membuat malu Keluarga Jenderal Tantomo. Arya yang begitu baik pun akan menjadi bahan celaan."Ibunda nggak tahu apa yang sebenarnya kamu pikirkan. Pokoknya selain Arya, ada banyak pemuda yang bisa kamu pilih ...." Anggi menyebutkan satu per satu nama yang ada di pikirannya."Ibunda dan Ayahanda begitu saling mencintai. Masa Ibunda nggak mengerti bahwa cinta itu nggak bisa dipilih seperti itu?" tanya Zahra.Bibir Anggi bergerak. "Ibunda belum selesai bicara. Kalau kamu ingin memegang kekuasaan sendiri, meskipun kamu memilih seorang yatim piatu pun nggak masalah. Tapi kalau kamu nggak ingin repot, para pemuda tadi semua bisa kamu pilih. Kalaupun mereka punya ambisi besar, mereka tetap bisa memberi kedamaian pada dunia.""Ibunda ...." Zahra be

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 1106

    Zenna memandang ke arah ibunya. "Aku benar, 'kan?""Benar."Hanya saja, Zahra terdiam. Suasana mendadak hening dan terasa aneh.Anggi menatap putrinya yang semakin berwibawa itu. Dia mengernyit dan bertanya, "Zahra, kamu nggak senang ya?"Zahra tidak menyangka ibunya akan bertanya begitu. Dia hanya ... hanya sedang cemas. Dia lantas menggeleng pelan. "Nggak.""Dulu ayahandamu mendidikmu karena ingin kamu mewarisi takhta, membawa kesejahteraan bagi rakyat Negeri Cakrabirawa. Tapi kalau kamu nggak bahagia, Ibunda tetap akan mendukungmu.""Intinya, meskipun kamu nggak menginginkan negeri ini, kamu tetap harus menerima seseorang yang bisa membantumu memikul beban kerajaan ini. Hidup semua orang bergantung pada keputusanmu, berada di tanganmu." Untuk pertama kalinya, Anggi berbicara kepada Zahra dengan nada seketat itu.Sejak Luis mengetahui bahwa mereka semua adalah tokoh dalam sebuah buku, dia semakin merasa bahwa kerajaan ini hanyalah sesuatu yang fiktif.Jadi, apa itu takhta, apa itu wa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status