Share

Bab 52

Author: Lilia
"Hm." Luis tidak bisa mengucapkan hal lain lagi. Tenggorokannya seolah-olah tersumbat oleh sesuatu, bahkan berbicara saja membuatnya merasa aneh.

Beberapa saat kemudian, sepasang tangan lembut mulai membuka pakaiannya. Namun, Luis langsung mencengkeram tangan itu.

"Pangeran, ada apa?" Anggi menatap tangan yang menggenggamnya. Jari-jarinya panjang dan pucat, tetapi urat-uratnya menonjol, tampak kuat.

"Bekas luka di tubuh nggak usah diobati."

"Tapi, bukannya sebelumnya Pangeran juga mengoles obat? Kalau mau sembuh, lebih baik diobati."

Luis menarik napas dalam-dalam dan bertanya, "Kamu nggak suka bekas luka ini?"

Begitu pertanyaan itu dilontarkan, Luis merasa dirinya sudah gila. Mana ada wanita yang menyukai bekas luka yang begitu menyeramkan. Sebelum Anggi menjawab, Luis melepaskan genggamannya. "Ya sudah, terserah kamu saja."

"Pangeran, apa saya membuatmu marah?" Anggi merasa ada yang aneh dengan Luis. Ada sesuatu yang janggal dari sikapnya. Namun, dia tidak tahu apa itu.

"Jangan pikir
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 53

    Yang satu pura-pura tidak terjadi apa-apa, yang satu lagi pura-pura tidak mendengar.Setengah jam kemudian, akhirnya selesai juga. Luis telah berbaring di atas ranjang, sementara Anggi hendak memadamkan lilin. Namun, suara Luis menahannya. "Naik ke ranjang dulu."Anggi tahu kemampuan Luis. Dia pun menurut, lalu melihat pria itu mengayunkan tangan. Seketika, semua lilin langsung padam.Sambil berbaring di tempatnya, Anggi diam-diam melirik ke arah Luis. Di tengah kegelapan, pria itu berbaring lurus, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.Anggi berusaha mengingat semua hal yang pernah ditulis dalam buku mengenai Luis, tetapi sayang, ingatannya terlalu sedikit.Seperti tentang bagaimana dia melarikan diri dari pernikahan, dipatahkan tangan dan kakinya, lalu dibuang ke depan pintu kediaman Keluarga Suharjo hingga akhirnya mati kedinginan di musim dingin.Luis adalah satu-satunya tokoh antagonis dalam kisah ini, tetapi kenapa setelah itu dia tidak pernah menikah lagi?Jika dia menikah dan

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 54

    "Putri ...." Luis mencengkeram tangannya. "Aku akan menepati janjiku padamu."Janji? Apakah yang dimaksud adalah setelah wajahnya pulih, Luis akan tersenyum untuknya seperti yang diminta?Anggi mendekat ke arahnya. "Saya berterima kasih, Pangeran."Luis menelan ludah beberapa kali. "Nggak perlu bicara seperti itu."Dia merasa tubuhnya semakin panas. Kemudian, dia mengangkat sedikit selimutnya. " Putri, kamu istirahat saja." Tolong jangan menyiksanya lagi! Dia merasa dirinya akan meledak.Anggi terdiam. "Pangeran nggak menyukai saya?"Luis tersenyum pahit. Setelah tahu bahwa Anggi adalah gadis yang selama ini dia cari, dia tentu menyukainya ... sampai tidak ingin menikahi wanita lain lagi seumur hidupnya."Pangeran?" Kenapa Luis tersenyum pahit? Jangan-jangan dugaannya benar, Luis memang punya masalah itu?Tangannya sedikit bergetar, sementara dalam hati dia kembali mengecam penulis kisah ini. Luis dulunya adalah seorang putra mahkota yang gagah dan terhormat, seorang jenderal yang tak

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 55

    Di luar kereta kuda, Sura juga memasang telinga. Sebagai seorang ahli bela diri, selama orang tidak sengaja menurunkan suara mereka, dia bisa mendengar semuanya.Lagi pula, dia sudah mengitari Jalan Damai yang ramai ini beberapa kali. Sebenarnya Putri ingin pergi ke mana?Sejak bereinkarnasi, untuk pertama kalinya Anggi merasa gelisah. Jika Luis memang impoten, jika dia tidak memiliki keturunan, mustahil baginya untuk menjadi kaisar!Itu artinya, alur cerita akan kembali ke jalurnya! Dalam buku, Luis akan dihukum dengan dikuliti! Membayangkannya saja sudah membuat seluruh tubuh menggigil ngeri!"Sura, hentikan kereta!" Anggi tiba-tiba membuka pintu, lalu turun dan berdiri di tengah hiruk-pikuk jalanan.Melihat orang-orang yang berlalu-lalang, hatinya seperti mati rasa. Tidak, ini tidak mungkin. Mereka pasti bisa mengubah takdir!"Siapa kamu? Berani sekali bersikap lancang!" Suara yang familier mencapai telinga Anggi.Anggi memandang ke arah sumber suara dan menemukan Wulan keluar dari

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 56

    Satya melirik Parlin dengan dingin. "Lelucon Pangeran Pradipta ini benar-benar nggak lucu."Senyuman di sudut bibir Parlin perlahan memudar. Dia melirik Wulan sekali lagi dan merasa bahwa wanita ini begitu rapuh.Tadi dia hanya sekadar meraba dan pinggangnya sudah bisa digenggam hanya dengan satu tangan. Sungguh membangkitkan ... dorongan kuat untuk mencicipinya.Karena merasa canggung, Parlin pun segera membawa anak buahnya pergi."Kak Satya ...." Dengan sedikit ketakutan, Wulan menyembunyikan diri di dalam pelukan Satya.Tadi dia tidak sengaja menabrak Parlin dan pria itu sempat mengambil kesempatan untuk menyentuhnya! Namun, hal ini tidak boleh diketahui siapa pun, terutama Satya.Bagaimana jika Satya tidak mau menikahinya lagi? Di seluruh ibu kota, selain Pangeran Selatan yang cacat dan gila, masih ada Pangeran Pradipta yang bejat yang hobi merusak wanita.Sudah berapa istri yang mati di tangannya? Berapa banyak selir yang meninggal dengan penyebab tidak jelas? Hanya memikirkannya

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 57

    Apakah ada penyakit parah? Memikirkan hal itu, tabib tua itu merasakan firasat buruk. Kedua kakinya bergetar."Tabib, kamu baik-baik saja?" Anggi menoleh dan menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan tabib tua itu.Saat melihat lebih dekat, keringat dingin sudah membasahi dahinya. Faisal mengusap keringat, lalu menyahut, "Putri, saya ... saya baik-baik saja."Anggi melirik Mina yang mengangkat alisnya. Mungkin rakyat jelata memang merasa takut saat bertemu dengan keluarga kekaisaran?Dengan suara rendah, Anggi menenangkan, "Nggak perlu takut. Kamu cuma perlu melakukan pemeriksaan seperti biasa, terutama untuk bagian itu.""Baik, baik ...."Melihat Faisal yang masih tampak gugup, Anggi menenangkannya lagi."Torus, apa Pangeran ada di dalam?" Anggi maju dan melihat Torus tertidur di depan pintu ruang baca.Begitu dipanggil, Torus langsung tersadar dan berdiri tegak. Dengan hormat, dia memberi salam, "Hamba memberi hormat kepada Putri. Pangeran ada di dalam ruang kerja."Saat berikutn

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 58

    Di aula kedua Kediaman Pangeran Selatan.Anggi meminta Mina menunggu di depan pintu, sementara dia mengundang Faisal masuk untuk menikmati teh."Tabib, apakah Pangeran benar-benar sehat?" tanya Anggi.Faisal masih merasa ketakutan sejak tadi. Dia sudah memeriksa nadi Luis. Selain masalah di kakinya, tampaknya tidak ada yang aneh. Makanya, dia mengangguk. "Nggak ada masalah.""Nggak ada masalah?" Anggi mengerutkan alis. "Kalau begitu, kenapa Pangeran nggak tertarik pada wanita?""Pangeran nggak tertarik pada wanita?" Faisal juga terkejut, lalu tiba-tiba teringat desas-desus yang pernah beredar di ibu kota.Namun, ketika melihat tatapan penasaran Anggi, dia tidak berani mengatakan apa pun. Apalagi, jika ucapannya sampai ke telinga Luis, nyawanya bisa melayang.Melihat Faisal ragu-ragu, Anggi langsung mengeluarkan sekantong perak dan menyerahkannya. "Aku adalah nyonya utama di kediaman ini. Katakan saja, aku nggak akan memberi tahu siapa pun."Melihat sekantong besar perak dan tatapan teg

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 59

    Mina merasa agak bingung. Apakah Anggi sedang tidak senang? Selain itu, hari ini tiba-tiba saja dia memanggil tabib untuk memeriksa kondisi kesehatan Luis. Sebenarnya, apa yang ada di pikirannya?Di sisi lain, Luis memanggil Dika ke dalam ruang bacanya. Dia memerintahkan, "Hari ini, Putri tiba-tiba minta tabib untuk datang memeriksa kesehatanku. Selidiki apa yang terjadi."Dika segera menangkupkan tangan sambil membalas, "Baik."Dika bekerja dengan cepat. Sebelum sempat kembali ke balai pengobatannya, dia langsung menyelinap masuk ke dalam kereta kuda dan bertanya dengan nada mengancam, "Katakan! Kenapa Putri memanggilmu untuk memeriksa kesehatan Pangeran hari ini?"Faisal langsung berkeringat dingin. Dia segera menjawab, "Tuan, jangan gegabah! Saya ... saya akan menjelaskan semuanya!"Maka, Faisal pun menceritakan seluruh percakapannya dengan Anggi tanpa mengurangi atau menambahkan satu kata pun.Dika berkedip, menelan ludah, lalu bertanya, "Jadi, tubuh Pangeran benar-benar nggak ada

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 60

    Menyukai wanita seperti apa? Luis merasa pertanyaan ini aneh. Seumur hidupnya, dia tidak pernah benar-benar memikirkan hal semacam ini.Namun dalam sekejap, bayangan wajah Anggi yang begitu memesona memenuhi benaknya. Ekspresi tunduknya, senyumnya, serta aroma samar dari obat-obatan herbal yang selalu menyertainya.Anggi bertanya lagi, "Pangeran nggak menyukai saya, 'kan? Kalau begitu, gimana kalau Pangeran mencari seorang selir yang sesuai dengan selera Pangeran?"Di saat Luis masih terhanyut dalam pikirannya, Anggi tiba-tiba melontarkan kalimat yang membuatnya tertegun."Mencari selir?" tanya Luis.Anggi membalas, "Ya, Pangeran menyukai wanita seperti apa?"Luis terkekeh-kekeh, tetapi di balik tawa itu ada perasaan getir yang sulit diungkapkan. Dia tahu betul bahwa Anggi memperlakukannya dengan baik, menghormatinya, bahkan mungkin merasa kasihan padanya. Namun, wanita itu tidak mencintainya. Di hati Anggi, pasti hanya ada Satya ....Melihat Anggi berpura-pura tulus, Luis hanya bisa m

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 186

    "Kalau kamu nggak menemukan keluargamu, kamu mau tinggal di mana?""Hamba ... hamba ...." Wanita cantik itu menggigit bibirnya, terlihat seperti ingin berbicara tetapi ragu. Wajahnya tampak menyedihkan, matanya berkaca-kaca, tetapi dia enggan menjawab lebih lanjut.Satya melirik ke arah Pandi. Pandi langsung berdeham dan maju, lalu berkata, "Nona, orang yang berada di hadapanmu ini adalah Putra Bangsawan Aneksasi. Kalau kamu bersedia, boleh ikut ke kediaman kami dulu. Apa pun masalahmu, beliau pasti akan membantu."Wanita cantik itu langsung berlutut, merasa sangat bersyukur. Pandi buru-buru menghentikannya, "Sudah, sudah, naik ke kereta dulu."Orang-orang yang menonton mulai berbisik. Banyak yang berpikir Satya mungkin akan menerima selir baru.Wajar juga, Satya tidak muda lagi. Kalau bukan karena urusan pernikahan yang tertunda, sekarang seharusnya dia sudah menikah.Membantu seorang gadis malang yang tidak punya tempat tinggal itu bukan hal buruk. Gadis itu tampaknya benar-benar ber

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 185

    Luis tersenyum tanpa berkata apa-apa. Anggi memang sering memujinya seperti itu.Jika itu dulu, dia memang layak disebut sebagai putra mahkota yang baik untuk negara dan rakyat. Namun, setelah turun dari takhta, yang dilihatnya hanyalah orang-orang yang menginjaknya saat dia sudah jatuh!Sejak saat itu, siapa pun yang berani memusuhi Kediaman Pangeran Selatan, pasti akan dibunuh tanpa ampun!Baik itu Burhan ataupun Satya, mereka jelas tak bisa lepas dari keterlibatan dalam kejadian masa lalu!Selama bertahun-tahun ini, dia memang telah menjadi cacat. Bagi Keluarga Pangeran Aneksasi, dia hanyalah kucing penghalang jalan yang tidak menakutkan.Tidak peduli bagaimana dia memancing atau menantang, mereka tetap bisa menahan diri dengan sangat baik.Dengan perlindungan Kaisar, Keluarga Pangeran Aneksasi sangat berhati-hati sehingga tidak pernah melakukan kesalahan sedikit pun. Hal ini pun membuat Luis tidak bisa menyingkirkan mereka!Namun, sekarang wajahnya dan kakinya mulai pulih. Dia tida

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 184

    Anggi melihat wajah Luis yang masih tampak kebingungan. Dia kembali mendekat. Ciuman yang tadinya hanya singkat, perlahan semakin dalam. Dia memegang kepala pria itu, lalu berbisik lembut di telinganya."Pangeran, kamu harus percaya pada pesona dirimu sendiri. Aku nggak akan mengkhianatimu."Konon, surga kelembutan adalah makam bagi para pahlawan. Saat wanita yang dicintai merayunya seperti ini, tubuh Luis langsung bergetar, bahkan sampai kulit kepalanya terasa kebas.Melihat tatapan tulus dari Anggi, dia sudah tak ingin membedakan apakah ini nyata atau hanya pura-pura. Dalam kebingungan, Luis hanya bisa mengangguk pelan. "Aku percaya padamu, Gigi."Pipi Anggi memerah. "Pangeran memang baik."Luis terdiam. Tunggu dulu, barusan dia menyetujui apa? Hanya karena satu ciuman dari wanita ini, pikirannya langsung menjadi kacau. Dia menyetujui sesuatu yang begitu berisiko semudah itu."Gigi, aku ...." Luis ingin mengoreksi ucapannya. Namun, sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, gadis itu s

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 183

    "Saat itu aku hanya pura-pura setuju. Mohon Pangeran percaya, aku sama sekali nggak pernah berniat memutuskan garis keturunan Pangeran."Luis menatapnya. "Aku tahu." Dia memang tahu Satya bertemu Anggi pada malam tahun baru, tetapi soal obat pencegah kehamilan, dia belum mendengar apa pun.Anggi membuka mulut, ingin berbicara. Jika dipikir-pikir, orang-orang di sekitarnya semua adalah bawahan Luis. Ke mana pun dia pergi, siapa pun yang dia temui, mana mungkin tidak diketahui oleh Luis?"Gigi, kamu ingin mengambil kembali kucing tadi?" tanya Luis dengan nada datar.Anggi menjawab, "Nggak. Yang membuatku penasaran sekarang adalah bukankah dia mencintai Wulan? Wanita yang dicintainya telah menikah dengan pria lain, tapi dia nggak terlihat sedih sama sekali. Sebaliknya, dia merawat seekor kucing yang dulu sama sekali nggak dipedulikan. Kenapa begitu?""Karena kamu.""Karena aku?""Ya. Setiap kata yang dia ucapkan tadi, semuanya ditujukan kepadamu. Dia masih menunggumu, masih mencintaimu, d

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 182

    Sejak kapan Satya menjadi begitu penyayang terhadap binatang? Selain itu, kalimat yang barusan dia ucapkan terdengar aneh. Apa seekor kucing bisa mengerti maksud ucapannya?Anggi menatap Satya yang sedang menggendong Pir. Dia ingat saat dia pertama kali menemukan kucing itu, kucing itu masih kecil.Satya bisa merawat kucing yang dia titipkan dengan begitu baik, hal ini benar-benar di luar dugaan Anggi."Tak disangka, ternyata kamu punya hati yang begitu lembut. Kamu begitu menyayangi hewan kecil," ujar Luis sambil tersenyum.Satya pun tersenyum, pandangannya sekilas menyapu Anggi sebelum kembali menatap Luis. "Sebenarnya dulu aku hampir melupakan betapa berharganya Pir. Untung saja aku akhirnya tersadar."Hah! Saat itu juga, Anggi sadar bahwa Satya memang memiliki maksud terselubung. Ternyata bukan hanya ilusinya.Namun, berapa persen dari kesadarannya itu yang benar-benar tulus? Pria ini egois dan haus akan kekuasaan, mana mungkin sungguh-sungguh peduli pada cinta atau kasih sayang? S

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 181

    Anggi memandang ke arah suara itu, lalu melihat seekor kucing mujair berdiri di atas dinding batu. Sinar matahari membuat bulunya terlihat sangat mencolok."Kucing ini ...." Dika tiba-tiba melompat turun dari pohon, membuat Anggi terkejut hingga melompat kecil.Pantas saja, kadang-kadang Dika tak kelihatan. Ternyata dia suka bersembunyi di sudut mana pun di halaman.Semua orang kini memandang ke arah Dika. Dika perlahan berkata, "Kucing ini sangat mirip dengan kucing di Kediaman Pangeran Aneksasi, kucing Satya."Kucing Satya?"Kenapa bisa ada di sini?" tanya Luis dengan alis berkerut.Tepat saat itu, penjaga pintu datang melapor, mengatakan bahwa Satya ingin bertemu. Luis terkekeh-kekeh, lalu mengizinkannya masuk. Dia memang penasaran, apa yang diinginkan Satya kali ini.Saat menoleh ke arah Anggi, Luis melihat ekspresinya biasa-biasa saja, tak menunjukkan tanda-tanda senang sedikit pun. Bahkan saat bertatapan, Anggi malah bertanya, "Kenapa Pangeran menatapku seperti itu?"Luis berdeha

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 180

    Di bawah tatapan penuh harap Anggi, Luis berjalan beberapa langkah. Dia menoleh ke belakang. Ketika melihat Anggi yang terpaku, dia tersenyum dan memanggil, "Gigi? Gigi?"Luis memanggil dua kali, tetapi Anggi tidak menjawab. Sebaliknya, matanya mulai berkabut, seolah-olah akan menangis kapan saja."A ... aku ...." Luis panik dan langsung melangkah cepat mendekatinya, memeluknya erat. "Kenapa? Kamu marah karena aku merahasiakan ini darimu? Maaf, aku cuma ingin memberimu kejutan. Aku bukan sengaja ingin menyembunyikannya."Anggi membalas pelukannya. "Pangeran, aku nggak marah. Aku senang."Dia bilang dia senang? Sampai menangis hanya karena senang untuk dirinya?Luis sama sekali tidak menyangka. Dia melepaskan pelukan, menatap gadis yang matanya merah itu. Seketika, dia tidak tahu harus berkata apa."Pangeran, bisa jalan beberapa langkah lagi nggak?" tanya Anggi, mendongak menatap pria tinggi itu."Baik." Luis melepaskan Anggi dan kembali berjalan beberapa langkah. Tatapan Anggi beralih

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 179

    "Aku sudah pergi, terus kembali lagi.""Kenapa? Ada urusan?""Wulan datang mencariku," ucap Anggi, menatap langsung ke arah Luis, "Pangeran, menurutmu apa mungkin Wulan dan Satya akan kembali menjalin hubungan lama mereka?""Gigi ...." Luis menatap gadis di depannya, merasa agak cemburu karena melihat Anggi begitu peduli pada mantan tunangannya itu. "Apa kamu begitu keberatan kalau mereka bersama kembali?"Anggi mengangguk. "Aku nggak bisa membiarkan dia bersama Satya. Apa Irwan dan Junaidi masih mengawasi Satya?"Luis bertanya balik, "Apa yang ingin kamu ketahui?" Di seluruh ibu kota, tidak ada satu pun informasi yang tidak bisa dia selidiki.Anggi membalas, "Aku hanya ingin tahu, apa Wulan dan Satya masih diam-diam berhubungan atau nggak.""Hanya itu?""Ya, hanya itu." Apa lagi yang bisa dia lakukan?Dua orang itu adalah tokoh kunci. Jika mereka benar-benar bersatu, bangkit kembali bukan hal yang mustahil!Luis tidak tahu kekhawatiran Anggi yang sesungguhnya. Dia hanya mengira bahwa

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 178

    "Benar, kali ini berbeda dari biasanya. Dia berpakaian mewah, membawa banyak pelayan dan penjaga. Jelas sekali, dia datang dengan persiapan," ujar Mina dengan tenang.Anggi mengernyit, lalu bangkit dengan anggun. "Aku penasaran, apa yang ingin dia lakukan hari ini."Begitu Anggi keluar, semua orang langsung menyambutnya dengan hangat, memanggilnya dengan hormat, "Salam sejahtera, Putri!"Sekilas, Anggi langsung melihat Wulan, yang saat itu menatapnya dengan tatapan cerah dan bibir menyunggingkan senyuman tipis. Alis yang sedikit terangkat pun membuatnya terlihat angkuh.Anggi membisikkan beberapa instruksi kepada Mina, lalu kembali masuk ke ruangan.Mina merapikan ekspresinya, lalu berjalan ke depan Wulan. Dia membungkuk sedikit dan berkata, "Silakan masuk, Putri."Anggi secara langsung mengizinkan Wulan memotong antrean. Siapa yang berani protes? Namun, hari itu tanggal 7. Waktu pengobatan gratis sangat berharga dan antreannya sangat panjang.Dengan senyuman di wajah, Wulan memutar me

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status