Share

Bab 231

Author: Lilia
"Putri ...." Pengawal berbaju hitam menatap Wulan, tapi tetap tidak menghentikannya.

Dalam detik-detik kritis itu, Anggi menutup matanya. Entah wajahnya akan rusak atau nyawanya melayang, lagi pula Wulan hanya akan menerima akhir yang jauh lebih menyedihkan darinya!

"Ahhh!"

Klang!

Teriakan kesakitan Wulan menggema dan belatinya terjatuh lagi ke lantai. Sekelompok orang menerobos ke kuil tua itu dan terdengar suara senjata yang beradu. Begitu Anggi membuka mata, pandangannya langsung bertemu sepasang mata yang cerah.

Luis langsung menariknya ke dalam pelukan dan mengusap punggungnya berkali-kali. Suaranya bergetar saat berkata, "Anggi, kamu baik-baik saja, 'kan?"

Suara Luis seperti cahaya hangat yang menyelimuti tubuhnya, seolah semua ketakutan langsung sirna dalam dekapan itu.

"Pangeran, aku baik-baik saja." Suaranya lembut dan gemetaran, seperti seseorang yang baru saja mengalami trauma besar.

Luis tadi melihatnya dengan wajah yang seolah-olah telah siap mati. Saat itu, hatinya terasa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Susi Sannong
sudah lama gak ada tambahan bab baru. sebenarnya dgn up bab baru, setelah selesai cerita ini, pembaca juga pasti lanjut baca rekomendasi cerita lain
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 234

    "Anggi, jangan takut. Aku akan melindungimu. Aku nggak akan membiarkanmu berada dalam bahaya!" Luis menatap gadis itu yang sempat tertegun dan menenangkannya dengan suara lembut.Anggi tersenyum tipis. Darahnya seolah bergejolak di dalaam dada. "Baik, aku nggak takut."Dengan kasih sayang sebesar itu dari Luis, apa lagi yang perlu dia takuti? Lihatlah wajah tampan itu, bahkan lebih cerah dari masa depannya sendiri. Kalau ada suami seperti ini, dia tidak takut pada apa pun.Pria itu menggenggam tangannya lebih erat lagi. Anggi pun menatapnya sambil tersenyum dan menengadah setiap beberapa langkah. Hatinya seolah-olah berbunga-bunga menatapnya.Luis berdiri di depan kuil sambil memandang ke arah langit yang dihiasi cahaya senja. Sawah, ladang, bunga liar dan pepohonan, semua tampak indah dalam pandangannya hari ini."Sudah lama sekali aku nggak memperhatikan pemandangan seindah ini," ucap Luis dengan suara tenang.Anggi menatapnya, lalu mengikuti arah pandang Luis untuk melihat pemandang

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 233

    "Dia cuma ingin merusak wajahku, cuma sebatas wajah. Pangeran, kamu tahu sendiri seberapa hebat kemampuanku dalam pengobatan, bukan? Apalagi, sekalipun aku berlutut memohon padanya, apa kamu pikir dia akan melepaskanku?" Anggi menatap Luis sambil tersenyum tenang."Nggak akan!" Luis menjawab dengan pasti, "Semakin kamu memohon, dia akan semakin puas."Sama seperti tadi, kalau bukan karena Anggi menghentikannya ... Wulan pasti sudah menjadi mayat sekarang!Luis memeluk gadis itu penuh sayang dan mencium keningnya, lalu bibirnya. "Bagaimana caramu meracuninya?"Anggi menjawab, "Aku mengoleskan racunnya di belati.""Kalau saja dia nggak mengambil belatimu?"Anggi tersenyum tanpa menjawab. Dia terlalu mengenal Wulan. Hanya perlu sedikit provokasi saja, Wulan tidak akan bisa menahan diri untuk tidak menyentuh belati itu. "Kalaupun dia berhasil menghancurkan wajahku hari ini, lalu kenapa? Dia sendiri malah kehilangan nyawa ...."Luis akhirnya benar-benar mengerti.Anggi begitu hebat dalam il

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 232

    Wajah Luis memerah sampai ke leher. Hanya saja karena dia mengenakan topeng, orang lain tidak akan menyadarinya. Namun, Anggi melihat dengan sangat jelas bahwa daun telinganya merah padam."Pangeran, apa benar ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku?" Perasaan Anggi mulai gugup. Sepasang matanya yang bening, menatap lelaki di depannya tanpa berkedip. "Pangeran, hamba hanya khawatir padamu."Luis menoleh sekilas ke arah Wulan, lalu memberi isyarat pada Dika. "Bawa dia keluar. Yang lainnya ...."Sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya ....Dika sudah langsung bergerak. Dia memerintahkan orang-orangnya untuk membawa Wulan dan para pengawal berbaju hitam keluar dari kuil tua.Luis menarik napas panjang. Dia menggenggam kedua tangan Anggi, lalu berkata dengan gelisah, "Anggi, ada satu hal yang membuatku merasa sangat bersalah padamu. Aku ...."Raut cemas di wajahnya begitu nyata, seperti seorang anak kecil yang baru saja melakukan kesalahan.Apalagi setelah mengingat kembali bagaimana

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 231

    "Putri ...." Pengawal berbaju hitam menatap Wulan, tapi tetap tidak menghentikannya.Dalam detik-detik kritis itu, Anggi menutup matanya. Entah wajahnya akan rusak atau nyawanya melayang, lagi pula Wulan hanya akan menerima akhir yang jauh lebih menyedihkan darinya!"Ahhh!"Klang!Teriakan kesakitan Wulan menggema dan belatinya terjatuh lagi ke lantai. Sekelompok orang menerobos ke kuil tua itu dan terdengar suara senjata yang beradu. Begitu Anggi membuka mata, pandangannya langsung bertemu sepasang mata yang cerah.Luis langsung menariknya ke dalam pelukan dan mengusap punggungnya berkali-kali. Suaranya bergetar saat berkata, "Anggi, kamu baik-baik saja, 'kan?"Suara Luis seperti cahaya hangat yang menyelimuti tubuhnya, seolah semua ketakutan langsung sirna dalam dekapan itu."Pangeran, aku baik-baik saja." Suaranya lembut dan gemetaran, seperti seseorang yang baru saja mengalami trauma besar.Luis tadi melihatnya dengan wajah yang seolah-olah telah siap mati. Saat itu, hatinya terasa

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 230

    "Anggi!"Alis Wulan berkerut. Belati di tangannya menempel tepat di wajah Anggi, suaranya penuh kebencian saat dia menggeram, "Apa hakmu bersikap seangkuh ini? Hanya dengan satu goresan, wajah cantikmu akan hancur!""Cepat bicara! Kenapa diam saja? Takut, ya?"Anggi menunduk menatap ujung senjata tajam yang begitu dekat di wajahnya. Dalam hatinya, muncul hawa dingin yang menusuk. Namun, dia sama sekali tidak takut.Ekspresi tenang itu memicu kemarahan Wulan. "Kamu benar-benar mengira aku nggak berani?""Wulan, kamu nggak mau lihat pergelangan tanganmu dulu?" tanya Anggi dengan nada datar. Sepasang matanya yang indah menatap Wulan yang berdiri di depannya dengan beringas."Apa maksudmu?" Wulan mengernyit curiga.Anggi menyunggingkan senyunman sinis. Sikapnya santai seolah tidak sedang berada dalam bahaya. Justru sikapnya yang tidak panik itulah yang membuat Wulan mulai merasa gentar.Kenapa dalam situasi seperti ini, Anggi bisa tetap setenang ini? Hanya tinggal sedikit saja, wajah Anggi

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 229

    Melihat betapa murkanya Luis, Dimas hanya bisa berdoa agar Wulan tidak melakukan sesuatu yang keterlaluan. Jika tidak, Keluarga Suharjo benar-benar akan hancur tak bersisa!....Saat Anggi tersadar kembali, dia melihat bahwa tangan dan kakinya terikat, tubuhnya terbaring di atas tumpukan jerami yang kotor dan berdebu. Tepat di hadapannya, berdiri Wulan dengan wajah penuh rasa puas dan congkak."Akhirnya kamu bangun juga, kakakku tersayang. Aku sudah menunggumu cukup lama, tahu?""Wulan ...." Tangan dan kaki Anggi terikat erat. Pakaian putih sederhana yang dia kenakan kini sudah kotor tak karuan.Melihat hal itu, pupil mata Anggi bergetar hebat menatap Wulan dengan kemarahan dan keterkejutan. "Apa sebenarnya yang ingin kamu lakukan?""Apa yang ingin kulakukan?" Wulan berkata sambil menggertakkan gigi. "Kamu sudah menghancurkan seluruh hidupku, aku ingin membunuhmu!""Kamu!" Anggi sangat marah. "Wulan, kamu benar-benar berani menculikku?!""Ah, kakakku tersayang ... apakah ada hal di dun

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 228

    "Ini ...."Bayu terdiam, tidak bisa berkata apa-apa.Luis menatapnya. Amarahnya sudah mencapai puncak. Namun, dia masih menahan diri dan menunggu kabar dari anak buah Bayu yang dikirim menyusul.Dimas menghela napas dengan berat. "Bayu, lebih baik kamu diam saja!" Apa dia tidak lihat bahwa Luis sudah menahan amarah sampai segitunya?Bayu menggigit bibirnya dan akhirnya hanya bisa menunduk. "Aku percaya ... Wulan nggak akan menyakiti Putri."Luis mengepalkan tinjunya dengan sangat keras, seakan ingin langsung mematahkan leher Bayu saat itu juga. Dika juga bisa melihat dengan jelas betapa mengerikannya amarah Luis. Dalam hati dia berpikir, 'Sejak Putri masuk ke kediaman, Pangeran sudah lama tidak menodai diri dengan darah siapa pun ...."Setengah jam kemudian. Anak buah Bayu yang dikirim kembali."Kemana Wulan membawa Anggi?" tanya Bayu.Salah satu pengawal menjawab, "Ke sebuah kuil tua di pinggiran kota.""Lihatlah! Aku sudah bilang, dia tidak dalam bahaya," ujar Bayu sambil menghela na

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 227

    "Di mana Wulan?" Luis berbalik dan menatap Bayu dengan tajam.Bayu menggeleng. "Aku ... saya tidak tahu. Setelah kembali tadi, saya sempat ke penginapan mencari Wulan, tapi dia sama sekali tidak kembali ke Penginapan Raya!"Saat mengingat kembali, Bayu juga merasa semuanya sangat janggal."Bayu, apa yang kamu bilang ini benar? Semua yang dikatakan Pangeran juga benar?" Pratama menatap Bayu dengan tajam.Bayu terdiam.Jawabannya sudah sangat jelas. Pratama, Yohan, dan Dimas pun semua merasa jantung mereka mencelos. Awalnya mereka memang berpikir bahwa Wulan hanya gadis manja, tidak mungkin sampai melakukan hal berlebihan. Namun kini, semua keyakinan itu mulai goyah.Luis menoleh ke arah Dika yang segera memerintahkan orang-orangnya untuk mencari ke Penginapan Raya."Selain penginapan itu, ada tempat lain yang mungkin dia datangi?" tanya Luis dengan panik dan suaranya penuh kemarahan.Bayu menggeleng lagi. "Tempat lain ... aku benar-benar nggak tahu."Tidak tahu?Luis menarik napas panja

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 226

    "Pangeran ...."Dika, Sura, dan semua orang yang berada di sana menyaksikan pemandangan itu dengan mata terbelalak. Melihat Luis berdiri saja sudah cukup mengejutkan bagi mereka. Sekarang, Luis bahkan langsung menunggang kuda!Wajah Luis tampak muram. Dia teringat bahwa beberapa waktu lalu, Dika dan Sura pernah melapor soal seorang wanita yang sangat mirip dengan Anggi.Saat itu, dia bahkan sempat bertanya langsung pada Anggi, seberapa mirip wanita itu dengannya. Namun, Anggi menjawab bahwa dia tidak sempat melihat wanita itu.Luis menatap Sura dan bertanya dengan suara berat, "Wanita yang kalian sebutkan waktu itu, semirip apa dengan Anggi? Mungkinkah dia yang menyamar sebagai Anggi lalu pergi bersama Bayu? Kalian semua tertipu oleh rencana pengalihan perhatian mereka?"Sura sempat tertegun. Sebenarnya, begitu Anggi menghilang, firasat itu memang sempat muncul dalam benaknya. "Tapi ... apakah mungkin mereka menukar pakaian di dalam ruang meditasi dan sengaja menyuruhku dan Mina untuk

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status