Share

Bab 517

Penulis: Emilia Sebastian
“Ayah, ayo kita pulang! Aku nggak mau tinggal berlama-lama di tempat menakutkan ini lagi!”

Ayu buru-buru berlari kecil ke luar. Awalnya, dia mengira akan ada kereta kuda yang sedang menunggu mereka. Namun, tidak ada seorang pun di luar.

“Dasar! Memangnya Kak Abista dan yang lain nggak tahu kita dilepaskan hari ini? Kenapa mereka nggak datang jemput kita!” keluh Ayu dengan kesal begitu melihat tidak ada kereta kuda yang menunggu mereka.

Damar melirik Ayu, lalu berkata dengan tenang, “Kahar dikurung di kamar, Ranjana mau sembuhkan kakinya, sedangkan Abista sedang sakit belakangan ini. Bagaimana mereka mau jemput kita?”

Setelah mendengar ucapan itu, Ayu baru tersadar dan menjawab dengan malu, “Aku ... aku lupa.”

Saat berbicara, ada sedikit rasa bersalah yang melintasi wajah Ayu. Dia baru teringat tentang 2 pot bunga yang diberikannya kepada Abista. Jika dihitung-hitung, racun itu seharusnya memang akan segera bekerja.

Setelah pulang, Ayu bisa menggunakan obat penawar setengah jadi yang di
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 520

    “Syut!” Sebuah belati tajam menggores leher sosok hitam itu. Sosok itu bereaksi sangat cepat. Setelah menyadari bahwa masih ada orang lain dalam kamar selain orang yang berbaring di atas ranjang, dia langsung menghindar dengan penuh waspada dan berbalik untuk menyerang balik.Kedua orang itu pun mulai bertarung di dalam kamar Abista. Namun, keduanya sepertinya tidak ingin menarik perhatian orang di luar. Jadi, mereka sengaja mengendalikan gerakan dan suara mereka.Setelah bertarung beberapa saat, Kahar menyadari bahwa keterampilan bela diri sosok hitam itu lebih baik darinya. Selain itu, jurus orang itu juga tidak pernah dijumpainya. Orang ini bukanlah pengawal rahasia wanita di sisi Syakia.Setelah menepis kecurigaannya terhadap Syakia, Kahar menekan lawannya itu dengan belati dan bertanya, “Siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu mau meracuni putra sulung Adipati Pelindung Kerajaan?”Sosok hitam itu tentu saja tidak mungkin menjawab pertanyaan Kahar. Dia tiba-tiba menendang Kahar, lalu b

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 519

    Malam itu, Ayu tidak bisa tidur. Bukan karena dia benar-benar tidak bisa tidur, melainkan karena ada yang sedang direncanakannya. Dia ingin menunggu sampai larut malam sebelum pergi ke tempat Abista. Oleh karena itu, dia tidak tidur.Setelah lilin di kamarnya hampir padam, Ayu baru diam-diam bangkit dan mengganti pakaiannya. Dia melewati Ratih yang berjaga malam, lalu membuka pintu dan berjalan keluar.“Kamu mau ke mana?”Tepat pada saat Ayu hampir berjalan keluar dari gerbang tempat tinggalnya secara diam-diam, tiba-tiba terdengar suara dari belakangnya.Ayu pun terkejut setengah mati dan menoleh. “Rupanya kamu. Aku benar-benar terkejut.”Orang yang muncul di belakang Ayu adalah pria pemilik serangga sihir yang datang mencarinya beberapa saat yang lalu. Namanya sepertinya adalah Yamir Kusnadi.Yamir mengatakan bahwa dirinya adalah komplotan Citra. Namun, dinilai dari tampang arogannya, latar belakangnya seharusnya tidaklah sederhana. Terutama karena dia berani menggunakan serangga sih

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 518

    Jadi, setelah mengetahui Abista sudah hampir meninggal, Ayu benar-benar terkejut. Dia tidak menyangka hanya dalam waktu beberapa hari dia tidak pulang, keadaan Abista sudah separah ini.Namun, Kahar tidak tahu bahwa inilah yang membuat Ayu terkejut. Dia salah paham dan mengira Ayu tidak mengetahui apa-apa.Namun, 2 dari 3 pot bunga itu malah adalah pemberian Ayu. Entah dari mana Ayu mendapatkannya. Mungkin saja Ayu juga diperalat orang. Jadi, untuk mencegah Damar salah paham, Kahar berniat untuk menyelidiki masalah ini sampai jelas dulu sebelum memberitahunya.Setelah berpikir begitu, Kahar menjawab, “Tabib-tabib gadungan di luar sana sama sekali nggak tahu kondisi asli Kak Abista. Setelahnya, aku minta Tabib Iwan kemari dan baru tahu bahwa Kak Abista sudah keracunan.”“Keracunan lagi?”Begitu mendengar kata “keracunan”, Damar langsung merasa gusar. Hanya dalam setengah tahun ini, hampir semua putranya sudah keracunan. Jika hal ini berlanjut, mungkin saja suatu hari nanti, benar-benar

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 517

    “Ayah, ayo kita pulang! Aku nggak mau tinggal berlama-lama di tempat menakutkan ini lagi!”Ayu buru-buru berlari kecil ke luar. Awalnya, dia mengira akan ada kereta kuda yang sedang menunggu mereka. Namun, tidak ada seorang pun di luar.“Dasar! Memangnya Kak Abista dan yang lain nggak tahu kita dilepaskan hari ini? Kenapa mereka nggak datang jemput kita!” keluh Ayu dengan kesal begitu melihat tidak ada kereta kuda yang menunggu mereka.Damar melirik Ayu, lalu berkata dengan tenang, “Kahar dikurung di kamar, Ranjana mau sembuhkan kakinya, sedangkan Abista sedang sakit belakangan ini. Bagaimana mereka mau jemput kita?”Setelah mendengar ucapan itu, Ayu baru tersadar dan menjawab dengan malu, “Aku ... aku lupa.”Saat berbicara, ada sedikit rasa bersalah yang melintasi wajah Ayu. Dia baru teringat tentang 2 pot bunga yang diberikannya kepada Abista. Jika dihitung-hitung, racun itu seharusnya memang akan segera bekerja.Setelah pulang, Ayu bisa menggunakan obat penawar setengah jadi yang di

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 516

    “Apa katamu? Masuk ke istana?”Begitu mendengar kabar ini, Syakia langsung terkejut. “Kamu mau jadi selir Yang Mulia Kaisar?”Cempaka menjawab sambil tersenyum, “Dasar kamu ini! Jangan meremehkanku! Aku masuk ke istana bukan untuk jadi selir, melainkan permaisuri.”“Nggak lama lagi, aku akan masuk ke istana untuk jadi permaisuri. Waktu kamu melihatku nanti, kamu harus beri hormat padaku dengan patuh, lho! Kalau caramu beri hormat jelek, aku akan hukum kamu untuk menghangatkan ranjangku!” ujar Cempaka sambil tersenyum usil.Syakia langsung menjulingkan matanya. “Ngomong yang serius. Jangan begitu usil!”“Yang aku ngomong memang serius.” Cempaka memeluk Syakia yang dibungkus selimut dan melanjutkan, “Setelah Keluarga Sumarno dipindahkan, berdasarkan waktu jabatan, kami butuh sebuah kesempatan untuk kembali lebih cepat ke ibu kota. Kalau nggak, kami paling nggak harus tunggu sekitar 10-20 tahun lagi.”“Setelah ayahku menjabat dan meraih prestasi yang cukup besar, keluarga kami baru mungki

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 515

    “Rasakan jurus gelitikku!”“Hahaha! Iya, iya, aku salah. Putri Suci, ampunilah aku! Kelak, aku nggak akan berani lagi! Hahaha ....”Cempaka tidak takut pada apa pun, tetapi malah takut pada gelitikan Syakia. Kedua orang itu pun tertawa lagi. Suara tawa yang riang menggema di seluruh area tempat tinggal.Hala yang berada di atap melirik ke bawah dengan penasaran, lalu segera memalingkan wajah lagi. Sudahlah, dia tidak sanggup menyaksikannya.Kedua orang di dalam kamar mulai mengobrol lagi. Sebelumnya, Cempaka hanya mendengar rumor. Sekarang, dia sudah bertemu dengan Syakia. Dia tentu saja harus mendengar Syakia menceritakan semuanya secara langsung. Dia ingin tahu seberapa banyak perlakuan tidak adil yang diterima Syakia yang tidak diketahuinya selama setengah tahun ini.Berhubung tidak dapat membujuk Cempaka yang keras kepala, Syakia hanya bisa menceritakan semua yang terjadi selama setengah tahun ini kepada Cempaka. Dimulai pada detik Ayu dibawa ke Kediaman Keluarga Angkola oleh Dama

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status