Share

Bab 503

Penulis: Emilia Sebastian
Pada saat ini, Cempaka sedang bersandar di kereta kuda sambil memegang cambuk. Begitu mendengar suara, dia langsung menoleh.

“Kak Abista? Kenapa kamu jadi ... selemah ini?”

Ketika melihat Abista berjalan keluar, Cempaka hampir mengira dirinya salah mengenali orang. Wajahnya yang pucat pasi, langkahnya yang lemah .... Jika bukan karena dia sangat akrab dengan kakak beradik Keluarga Angkola, dia mungkin akan salah mengenali Abista sebagai Ranjana yang selalu sakit-sakitan.

Begitu mendengar kata “lemah”, Abista pun tersedak dan terbatuk sejenak. Setelah napasnya kembali teratur, dia baru memaksakan seulas senyum dan menjawab, “Belakangan ini, aku lagi sakit, makanya raut wajahku kurang bagus. Cempaka jangan terkejut, ya.”

Abista hanya menjelaskan dengan asal. Dia tidak mengungkapkan bahwa dirinya sebenarnya keracunan.

Setelahnya, Abista baru bertanya, “Oh iya, kalau sudah sampai di depan pintu, kenapa kamu nggak langsung masuk? Di luar dingin. Kakak sudah suruh orang siapkan tungku pengh
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 506

    Sepatah kata “membela yang dekat, bukan yang benar” Cempaka itu langsung membuat Kahar tidak bisa berkata-kata. Setelah sesaat, dia baru bertanya, “Kenapa kamu begitu?”Cempaka tersenyum sinis. “Kenapa nggak boleh begitu? Bukannya dulu aku memang sering bersikap begitu dan membantumu berkelahi? Dulu, kenapa kamu nggak pernah ngomong seperti ini? Sekarang, kamu nggak malu untuk mengatakannya?”Kahar lagi-lagi terdiam akibat ucapan menohok Cempaka.Setelah berbicara begitu banyak dengan Kahar, Cempaka sudah mulai kehilangan kesabaran. Sebentar lagi, Syakia mungkin akan datang menjemputnya. Dia harus bertindak lebih cepat.Oleh karena itu, Cempaka melambaikan tangan dengan tidak sabar dan berujar, “Sudah, jangan banyak omong kosong lagi. Aku tahu kamu bela putri haram itu karena takut aku memberinya pelajaran. Boleh juga. Lagian, kedatanganku hari ini bukan untuk bicara sama kalian. Intinya, hari ini, kamu mau gantikan dia dihajar sekali atau dua kali?”Setelah hari ini, masih ada hari es

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 505

    “Memangnya aku pernah takut sama kamu!”Sebuah tendangan Cempaka langsung membuat Kahar terpental beberapa meter. Kemudian, Cempaka berdiri di tempat dan mencibir dengan tampang sombong, “Kalau kamu hebat, lawan saja aku! Aku mau tahu apa kamu bisa menjatuhkan aku, atau aku yang akan melumpuhkan bajingan sepertimu hari ini!”“Dasar wanita gila!” umpat Kahar. “Kamu mau bantu Syakia berbuat onar sampai kapan?”“Plak!”Cempaka langsung mencambuk Kahar dengan kuat dan menyahut, “Siapa yang buat onar? Kali ini, aku pulang memang untuk memperhitungkan hal ini dengan kalian! Hari ini, kalau bukan kamu yang mati, putri haram yang kamu lindungi itu yang harus mati!”“Oke! Kalau begitu, jangan salahkan aku lagi!”Kahar diam-diam mengumpat dalam hati, lalu tidak lagi ragu dan langsung membalas serangan Cempaka.“Plak! Duk!”Kahar memang lincah, tetapi Cempaka juga tidak kalah darinya.Keluarga Sumarno memang adalah keluarga filsafat. Dalam insiden menimpa Keluarga Kuncoro dulu, berbeda dengan Kel

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 504

    “Ah!” Kahar menjerit kesakitan, lalu buru-buru menghindari cambukan selanjutnya. “Siapa yang begitu buta hingga berani memukulku!”Kahar langsung menoleh ke arah orang yang memegang cambuk dengan murka. Begitu melihat orangnya, dia langsung terpaku di tempat.“Cempaka? Kenapa kamu ada di sini?”Cempaka yang memegang cambuk mencibir, “Kalau aku nggak ada di sini, bajingan buta sepertimu mau bantu putri haram itu untuk lanjut menindas Kia-ku sampai kapan?”Ketika melihat Cempaka sudah kembali, Kahar awalnya merasa lumayan gembira. Bagaimanapun juga, Cempaka adalah tunangannya, juga teman sejak kecil.Dulu, Kahar dan Cempaka bisa bertunangan juga karena mereka menaruh perasaan untuk satu sama lain. Oleh karena itu, ketika melihat Cempaka yang sudah lama tidak ditemuinya, reaksi pertama Kahar tentu saja adalah gembira.Siapa sangka, Kahar malah langsung mendengar Cempaka memakinya dan Ayu dengan marah. Kahar pun langsung mengernyit.“Kita sudah nggak ketemu setengah tahun, tapi temperamen

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 503

    Pada saat ini, Cempaka sedang bersandar di kereta kuda sambil memegang cambuk. Begitu mendengar suara, dia langsung menoleh.“Kak Abista? Kenapa kamu jadi ... selemah ini?”Ketika melihat Abista berjalan keluar, Cempaka hampir mengira dirinya salah mengenali orang. Wajahnya yang pucat pasi, langkahnya yang lemah .... Jika bukan karena dia sangat akrab dengan kakak beradik Keluarga Angkola, dia mungkin akan salah mengenali Abista sebagai Ranjana yang selalu sakit-sakitan.Begitu mendengar kata “lemah”, Abista pun tersedak dan terbatuk sejenak. Setelah napasnya kembali teratur, dia baru memaksakan seulas senyum dan menjawab, “Belakangan ini, aku lagi sakit, makanya raut wajahku kurang bagus. Cempaka jangan terkejut, ya.”Abista hanya menjelaskan dengan asal. Dia tidak mengungkapkan bahwa dirinya sebenarnya keracunan. Setelahnya, Abista baru bertanya, “Oh iya, kalau sudah sampai di depan pintu, kenapa kamu nggak langsung masuk? Di luar dingin. Kakak sudah suruh orang siapkan tungku pengh

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 502

    “Siapa? Siapa yang berani buat keributan di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan! Cepat pergi! Kalau nggak, jangan salahkan kami bertindak nggak sungkan!”Salah seorang pengawal gerbang memegang tongkat kayu dan hendak pergi mengusir orang. Siapa sangka, pada detik berikutnya, pengawal di belakang Cempaka malah menghunuskan pedang mereka yang tajam.Pengawal gerbang yang awalnya terlihat galak itu langsung tercengang dan mundur selangkah secara refleks. Dia menelan air ludah dan bertanya, “Kalian tahu ini tempat apa? Beraninya kalian menghunuskan pedang di luar gerbang Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan!”“Aku rasa, kamu yang bodoh, tuli, dan buta! Kalau nggak ngerti kata-kataku, memangnya kamu juga nggak kenali wajahku?” Cempaka melangkah maju dan memelototi pengawal gerbang itu dengan tatapan tajam.Pengawal gerbang lainnya tiba-tiba teringat Cempaka itu siapa, lalu buru-buru melangkah maju dan berkata dengan hormat, “Hormat, Nona Cempaka! Dia ini orang baru dan nggak pernah ketemu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 501

    Di Gunung Selatan di luar ibu kota. Dalam Kuil Bulani.“Sahana, ada sepucuk surat untukmu!”Hari ini, ketika Syakia sedang menyalin sutra, Maya berjalan masuk dengan kegirangan.“Surat? Dari siapa?” tanya Syakia dengan bingung sambil menerimanya.“Nggak tahu. Di amplop, cuma tertera kata ‘Sumarno’. Pokoknya, surat ini untukmu. Katanya, kamu pasti kenal sama orangnya.”Sumarno? Syakia pun terkejut. Selain Deska, hanya ada seseorang bermarga Sumarno lagi yang dikenalnya. Apa mungkin itu dia?Setelah teringat orang yang sudah lama tidak ditemuinya itu, Syakia langsung merasa gembira. Dia meletakkan kuasnya, lalu buru-buru membuka amplop itu.Sebelum mengeluarkan surat di dalam, Syakia sudah mencium aroma bunga. Ternyata isi amplop bukan hanya ada surat, tetapi ada juga sebuah bunga kering beraroma. Ketika melihat bunga kering beraroma itu, Syakia langsung tersenyum.Melihat Syakia yang tersenyum seperti ini, Maya bertanya dengan penasaran, “Siapa yang kirim surat ini sampai kamu sudah sen

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status