Share

Bab 217

Penulis: Lilia
Anggi mengepalkan tangan dan memukul ringan dada Luis. "Aku percaya padamu, Pangeran. Tapi, menyembunyikan kemampuan itu bukan hal buruk, 'kan? Haruskah kita selalu beradu senjata secara terang-terangan?"

Luis mengatupkan bibirnya rapat. Meskipun selama bertahun-tahun ini tubuhnya tak lagi sempurna, kekuatannya tak pernah melemah. Kalau tidak, dengan apa dia bisa bersaing dengan ayah dan anak Kediaman Pangeran Aneksasi untuk memperebutkan kekuasaan negeri ini?

Namun, melihat Anggi begitu gelisah, dia pun hanya bisa menahan diri. "Baiklah, suamimu ini akan menurutimu."

Suamimu .... Kata-kata itu kini terdengar semakin lancar dari mulut Luis dan di telinga Anggi pun terasa menyenangkan.

Anggi berjinjit sedikit, mengangkat kedua tangan untuk memegang wajah pria itu. "Bekas luka di wajah Pangeran sudah jauh lebih bersih."

Luis tampak terharu. Anggi melanjutkan, "Apa Pangeran sudah memberi tahu Ayahanda dan Ibunda soal ini?"

"Belum untuk sekarang."

Keduanya berdiri cukup lama, lalu Anggi me
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 218

    Mina sepertinya masih ingin bertanya sesuatu, tetapi Anggi segera berkata, "Nggak perlu banyak tanya, langsung siapkan saja."Melihat wajah Anggi yang terlihat serius, Mina agak bingung. Namun, dia tetap membungkuk. "Baik, hamba akan segera menyiapkannya."Lima belas menit kemudian, majikan dan pelayan itu sudah keluar dari gerbang kediaman. Sura pun berdiri di samping kereta, telah menyiapkan pijakan kaki sejak tadi."Hamba memberi salam kepada Putri. Apa perlu kami mengirim seseorang ke istana untuk memberi tahu Pangeran?" tanya Sura.Anggi menjawab, "Bukankah kalian biasanya selalu melaporkan kepergianku pada Pangeran?"Melihat dari betapa detailnya Luis memantau kegiatannya setiap hari, seharusnya semua tindak-tanduknya selalu berada dalam pengawasan pria itu.Sura menggaruk kepalanya. "Pangeran pernah bilang, kalau Putri melakukan sesuatu yang bukan masalah besar, kami nggak perlu melaporkannya."Anggi berpikir sejenak. Perjalanan ke Kuil Awan cukup jauh, jelas bukan hal sepele. J

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 217

    Anggi mengepalkan tangan dan memukul ringan dada Luis. "Aku percaya padamu, Pangeran. Tapi, menyembunyikan kemampuan itu bukan hal buruk, 'kan? Haruskah kita selalu beradu senjata secara terang-terangan?"Luis mengatupkan bibirnya rapat. Meskipun selama bertahun-tahun ini tubuhnya tak lagi sempurna, kekuatannya tak pernah melemah. Kalau tidak, dengan apa dia bisa bersaing dengan ayah dan anak Kediaman Pangeran Aneksasi untuk memperebutkan kekuasaan negeri ini?Namun, melihat Anggi begitu gelisah, dia pun hanya bisa menahan diri. "Baiklah, suamimu ini akan menurutimu."Suamimu .... Kata-kata itu kini terdengar semakin lancar dari mulut Luis dan di telinga Anggi pun terasa menyenangkan.Anggi berjinjit sedikit, mengangkat kedua tangan untuk memegang wajah pria itu. "Bekas luka di wajah Pangeran sudah jauh lebih bersih."Luis tampak terharu. Anggi melanjutkan, "Apa Pangeran sudah memberi tahu Ayahanda dan Ibunda soal ini?""Belum untuk sekarang."Keduanya berdiri cukup lama, lalu Anggi me

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 216

    "Kamu bilang apa? Gadis itu adalah Jelita, yang dibawa pulang oleh Satya ke Kediaman Pangeran Aneksasi?"Begitu Anggi menurunkan kakinya dari pelana untuk turun dari kereta, dia langsung mendengar Sura berkata demikian.Sura menangkupkan kedua tangan di depan dada. "Benar sekali, Putri. Waktu di Balai Pengobatan Afiat, aku belum begitu yakin. Jadi, aku menyuruh orang untuk menyelidikinya. Hasilnya, kereta itu memang masuk ke Kediaman Pangeran Aneksasi dan Satya memang ada di dalam kereta itu."Anggi tertegun, hatinya timbul rasa waswas dan khawatir yang mendalam.Sesampainya di paviliun utama, Luis tidak ada di ruang tengah, jadi dia pun menuju ke ruang kerja.Torus sedang bersandar sambil mengantuk dengan memegang kocokan ekor kuda di depan pintu ruang kerja. Begitu melihat Anggi datang, dia langsung bersemangat kembali. "Hamba memberi salam pada Putri. Putri ingin ...?"Anggi melirik ke pintu ruang kerja. "Aku ingin bertemu Pangeran.""Masuklah." Sebelum Torus sempat menjawab, suara

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 215

    Meskipun Sunaryo tampak lembut dan sopan, sebenarnya dia adalah orang yang sangat kejam. Dia bahkan membantunya mengurung Parlin di dalam kediaman dan memberinya racun yang mematikan secara perlahan.Bagaimana mungkin orang seperti itu bisa dipercaya tulus dan berhati baik?"Lanlan, bagaimana kalau kamu ikut aku kembali ke Kediaman Jenderal Musafir saja?" kata Bayu yang masih tenggelam dalam amarah tanpa menyadari ekspresi yang sempat melintas di wajah Wulan, apalagi mengetahui apa yang sedang dia pikirkan.Wulan tersadar dan menggeleng untuk menolak. "Ayah dan Kak Dimas nggak percaya padaku lagi. Apa gunanya aku pulang?"Dia menatap Bayu dan meneruskan, "Mungkin nanti Kak Bayu juga ikut memihak mereka dan nggak percaya padaku lagi.""Mana mungkin?"Wulan mengepalkan tangannya di atas pangkuannya, saputangan di antara jari-jarinya terpelintir, mencerminkan kecemasan dalam hatinya.Bayu berkata, "Tapi, sepertinya kemampuan medis Anggi memang hebat. Hari ini aku dengar, kini dia adalah t

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 214

    Di Penginapan Raya, Wulan berdiri di dekat jendela. Ketika melihat kereta tanpa lambang dari Kediaman Pangeran Aneksasi, dia tak bisa menahan diri untuk mengepalkan tangannya erat-erat.Dia sudah pernah beberapa kali menaiki kereta itu, jadi dia tahu pasti siapa yang sedang duduk di dalamnya saat ini.Mengingat Sunaryo pernah bilang bahwa dia mengirim seorang wanita cantik ke Satya, hati Wulan langsung diliputi rasa tidak nyaman.Cemburu melanda, air mata pun jatuh tanpa bisa dikendalikan. Kemudian, dia melihat Bayu yang menunggang kuda mendekat.Fani yang berada di sampingnya segera menyodorkan saputangan. Wulan menerimanya dan menghapus air matanya. "Fani, sekarang kamu nggak bisa bicara. Nggak ada lagi yang bisa mendengar keluh kesahku."Fani membuka mulutnya, memberi isyarat dengan tangannya. Namun, sayangnya Wulan tak bisa memahami gerakannya."Sudahlah, sekarang Kak Bayu sudah kembali. Ternyata Anggi itu memang sangat hati-hati."Di dalam Penginapan Raya, selain para tamu, masih

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 213

    "Maaf, untuk saat ini aku belum bisa berbuat apa-apa," kata Anggi dengan suara lembut. "Tapi kalau sering gatal, aku punya salep yang bisa meredakan gejalanya.""Hanya bisa meredakan rasa gatal, nggak bisa menghilangkan bekasnya?""Untuk saat ini belum bisa."Gadis yang mengenakan cadar itu menghela napas kecewa. "Jadi, luka ini akan menemaniku seumur hidup ...."Anggi merasa sedikit iba, tetapi dia tidak berani mengambil risiko. Seluruh ibu kota tahu bahwa dia pandai dalam pengobatan. Jika dia menyembuhkan luka bakar gadis ini, orang-orang pasti akan curiga, apakah wajah Luis juga telah dia sembuhkan?"Memang sangat disayangkan," ucap Anggi, penuh penyesalan.Nanti setelah Luis benar-benar menguatkan posisinya, dia akan menjual salep penghilang bekas luka. Saat itu, luka gadis ini bukanlah masalah besar.Gadis itu berdiri sambil menghela napas. "Terima kasih, Putri." katanya, lalu berbalik dan pergi.Anggi memandang ke arah Mina. "Panggil yang berikutnya." Namun, dalam hatinya dia mer

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 212

    "Kebusukan?" Bayu menatap Anggi dengan tidak percaya. "Kamu benar-benar bilang bahwa kami busuk?""Memangnya bukan begitu?""Bagaimana bisa kamu mengatakan hal seperti itu? Setiap keputusan yang kami ambil, semuanya demi masa depan Keluarga Suharjo!"Anggi mencibir dan menatap wajah Bayu yang sama sekali tidak merasa bersalah. Ini benar-benar membuatnya ingin tertawa.Selain dirinya, semua orang di Keluarga Suharjo adalah pihak yang diuntungkan. Bagaimana mungkin mereka bisa memahami apa yang dia rasakan?Berbicara dengan Bayu bagaikan ayam yang berbicara dengan bebek, benar-benar tak ada gunanya."Ekspresi macam apa itu?" tanya Bayu. Perhatiannya tertuju pada sorot mata Anggi yang dingin dan mengandung dendam. Dia tidak bisa mengabaikannya.Terbayang wajah Wulan dengan mata sembap karena menangis. Dia telah berjanji pada adiknya bahwa dia akan membawa Anggi untuk menemuinya secara langsung, agar mereka bisa saling menjelaskan dan meluruskan semua kesalahpahaman.Namun, Anggi tak menun

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 211

    Anggi bertepuk tangan di samping, memberi semangat. "Pangeran makin hebat saja."Di halaman utama, selain Torus dan Mina, hanya ada Dika yang berjaga di atas pohon. Yang lainnya sudah diperintahkan ke Paviliun Pir untuk menumbuk obat. Torus dan Mina juga menyampaikan pujian.Baru berjalan kurang dari sejam, Anggi sudah menyuruh Luis untuk beristirahat. Luis menahan ketidaknyamanan di kakinya, lalu mengangguk. "Baik, aku dengar kata istriku."Melihat Torus mendorong kursi roda, Luis langsung duduk di atasnya. Setelah masuk ke kamar utama, dia pun mandi.Kemudian, Anggi mengoleskan salep untuknya. Setiap kali momen ini tiba, Luis pasti menatapnya, lalu tak kuasa mengangkat kepala gadis itu dan menciumnya. Hari ini pun tidak berbeda.Mereka berdua terengah-engah sejenak, lalu saling menatap dan tertawa. Wajah Anggi memerah, untuk sesaat tak tahu harus berkata apa. Setelah itu, dia berdiri dan mengambil jarum perak, mulai melakukan akupunktur untuk Luis.Dua hari kemudian, Anggi pergi ke B

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 210

    Pria itu menopang tubuhnya dengan kedua tangan di sisi dipan, membungkuk menatap gadis muda di bawahnya yang tampak agak malu-malu. Dia tersenyum tipis, tidak berkata apa pun lagi, lalu memutar tubuh dan duduk di sampingnya.Anggi menarik napas dalam-dalam. "Kakimu baru saja membaik, kenapa malah bertindak gegabah begini? Baru bisa berjalan belasan langkah, sudah berani macam-macam. Nggak takut celaka?""Aku hanya takut kamu marah, Anggi."Anggi terdiam. Matanya yang bening menatapnya dengan heran. Dia benar-benar tidak menyangka Luis akan berkata seperti itu.Melihat Anggi diam saja, Luis mengira dia tidak percaya. Dia pun menegaskan, "Aku serius."Empat tahun lalu, Anggi yang menyelamatkan nyawanya. Empat tahun kemudian, Anggi pula yang menyembuhkan kakinya, menghilangkan bekas luka di wajahnya, memberinya tujuan hidup yang baru.Menatap wajah Anggi yang menawan, hati Luis pun membara. Perasaan terhadap Anggi bukanlah sekadar rasa terima kasih. Dia menyukai perempuan ini. Karena Angg

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status