Jadi, setelah mengetahui Abista sudah hampir meninggal, Ayu benar-benar terkejut. Dia tidak menyangka hanya dalam waktu beberapa hari dia tidak pulang, keadaan Abista sudah separah ini.Namun, Kahar tidak tahu bahwa inilah yang membuat Ayu terkejut. Dia salah paham dan mengira Ayu tidak mengetahui apa-apa.Namun, 2 dari 3 pot bunga itu malah adalah pemberian Ayu. Entah dari mana Ayu mendapatkannya. Mungkin saja Ayu juga diperalat orang. Jadi, untuk mencegah Damar salah paham, Kahar berniat untuk menyelidiki masalah ini sampai jelas dulu sebelum memberitahunya.Setelah berpikir begitu, Kahar menjawab, “Tabib-tabib gadungan di luar sana sama sekali nggak tahu kondisi asli Kak Abista. Setelahnya, aku minta Tabib Iwan kemari dan baru tahu bahwa Kak Abista sudah keracunan.”“Keracunan lagi?”Begitu mendengar kata “keracunan”, Damar langsung merasa gusar. Hanya dalam setengah tahun ini, hampir semua putranya sudah keracunan. Jika hal ini berlanjut, mungkin saja suatu hari nanti, benar-benar
“Ayah, ayo kita pulang! Aku nggak mau tinggal berlama-lama di tempat menakutkan ini lagi!”Ayu buru-buru berlari kecil ke luar. Awalnya, dia mengira akan ada kereta kuda yang sedang menunggu mereka. Namun, tidak ada seorang pun di luar.“Dasar! Memangnya Kak Abista dan yang lain nggak tahu kita dilepaskan hari ini? Kenapa mereka nggak datang jemput kita!” keluh Ayu dengan kesal begitu melihat tidak ada kereta kuda yang menunggu mereka.Damar melirik Ayu, lalu berkata dengan tenang, “Kahar dikurung di kamar, Ranjana mau sembuhkan kakinya, sedangkan Abista sedang sakit belakangan ini. Bagaimana mereka mau jemput kita?”Setelah mendengar ucapan itu, Ayu baru tersadar dan menjawab dengan malu, “Aku ... aku lupa.”Saat berbicara, ada sedikit rasa bersalah yang melintasi wajah Ayu. Dia baru teringat tentang 2 pot bunga yang diberikannya kepada Abista. Jika dihitung-hitung, racun itu seharusnya memang akan segera bekerja.Setelah pulang, Ayu bisa menggunakan obat penawar setengah jadi yang di
“Apa katamu? Masuk ke istana?”Begitu mendengar kabar ini, Syakia langsung terkejut. “Kamu mau jadi selir Yang Mulia Kaisar?”Cempaka menjawab sambil tersenyum, “Dasar kamu ini! Jangan meremehkanku! Aku masuk ke istana bukan untuk jadi selir, melainkan permaisuri.”“Nggak lama lagi, aku akan masuk ke istana untuk jadi permaisuri. Waktu kamu melihatku nanti, kamu harus beri hormat padaku dengan patuh, lho! Kalau caramu beri hormat jelek, aku akan hukum kamu untuk menghangatkan ranjangku!” ujar Cempaka sambil tersenyum usil.Syakia langsung menjulingkan matanya. “Ngomong yang serius. Jangan begitu usil!”“Yang aku ngomong memang serius.” Cempaka memeluk Syakia yang dibungkus selimut dan melanjutkan, “Setelah Keluarga Sumarno dipindahkan, berdasarkan waktu jabatan, kami butuh sebuah kesempatan untuk kembali lebih cepat ke ibu kota. Kalau nggak, kami paling nggak harus tunggu sekitar 10-20 tahun lagi.”“Setelah ayahku menjabat dan meraih prestasi yang cukup besar, keluarga kami baru mungki
“Rasakan jurus gelitikku!”“Hahaha! Iya, iya, aku salah. Putri Suci, ampunilah aku! Kelak, aku nggak akan berani lagi! Hahaha ....”Cempaka tidak takut pada apa pun, tetapi malah takut pada gelitikan Syakia. Kedua orang itu pun tertawa lagi. Suara tawa yang riang menggema di seluruh area tempat tinggal.Hala yang berada di atap melirik ke bawah dengan penasaran, lalu segera memalingkan wajah lagi. Sudahlah, dia tidak sanggup menyaksikannya.Kedua orang di dalam kamar mulai mengobrol lagi. Sebelumnya, Cempaka hanya mendengar rumor. Sekarang, dia sudah bertemu dengan Syakia. Dia tentu saja harus mendengar Syakia menceritakan semuanya secara langsung. Dia ingin tahu seberapa banyak perlakuan tidak adil yang diterima Syakia yang tidak diketahuinya selama setengah tahun ini.Berhubung tidak dapat membujuk Cempaka yang keras kepala, Syakia hanya bisa menceritakan semua yang terjadi selama setengah tahun ini kepada Cempaka. Dimulai pada detik Ayu dibawa ke Kediaman Keluarga Angkola oleh Dama
“Tabib Iwan, apa katamu? Mana mungkin bunga-bunga ini beracun?”Kahar nyaris merasa dirinya sedang berhalusinasi.Namun, Iwan menjawab dengan yakin, “Tuan Kahar, aku nggak mungkin salah. Meski aku nggak tahu ini bunga apa, aroma bunga ini sepertinya adalah racun mematikan yang mirip dengan obat bius.”“Racun ini sudah perlahan-lahan menggerogoti tubuh Tuan Abista. Berhubung ada 3 pot bunga ini di sini, kekuatan racunnya juga meningkat jadi 3 kali lipat lebih berbahaya. Pantas saja Tuan Abista bisa tumbang secepat ini.”Setelah mendengar penjelasan Iwan, ekspresi Kahar langsung menjadi sangat suram. Entah kenapa, dia teringat pada bebek goreng yang diberikan Ayu sebelumnya.Tidak, tidak mungkin. Itu mustahil! Sebelumnya, Ayu sudah menjelaskan bahwa dia meracuni Kahar karena merasa marah dan takut. Abista tidak membongkar identitas Ayu, jadi dia tidak mungkin menyinggung Ayu. Apa alasan Ayu meracuni Abista?Tunggu, Kahar tiba-tiba teringat sesuatu, lalu menoleh ke arah Anton. “Tadi, kamu
Selain karena tidak mampu meyakinkan Kahar, Abista juga sudah tidak memiliki tenaga untuk menasihatinya lagi. Baru saja Abista ingin melambaikan tangannya, pandangannya tiba-tiba gelap dan dia pingsan lagi.“Kak Abista!”Ini adalah pertama kalinya Kahar melihat Abista tiba-tiba pingsan. Dia pun langsung tercengang. Setelah membalik tubuh Abista dan melihat wajahnya yang pucat pasi bagaikan mayat, dia makin terkejut lagi.Ada apa ini? Penyakit apa sebenarnya yang diidap Abista? Kenapa dia tiba-tiba menjadi selemah ini?Setelah tabib datang dan memeriksa Abista, dia pun menggeleng dengan kening berkerut, lalu berkata pada Kahar, “Sebaiknya kalian persiapkan pemakamannya secepat mungkin.”“Apa katamu?”Kahar langsung tercengang. “Pemakaman apanya? Dasar bajingan tua! Kakakku cuma sakit! Kamu bukannya memeriksanya dengan baik, malah berani mengutuknya!”Tabib tua itu buru-buru menjawab, “Bukannya aku nggak mau menolong, tapi Tuan Abista sudah sekarat. Aku nggak mampu menyembuhkannya. Kalau