Share

Bab 61

Author: Lilia
Luis mengusap pelan kepala Anggi. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman ketika berucap, "Putri nggak perlu takut."

"Saya nggak takut," balas Anggi. Dia bahkan sudah pernah mati sekali, apa lagi yang perlu ditakutkannya? Hanya saja, masalah ini masih terasa asing baginya. Dia tidak tahu harus berbuat apa.

Anggi bisa seberani ini untuk mengambil inisiatif, sudah merupakan hal yang luar biasa. Namun ... kenapa Luis hanya mengusap kepalanya dan tidak melakukan hal lain?

"Pangeran, saya ... saya nggak tahu caranya." Sambil berbicara, Anggi mendongak dan mencoba melihat ekspresi pria itu. Namun, cahaya di ruangan terlalu redup. Dia tidak bisa melihat dengan jelas.

Saat ini, tubuh Luis sudah panas. Jika sebelumnya dia tidak menyadari perasaannya terhadap Anggi, mungkin dia masih bisa memerintahkannya untuk melayani dirinya. Namun sekarang ... dia tidak bisa mengucapkan kata-kata semacam itu.

Istrinya berada dalam dekapannya, tetapi Luis tidak berani menyeret tubuhnya yang cacat itu untu
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Noni Novita
seru ceritanya..iklan nya jgn yg malolo dong hehh lama banget
goodnovel comment avatar
Yuni Bibah Deha
asyiiiiik. sepertinya segera lounching nich pangeran junior
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 386

    Di luar jendela, matahari bersinar terik. Angin hangat bertiup, membuat bunga dan rumput di halaman bergemeresik. Di dalam kediaman, bunga musim semi bermekaran, harum semerbak memenuhi udara.Torus dan Mina segera menjauh dari pintu utama. Ada yang mulai menyiapkan pakaian, ada yang menyiapkan air mandi. Semuanya berlangsung dengan tertib.Dua jam kemudian, langit sudah benar-benar gelap. Saat ini, baru terdengar suara Luis yang menyuruh pelayan memanggil air. Setelah mereka berdua selesai membersihkan diri, mereka meminta agar makan malam dihidangkan.Anggi makan dengan tubuh yang terasa sangat lelah. Luis melambaikan tangan. Mina mengira dipanggil untuk melayani, tetapi ternyata dirinya, Torus, Naira, dan yang lainnya disuruh pergi.Serius? Putra Mahkota sehaus itu sampai-sampai harus menyuruh semua pelayan keluar saat makan? Hanya untuk terus "menyiksa" Putri Mahkota?Putri Mahkota jelas-jelas terlihat sangat lelah sekarang. Matanya sedikit memerah, tangannya memegang peralatan mak

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 385

    "Keadaan Aska nggak baik?" Luis mencoba menebak.Anggi mengangguk. "Ya. Tubuhnya dingin seperti es. Nadi lemah, aliran darahnya pun sangat lambat."Luis terdiam sejenak, lalu menggenggam tangan gadis itu dalam telapak tangannya. "Kamu punya ide? Apa bisa disembuhkan?""Hanya bisa diobati sambil perlahan mencari arah penyembuhan yang tepat," jawab Anggi sambil menatapnya serius. "Tapi kalau aku yang menangani pengobatannya, mau nggak mau kami harus sering bertemu. Ini agak merepotkan.""Sering bertemu? Seberapa sering?" Luis menyipitkan mata."Awalnya mungkin harus setiap hari. Setelah melihat hasilnya, kalau sudah membaik, bisa dikurangi."Setiap hari .... Hati Luis mulai terasa tidak nyaman.Apalagi, Anggi sudah mulai memanggil pria itu dengan Kak Aska .... Meski dia percaya pada Anggi dan meski dia berterima kasih atas semua bantuan Aska terhadap mereka, tetap saja ... membiarkan istrinya bolak-balik ke rumah pria lain setiap hari? Itu pasti akan jadi bahan omongan."Kamu ... keberat

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 384

    Angin semilir bertiup pelan. Wajah Anggi yang semula terasa panas karena terik matahari, kini terasa sedikit sejuk. Dia mengangkat tangan menutupi silau mentari. "Kak Aska, kamu nggak bisa terus-terusan berjemur seperti ini ....""Tapi ... berjemur seperti ini rasanya paling nyaman," jawab Aska. Matanya terpejam menikmati sinar matahari.Setelah menarik napas dalam, Anggi berkata dengan sungguh-sungguh, "Aku pasti akan cari cara untuk menyembuhkanmu."Aska kembali menoleh padanya, menatap wajah gadis itu yang tampak begitu teguh. Dia hendak bicara, tapi akhirnya tidak mengatakan apa pun.Dalam kehidupannya yang dulu, dia pernah menyaksikan bagaimana Luis membalaskan dendam Anggi dengan gila-gilaan. Bahkan sampai tidak meninggalkan keturunan.Jadi, di kehidupan ini ... mereka akhirnya bisa bersatu. Mereka memang ditakdirkan untuk bersama.Aska tidak akan menyela di tengah jalan. Kalaupun dia memberi tahu Anggi bahwa jika mereka tinggal bersama, penyakitnya akan berangsur membaik dan mun

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 383

    Anggi tidak sanggup mengucapkannya, tapi Aska justru berkata terlebih dulu, "Tenang saja. Aku sudah meramal untuk diriku sendiri. Hidup belasan tahun lagi nggak akan jadi masalah."Cukup untuk menyaksikan pasangan suami istri itu naik ke takhta sebagai Kaisar dan Permaisuri."Mana cukup belasan tahun? Kamu baru ....""Baru 23 tahun.""Masih sangat muda. Kamu pasti bisa hidup sampai 100 tahun.""Kalau begitu, kuturuti maumu. Hidup 100 tahun," ucap Aska sambil tersenyum tipis.Namun dengan tubuh seperti ini, hidup sampai 100 tahun justru akan menjadi siksaan, baik bagi dirinya sendiri, maupun orang-orang yang harus merawatnya.Tatapan Aska beralih ke kursi santai di sampingnya. Anggi pun duduk di sana sambil berkata, "Tunjukkan padaku resep-resep obatmu yang sebelumnya. Aku ingin mempelajarinya dulu.""Kamu benar-benar ingin mengobatiku?""Tentu saja. Kamu sudah membantu Luis dan juga telah banyak membantuku."Aska menoleh menatap gadis yang berbaring di sampingnya. Di bibirnya terulas s

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 382

    Sesampainya di kediaman Aska, para pelayan hendak masuk untuk memberi tahu kedatangannya, tetapi Anggi segera menolak.Saat dia berjalan menuju halaman utama bersama Sura dan Mina, dia melihat Aska sedang berbaring di kursi santai dengan berselimut kain tipis. Seluruh tubuhnya disinari cahaya matahari.Di bawah sinar matahari itu, Aska tampak seolah diselimuti cahaya putih yang samar, seakan dirinya bisa menghilang kapan saja.Hati Anggi mencelos seketika.Seorang pengawal Aska hendak bertanya, tetapi Anggi memberi isyarat dengan jari di depan bibirnya. "Aku adalah Putri Mahkota, ada urusan penting dengan tuanmu."Pengawal itu mengangguk. Dia mengenali Anggi, bahkan sering diperintahkan oleh Aska untuk diam-diam mengawasi keadaan Anggi. Bila terjadi sesuatu, dia harus sigap membantu.Anggi menoleh ke Mina dan Sura, lalu memberi instruksi, "Tunggu di pintu halaman. Jangan biarkan siapa pun mengganggu."Dia pun melangkah perlahan mendekat. Langkahnya menyapu rerumputan dan dedaunan kerin

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 381

    Satya meninggalkan Fani dan Ubaid di Kediaman Keluarga Suharjo, lalu kembali ke tempatnya.Setelah kepergiannya, Jelita jadi jauh lebih bebas di rumah Keluarga Suharjo, bahkan semakin mudah baginya untuk mendekati Sunaryo demi "meminjam benih".Dalam hati, Fani berpikir, 'Nona ini memang selalu terlihat dingin dan nggak tertarik pada siapa pun, tapi terhadap Sunaryo ... apa mungkin dia ada sedikit ketulusan? Kalau nggak, kenapa harus memilih benih darinya?'Sementara itu, di Kediaman Putra Mahkota. Luis menggelar jamuan, mengundang Aska dan Gilang untuk hadir.Dalam perjamuan itu ....Saat Anggi memanggil Aska dengan sebutan "Kak Aska", Gilang langsung tertegun. "Tunggu ... sejak kapan itu terjadi?"Seorang calon Putri Mahkota bisa sampai memanggilnya "kakak"? Aska ini keberuntungannya benar-benar luar biasa sekali! Yang lebih aneh lagi, Luis terlihat sangat santai dan tidak mempermasalahkannya sedikit pun. Gilang merasa seolah telah melewatkan sesuatu yang besar.Karena merasa kesal,

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status