Share

Bab 152

Author: Lilia
"Menurutku itu cuma rumor. Sejak masih menjadi putra mahkota, Pangeran Luis sudah dikenal sebagai orang yang penuh belas kasih."

"Betul, Pangeran Luis benar-benar memikirkan rakyat. Di usia belasan tahun saja sudah turun ke medan perang dan hampir selalu menang dalam setiap pertempuran. Sayangnya, takdir mempermainkannya."

Beberapa orang masih tertarik dan ingin terus membicarakannya, tetapi seseorang dari tengah kerumunan tiba-tiba berteriak, "Kalian sudah bosan hidup ya? Berani-beraninya membicarakan keluarga kekaisaran di jalan umum!"

Kerumunan langsung bubar.

Namun, tindakan penuh kebaikan dan rasa kemanusiaan dari Luis dan Anggi telah terukur di hati rakyat.

Di sudut jalan, kereta Kediaman Bangsawan Aneksasi perlahan melaju mendekat. Pandi berlari mendekat, menempel pada sisi kereta dan berseru, "Tuan, hamba sudah menyelidikinya. Hari ini Putri Anggi membuka praktik dan menetapkan aturan baru."

"Mulai sekarang, prajurit, veteran, serta keluarga mereka bisa berobat di Balai Pengoba
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 153

    Sejak awal, Satya memang tidak terlalu memperhatikan Anggi.Jadi, waktu itu kucing ini juga hanya diserahkan begitu saja kepada para pelayan untuk dipelihara.Makanan para pelayan sendiri selalu seadanya. Dengan makanan seperti itu, tentu saja bulunya tidak bisa tumbuh indah.Pir sepertinya mengalami perlakuan buruk di kediaman ini, sampai ada tali yang terikat di lehernya.Pandi melihat pandangan Satya tertuju pada tali itu. Dia buru-buru menjelaskan, "Ini kucing milik Tuan, jadi para pelayan takut kucingnya kabur kalau dilepas."Satya menghela napas. "Mulai sekarang, beri dia makan tiga kali sehari. Nggak boleh sampai kelaparan.""Baik.""Selain itu, dalam sebulan, aku ingin melihat Pir tumbuh sehat dan cantik.""Baik, hamba akan ingat."Pandi pun membawa kucing mujair itu keluar dari ruang kerja, menyeka keringat di dahinya. Dia menunduk memandang kucing dalam pelukannya sambil bergumam, "Pir, nasibmu bakal berubah mulai sekarang."Melihat sikap Satya terhadap kucing mujair ini, Pan

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 154

    "Saya akan mengoleskan salep untuk Pangeran."Anggi memandangi wajah pria di hadapannya, wajah yang kini tanpa topeng. Meskipun masih ada bekas luka, dia bisa melihat ketampanan yang pernah dimiliki Luis.Seiring berjalannya waktu, dia yakin Luis akan kembali pada wajah tampan lamanya.Lagi pula, kepercayaan Anggi padanya sejak awal bukan karena status atau rupa, tetapi karena di kehidupan sebelumnya pria ini yang menguburkan jasadnya.Luis melepaskan genggamannya. "Baik."Anggi mengambil salep, lalu perlahan-lahan dan dengan sangat hati-hati mengoleskannya di wajah Luis.Saat Anggi mendekat sedikit, Luis langsung mencuri ciuman singkat. Baginya, sejak kemarin malam hingga saat ini, dia tak melihat sedikit pun kekesalan atau penolakan dari Anggi. Itu memberinya keberanian besar.Anggi tertegun sesaat, lalu lanjut mengoleskan salep dengan wajah merah padam. Saat proses akupunktur, Luis tak lagi menghindar saat harus membuka pakaiannya. Bagaimanapun, semalam mereka sudah saling membuka d

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 155

    Anggi tahu kata-katanya terlalu blak-blakan. Namun, jika dia tidak bicara terus terang, Satya dan ayahnya akan mengambil kesempatan terlebih dulu.Dia tidak punya waktu sebanyak itu untuk perlahan-lahan menyusun strategi. Dia juga tahu, dalam kisah aslinya, Luis adalah penghalang terbesar bagi Satya untuk naik takhta.Bahkan sebelum dia menikah ke keluarga ini, kedua pria itu sudah diam-diam bersaing satu sama lain.Jadi, dia harus cepat, harus membuat Luis mulai memperbaiki citranya di hadapan rakyat sejak sekarang.Waktu seolah-olah berhenti berjalan. Setelah beberapa saat, Luis berkata, "Baik, kalau ini adalah keinginanmu." Dia terdiam sebentar, lalu melanjutkan, "Tapi ....""Tapi apa?""Selain itu, apa lagi?" Luis masih ingat pernah berjanji akan memberikan cinta yang tiada duanya untuk Anggi.Anggi belum pernah benar-benar memikirkan apa yang dia inginkan. Setelah terlahir kembali, yang diinginkan hanya bertahan hidup, melihat kehancuran Keluarga Suharjo, menyaksikan Satya serta W

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 156

    "Kurang ajar! Berani sekali kamu! Seorang pelayan rendahan berani mendorongku?" Wulan terduduk di tanah, menatap Sura dengan penuh kebencian.Sura mendengus dingin. "Kenapa istri Pangeran Pradipta keluar rumah tanpa membawa pelayan?""Kamu ...!" Wulan nyaris meledak karena marah. Dia mengangkat kepalanya, lalu melihat kusir keretanya berdiri diam tak bergerak di sisi kereta. Amarah dalam dadanya membuncah."Kalau kamu masih berani bertingkah seenaknya, pangeran kami nggak akan segan-segan datang sendiri ke Kediaman Pangeran Pradipta untuk menuntut keadilan bagi putri kami," ujar Sura.Ucapan itu langsung membuat Wulan terdiam. Dia bahkan tak berani mengucapkan sepatah kata pun.Meskipun Luis cacat, ayahnya adalah Kaisar. Sementara Pangeran Pradipta tidak ada apa-apanya!Jika sampai Pangeran Pradipta dipermalukan, yang akan menanggung akibatnya tentu saja adalah Wulan sendiri.Orang-orang mulai berkumpul menonton. Sura berkata, "Putri Pradipta, kalau tahu diri, cepatlah pergi sebelum ke

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 157

    "Heh!" Satya mendengus dingin. "Aku benar-benar nggak nyangka nyali Wulan akan sebesar ini. Ternyata dia ini penipu. Kalau dupa penenang itu bukan buatannya, berarti salep luka yang dipakai di militer itu juga bukan darinya."Pandi memang sejak awal tidak punya kesan baik terhadap Wulan. Dia pun menyahut, "Hamba kira dia adalah gadis berbakat di ibu kota, makanya sikapnya agak angkuh.""Angkuh?" Satya mengerutkan dahi, tidak mengerti. Seingatnya, Wulan adalah sosok wanita anggun dan penuh tata krama, lembut, dan sopan.Tentu saja, sikapnya yang tadi ingin membakar Balai Pengobatan Afiat membuat Satya muak.Pandi akhirnya mendapatkan momen untuk bicara. Dia pun menceritakan insiden saat Wulan menghinanya.Tentu saja, ceritanya dibumbui dengan sedikit drama. Hanya dengan begitu, Wulan tidak akan bisa lagi membisikkan kata-kata manis ke telinga Satya!"Dia benar-benar bilang seperti itu?" Satya tampak kaget."Aduh, mana mungkin hamba berani mengarang cerita tentang Nona Wulan? Memang betu

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 158

    "Kamu ...," gumam Dimas pelan.Faisal mempertegas, "Itu memang racikan dari Putri."Dimas menatap Anggi, membuka mulut sejenak sebelum akhirnya bertanya, "Jadi, dupa penenang itu dan semua salep luka yang digunakan di militer, semuanya darimu?""Kalau aku bilang iya, apa Tuan Dimas akan percaya?" jawab Anggi, menatapnya lekat-lekat dengan mata hitam yang penuh keyakinan.Hati Dimas sontak bergejolak hebat. Dia sudah menduga jawabannya, tetapi saat dia datang dan mendengarnya langsung dari mulut Anggi, rasanya seperti tidak nyata. Dia sampai kewalahan.Dimas mengangguk pelan. Anggi menghela napas pelan, lalu menyuruh Sura untuk membubarkan kerumunan warga di luar.Kini, hanya ada Anggi, Mina, dan Dimas di dalam ruangan.Anggi bertanya dengan tenang, "Kalau kamu sudah percaya, menurutmu pantaskah aku membenci Wulan? Dia mengambil segalanya dariku. Semua orang membelanya, mendesakku sampai ke jalan buntu, memaksaku menikah menggantikan dia.""Kalau saat itu aku menuruti Wulan dan kabur, d

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 159

    "Bukankah waktu itu kamu keluar rumah setiap hari?" tanya Dimas yang mengungkapkan kebingungannya.Anggi tersenyum dingin, "Aku memang keluar setiap hari, tapi hanya sekitar 3 jam. Untuk apa aku keluar? Untuk meracik obat."Selain meracik obat untuk Dimas, dia juga diam-diam mengobati seorang pria asing yang terluka parah dan tinggal di sebuah kuil tua yang hampir roboh.Dari logat bicaranya, kemungkinan besar pria itu berasal dari ibu kota. Namun, entah kenapa wajahnya terbakar, tubuhnya penuh luka pedang. Luka bakarnya bahkan sangat mengerikan!Tentang ini, selain Anggi sendiri dan pelayan pribadinya, hanya Wulan yang tahu sedikit. Saat itu, Wulan bilang antara pria dan wanita ada batasnya, jadi dia melarang Anggi untuk mengobati pria tersebut.Namun, itu nyawa manusia. Mana mungkin Anggi tega membiarkannya mati?Sebagai gantinya, Wulan berkata dia akan berpura-pura tidak tahu. Namun, sebagai gantinya, dia akan mengakui bahwa dirinya lah yang telah merawat Dimas selama tujuh hari tuj

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 160

    "Kamu tahu? Jadi, kamu serius dengan ucapanmu tadi?""Tentu saja. Kalau terlalu terburu-buru, hasilnya nggak akan baik. Apalagi, Pangeran sudah hampir 4 tahun nggak berjalan.""Baiklah, mulai sekarang aku akan mengikuti semua yang kamu katakan."Anggi berpikir sejenak. "Mulai besok, latihan dulu sejam setiap hari ya."Luis duduk kembali di kursi roda dan meletakkan tongkat di samping, "Baik."Seperti yang dikatakan Anggi, terburu-buru hanya akan memperlambat proses. Makanan yang masih panas tidak boleh langsung dimakan karena bisa membuat lidah terbakar. Lebih baik mengikuti saran tabib.Setelah mandi, Anggi membantu mengoleskan obat, melakukan akupunktur, dan memijat tubuhnya. Mereka mengobrol santai tentang apa yang terjadi hari ini.Luis sempat melamun saat teringat soal Pir yang dibicarakan Satya. Anggi sampai memanggilnya dua kali baru dia sadar."Pangeran?"Luis tersadarkan. "Ah, itu ... bagaimana akhirnya Dimas pergi?"Anggi mengerutkan alisnya sedikit. "Tentu saja dia nggak ber

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 186

    "Kalau kamu nggak menemukan keluargamu, kamu mau tinggal di mana?""Hamba ... hamba ...." Wanita cantik itu menggigit bibirnya, terlihat seperti ingin berbicara tetapi ragu. Wajahnya tampak menyedihkan, matanya berkaca-kaca, tetapi dia enggan menjawab lebih lanjut.Satya melirik ke arah Pandi. Pandi langsung berdeham dan maju, lalu berkata, "Nona, orang yang berada di hadapanmu ini adalah Putra Bangsawan Aneksasi. Kalau kamu bersedia, boleh ikut ke kediaman kami dulu. Apa pun masalahmu, beliau pasti akan membantu."Wanita cantik itu langsung berlutut, merasa sangat bersyukur. Pandi buru-buru menghentikannya, "Sudah, sudah, naik ke kereta dulu."Orang-orang yang menonton mulai berbisik. Banyak yang berpikir Satya mungkin akan menerima selir baru.Wajar juga, Satya tidak muda lagi. Kalau bukan karena urusan pernikahan yang tertunda, sekarang seharusnya dia sudah menikah.Membantu seorang gadis malang yang tidak punya tempat tinggal itu bukan hal buruk. Gadis itu tampaknya benar-benar ber

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 185

    Luis tersenyum tanpa berkata apa-apa. Anggi memang sering memujinya seperti itu.Jika itu dulu, dia memang layak disebut sebagai putra mahkota yang baik untuk negara dan rakyat. Namun, setelah turun dari takhta, yang dilihatnya hanyalah orang-orang yang menginjaknya saat dia sudah jatuh!Sejak saat itu, siapa pun yang berani memusuhi Kediaman Pangeran Selatan, pasti akan dibunuh tanpa ampun!Baik itu Burhan ataupun Satya, mereka jelas tak bisa lepas dari keterlibatan dalam kejadian masa lalu!Selama bertahun-tahun ini, dia memang telah menjadi cacat. Bagi Keluarga Pangeran Aneksasi, dia hanyalah kucing penghalang jalan yang tidak menakutkan.Tidak peduli bagaimana dia memancing atau menantang, mereka tetap bisa menahan diri dengan sangat baik.Dengan perlindungan Kaisar, Keluarga Pangeran Aneksasi sangat berhati-hati sehingga tidak pernah melakukan kesalahan sedikit pun. Hal ini pun membuat Luis tidak bisa menyingkirkan mereka!Namun, sekarang wajahnya dan kakinya mulai pulih. Dia tida

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 184

    Anggi melihat wajah Luis yang masih tampak kebingungan. Dia kembali mendekat. Ciuman yang tadinya hanya singkat, perlahan semakin dalam. Dia memegang kepala pria itu, lalu berbisik lembut di telinganya."Pangeran, kamu harus percaya pada pesona dirimu sendiri. Aku nggak akan mengkhianatimu."Konon, surga kelembutan adalah makam bagi para pahlawan. Saat wanita yang dicintai merayunya seperti ini, tubuh Luis langsung bergetar, bahkan sampai kulit kepalanya terasa kebas.Melihat tatapan tulus dari Anggi, dia sudah tak ingin membedakan apakah ini nyata atau hanya pura-pura. Dalam kebingungan, Luis hanya bisa mengangguk pelan. "Aku percaya padamu, Gigi."Pipi Anggi memerah. "Pangeran memang baik."Luis terdiam. Tunggu dulu, barusan dia menyetujui apa? Hanya karena satu ciuman dari wanita ini, pikirannya langsung menjadi kacau. Dia menyetujui sesuatu yang begitu berisiko semudah itu."Gigi, aku ...." Luis ingin mengoreksi ucapannya. Namun, sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, gadis itu s

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 183

    "Saat itu aku hanya pura-pura setuju. Mohon Pangeran percaya, aku sama sekali nggak pernah berniat memutuskan garis keturunan Pangeran."Luis menatapnya. "Aku tahu." Dia memang tahu Satya bertemu Anggi pada malam tahun baru, tetapi soal obat pencegah kehamilan, dia belum mendengar apa pun.Anggi membuka mulut, ingin berbicara. Jika dipikir-pikir, orang-orang di sekitarnya semua adalah bawahan Luis. Ke mana pun dia pergi, siapa pun yang dia temui, mana mungkin tidak diketahui oleh Luis?"Gigi, kamu ingin mengambil kembali kucing tadi?" tanya Luis dengan nada datar.Anggi menjawab, "Nggak. Yang membuatku penasaran sekarang adalah bukankah dia mencintai Wulan? Wanita yang dicintainya telah menikah dengan pria lain, tapi dia nggak terlihat sedih sama sekali. Sebaliknya, dia merawat seekor kucing yang dulu sama sekali nggak dipedulikan. Kenapa begitu?""Karena kamu.""Karena aku?""Ya. Setiap kata yang dia ucapkan tadi, semuanya ditujukan kepadamu. Dia masih menunggumu, masih mencintaimu, d

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 182

    Sejak kapan Satya menjadi begitu penyayang terhadap binatang? Selain itu, kalimat yang barusan dia ucapkan terdengar aneh. Apa seekor kucing bisa mengerti maksud ucapannya?Anggi menatap Satya yang sedang menggendong Pir. Dia ingat saat dia pertama kali menemukan kucing itu, kucing itu masih kecil.Satya bisa merawat kucing yang dia titipkan dengan begitu baik, hal ini benar-benar di luar dugaan Anggi."Tak disangka, ternyata kamu punya hati yang begitu lembut. Kamu begitu menyayangi hewan kecil," ujar Luis sambil tersenyum.Satya pun tersenyum, pandangannya sekilas menyapu Anggi sebelum kembali menatap Luis. "Sebenarnya dulu aku hampir melupakan betapa berharganya Pir. Untung saja aku akhirnya tersadar."Hah! Saat itu juga, Anggi sadar bahwa Satya memang memiliki maksud terselubung. Ternyata bukan hanya ilusinya.Namun, berapa persen dari kesadarannya itu yang benar-benar tulus? Pria ini egois dan haus akan kekuasaan, mana mungkin sungguh-sungguh peduli pada cinta atau kasih sayang? S

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 181

    Anggi memandang ke arah suara itu, lalu melihat seekor kucing mujair berdiri di atas dinding batu. Sinar matahari membuat bulunya terlihat sangat mencolok."Kucing ini ...." Dika tiba-tiba melompat turun dari pohon, membuat Anggi terkejut hingga melompat kecil.Pantas saja, kadang-kadang Dika tak kelihatan. Ternyata dia suka bersembunyi di sudut mana pun di halaman.Semua orang kini memandang ke arah Dika. Dika perlahan berkata, "Kucing ini sangat mirip dengan kucing di Kediaman Pangeran Aneksasi, kucing Satya."Kucing Satya?"Kenapa bisa ada di sini?" tanya Luis dengan alis berkerut.Tepat saat itu, penjaga pintu datang melapor, mengatakan bahwa Satya ingin bertemu. Luis terkekeh-kekeh, lalu mengizinkannya masuk. Dia memang penasaran, apa yang diinginkan Satya kali ini.Saat menoleh ke arah Anggi, Luis melihat ekspresinya biasa-biasa saja, tak menunjukkan tanda-tanda senang sedikit pun. Bahkan saat bertatapan, Anggi malah bertanya, "Kenapa Pangeran menatapku seperti itu?"Luis berdeha

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 180

    Di bawah tatapan penuh harap Anggi, Luis berjalan beberapa langkah. Dia menoleh ke belakang. Ketika melihat Anggi yang terpaku, dia tersenyum dan memanggil, "Gigi? Gigi?"Luis memanggil dua kali, tetapi Anggi tidak menjawab. Sebaliknya, matanya mulai berkabut, seolah-olah akan menangis kapan saja."A ... aku ...." Luis panik dan langsung melangkah cepat mendekatinya, memeluknya erat. "Kenapa? Kamu marah karena aku merahasiakan ini darimu? Maaf, aku cuma ingin memberimu kejutan. Aku bukan sengaja ingin menyembunyikannya."Anggi membalas pelukannya. "Pangeran, aku nggak marah. Aku senang."Dia bilang dia senang? Sampai menangis hanya karena senang untuk dirinya?Luis sama sekali tidak menyangka. Dia melepaskan pelukan, menatap gadis yang matanya merah itu. Seketika, dia tidak tahu harus berkata apa."Pangeran, bisa jalan beberapa langkah lagi nggak?" tanya Anggi, mendongak menatap pria tinggi itu."Baik." Luis melepaskan Anggi dan kembali berjalan beberapa langkah. Tatapan Anggi beralih

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 179

    "Aku sudah pergi, terus kembali lagi.""Kenapa? Ada urusan?""Wulan datang mencariku," ucap Anggi, menatap langsung ke arah Luis, "Pangeran, menurutmu apa mungkin Wulan dan Satya akan kembali menjalin hubungan lama mereka?""Gigi ...." Luis menatap gadis di depannya, merasa agak cemburu karena melihat Anggi begitu peduli pada mantan tunangannya itu. "Apa kamu begitu keberatan kalau mereka bersama kembali?"Anggi mengangguk. "Aku nggak bisa membiarkan dia bersama Satya. Apa Irwan dan Junaidi masih mengawasi Satya?"Luis bertanya balik, "Apa yang ingin kamu ketahui?" Di seluruh ibu kota, tidak ada satu pun informasi yang tidak bisa dia selidiki.Anggi membalas, "Aku hanya ingin tahu, apa Wulan dan Satya masih diam-diam berhubungan atau nggak.""Hanya itu?""Ya, hanya itu." Apa lagi yang bisa dia lakukan?Dua orang itu adalah tokoh kunci. Jika mereka benar-benar bersatu, bangkit kembali bukan hal yang mustahil!Luis tidak tahu kekhawatiran Anggi yang sesungguhnya. Dia hanya mengira bahwa

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 178

    "Benar, kali ini berbeda dari biasanya. Dia berpakaian mewah, membawa banyak pelayan dan penjaga. Jelas sekali, dia datang dengan persiapan," ujar Mina dengan tenang.Anggi mengernyit, lalu bangkit dengan anggun. "Aku penasaran, apa yang ingin dia lakukan hari ini."Begitu Anggi keluar, semua orang langsung menyambutnya dengan hangat, memanggilnya dengan hormat, "Salam sejahtera, Putri!"Sekilas, Anggi langsung melihat Wulan, yang saat itu menatapnya dengan tatapan cerah dan bibir menyunggingkan senyuman tipis. Alis yang sedikit terangkat pun membuatnya terlihat angkuh.Anggi membisikkan beberapa instruksi kepada Mina, lalu kembali masuk ke ruangan.Mina merapikan ekspresinya, lalu berjalan ke depan Wulan. Dia membungkuk sedikit dan berkata, "Silakan masuk, Putri."Anggi secara langsung mengizinkan Wulan memotong antrean. Siapa yang berani protes? Namun, hari itu tanggal 7. Waktu pengobatan gratis sangat berharga dan antreannya sangat panjang.Dengan senyuman di wajah, Wulan memutar me

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status