“Apa katamu? Masuk ke istana?”Begitu mendengar kabar ini, Syakia langsung terkejut. “Kamu mau jadi selir Yang Mulia Kaisar?”Cempaka menjawab sambil tersenyum, “Dasar kamu ini! Jangan meremehkanku! Aku masuk ke istana bukan untuk jadi selir, melainkan permaisuri.”“Nggak lama lagi, aku akan masuk ke istana untuk jadi permaisuri. Waktu kamu melihatku nanti, kamu harus beri hormat padaku dengan patuh, lho! Kalau caramu beri hormat jelek, aku akan hukum kamu untuk menghangatkan ranjangku!” ujar Cempaka sambil tersenyum usil.Syakia langsung menjulingkan matanya. “Ngomong yang serius. Jangan begitu usil!”“Yang aku ngomong memang serius.” Cempaka memeluk Syakia yang dibungkus selimut dan melanjutkan, “Setelah Keluarga Sumarno dipindahkan, berdasarkan waktu jabatan, kami butuh sebuah kesempatan untuk kembali lebih cepat ke ibu kota. Kalau nggak, kami paling nggak harus tunggu sekitar 10-20 tahun lagi.”“Setelah ayahku menjabat dan meraih prestasi yang cukup besar, keluarga kami baru mungki
“Rasakan jurus gelitikku!”“Hahaha! Iya, iya, aku salah. Putri Suci, ampunilah aku! Kelak, aku nggak akan berani lagi! Hahaha ....”Cempaka tidak takut pada apa pun, tetapi malah takut pada gelitikan Syakia. Kedua orang itu pun tertawa lagi. Suara tawa yang riang menggema di seluruh area tempat tinggal.Hala yang berada di atap melirik ke bawah dengan penasaran, lalu segera memalingkan wajah lagi. Sudahlah, dia tidak sanggup menyaksikannya.Kedua orang di dalam kamar mulai mengobrol lagi. Sebelumnya, Cempaka hanya mendengar rumor. Sekarang, dia sudah bertemu dengan Syakia. Dia tentu saja harus mendengar Syakia menceritakan semuanya secara langsung. Dia ingin tahu seberapa banyak perlakuan tidak adil yang diterima Syakia yang tidak diketahuinya selama setengah tahun ini.Berhubung tidak dapat membujuk Cempaka yang keras kepala, Syakia hanya bisa menceritakan semua yang terjadi selama setengah tahun ini kepada Cempaka. Dimulai pada detik Ayu dibawa ke Kediaman Keluarga Angkola oleh Dama
“Tabib Iwan, apa katamu? Mana mungkin bunga-bunga ini beracun?”Kahar nyaris merasa dirinya sedang berhalusinasi.Namun, Iwan menjawab dengan yakin, “Tuan Kahar, aku nggak mungkin salah. Meski aku nggak tahu ini bunga apa, aroma bunga ini sepertinya adalah racun mematikan yang mirip dengan obat bius.”“Racun ini sudah perlahan-lahan menggerogoti tubuh Tuan Abista. Berhubung ada 3 pot bunga ini di sini, kekuatan racunnya juga meningkat jadi 3 kali lipat lebih berbahaya. Pantas saja Tuan Abista bisa tumbang secepat ini.”Setelah mendengar penjelasan Iwan, ekspresi Kahar langsung menjadi sangat suram. Entah kenapa, dia teringat pada bebek goreng yang diberikan Ayu sebelumnya.Tidak, tidak mungkin. Itu mustahil! Sebelumnya, Ayu sudah menjelaskan bahwa dia meracuni Kahar karena merasa marah dan takut. Abista tidak membongkar identitas Ayu, jadi dia tidak mungkin menyinggung Ayu. Apa alasan Ayu meracuni Abista?Tunggu, Kahar tiba-tiba teringat sesuatu, lalu menoleh ke arah Anton. “Tadi, kamu
Selain karena tidak mampu meyakinkan Kahar, Abista juga sudah tidak memiliki tenaga untuk menasihatinya lagi. Baru saja Abista ingin melambaikan tangannya, pandangannya tiba-tiba gelap dan dia pingsan lagi.“Kak Abista!”Ini adalah pertama kalinya Kahar melihat Abista tiba-tiba pingsan. Dia pun langsung tercengang. Setelah membalik tubuh Abista dan melihat wajahnya yang pucat pasi bagaikan mayat, dia makin terkejut lagi.Ada apa ini? Penyakit apa sebenarnya yang diidap Abista? Kenapa dia tiba-tiba menjadi selemah ini?Setelah tabib datang dan memeriksa Abista, dia pun menggeleng dengan kening berkerut, lalu berkata pada Kahar, “Sebaiknya kalian persiapkan pemakamannya secepat mungkin.”“Apa katamu?”Kahar langsung tercengang. “Pemakaman apanya? Dasar bajingan tua! Kakakku cuma sakit! Kamu bukannya memeriksanya dengan baik, malah berani mengutuknya!”Tabib tua itu buru-buru menjawab, “Bukannya aku nggak mau menolong, tapi Tuan Abista sudah sekarat. Aku nggak mampu menyembuhkannya. Kalau
Pada akhirnya, Kahar tetap bersikeras menolak untuk membubuhkan cap jarinya di surat pembatalan pernikahan itu. Sementara itu, Cempaka tidak ingin menghabis-habiskan banyak waktu dengan Kahar karena merasa itu tidak ada gunanya, juga akan mengurangi waktu nostalgianya dengan Syakia. Jadi, dia langsung mengikuti Syakia kembali ke Kuil Bulani.Melihat Cempaka yang pergi bersama Syakia tanpa menoleh, Kahar merasa dirinya diperlakukan dengan sangat tidak adil. Setelah menatap kepergian mereka dalam diam, dia pun mengepalkan tangan dan hendak kembali ke rumah.“Uhuk, uhuk, uhuk ....”Pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara batuk dari samping Kahar. Kahar pun menoleh dan melihat Abista yang terbatuk parah sambil menutup mulut.“Kak, kamu sakit apa? Kenapa kamu batuk begitu parah .... Kak Abista!”Baru saja Kahar berjalan ke hadapan Abista dan hendak menepuk-nepuk punggungnya, Abista malah tiba-tiba batuk darah.Melihat tangan Abista yang penuh darah, Kahar pun terkejut dan buru-buru berser
Cempaka pun makin bersemangat. Akhirnya, dia tidak tahan lagi dan mengulurkan tangan untuk mencubit Syakia dengan gemas.Syakia pun tidak bisa berkata-kata.“Plak!”Syakia menepuk tangan Cempaka yang bergerak sembarangan di tubuhnya. “Berdiri yang baik. Jangan pegang-pegang.”“Oh.” Cempaka pun memasang tampang cemberut dan tidak berbicara lagi.Kemesraan Syakia dan Cempaka membuat Kahar makin marah. “Apa yang akan dikatakan orang kalau lihat 2 gadis pegang-pegangan begitu! Menjijikkan sekali!”Ucapan Kahar langsung membuat Syakia dan Cempaka melirik ke arahnya dengan tajam.“Orang yang hatinya kotor memang akan merasa segala sesuatu kotor. Aku dan Kia sudah temanan belasan tahun. Memangnya kenapa kalau kami mesra? Apa hubungannya itu dengan orang luar sepertimu?”Cempaka memelototi Kahar dengan risi.Sementara itu, Syakia hanya berkata dengan acuh tak acuh, “Aku bukan lagi anggota keluarga kalian. Jadi, kalian nggak punya hak untuk mengurusku.”Dengan kata lain, jangan terlalu banyak i