Share

Bab 546

Penulis: Emilia Sebastian
Memangnya kenapa meskipun Adika mendukung Syakia? Kahar tidak percaya hanya seorang Pangeran Pemangku Kaisar dapat memaksanya membatalkan pernikahan!

Setelah mendengar ucapan Kahar, Damar pun meliriknya dengan dingin dan berujar, “Sebaiknya kamu pikirkan dulu bagaimana cara menyelamatkan kakakmu. Kalau kakakmu meninggal, kamu juga nggak perlu pikirkan pernikahanmu lagi. Aku nggak punya putra yang nggak punya hati nurani sepertimu!”

Ekspresi Kahar langsung menjadi suram. Dia tahu putra kesayangan ayahnya bukanlah dirinya, melainkan Abista yang dibimbing dengan sepenuh hati. Namun, dia tidak menyangka ayahnya begitu kejam. Meskipun masalahnya sudah mencapai tahap ini, ayahnya masih mengancamnya dengan menggunakan perjanjian nikah itu.

Kahar tidak lagi berbicara.

Namun, pada saat ini, kepala pelayan malah berujar dengan ekspresi masam, “Adipati, Tuan Kahar, yang memimpin Pasukan Bendera Hitam kali ini bukan Pangeran Adika.”

Setelah mendengar ucapan itu, Damar menoleh lagi ke arah kepala p
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 548

    “Kamu ....”Begitu mendengar ucapan Syakia, ekspresi Ayu langsung menjadi suram. Dia menekan amarahnya dan berkata, “Putri Suci kan bukan anggota Pasukan Bendera Hitam, sepertinya nggak cocok juga kalau kamu yang menggeledah?”Ayu memaksakan seulas senyum dan melanjutkan, “Apalagi, semua orang tahu tentang dendam di antara Kak Syakia dan Ayu. Bagaimana kalau ....”Ayu tidak menyelesaikan kalimat terakhirnya, tetapi orang yang seharusnya mengerti pun mengerti maksudnya. Bagaimana jika Syakia masuk dan melakukan sesuatu untuk mencelakainya?Syakia menoleh ke arah Ayu. Wajahnya yang mulus dan cantik dihiasi senyum tipis. “Aku nggak begitu licik dan nggak tahu malu sepertimu.”Makian itu langsung membuat ekspresi Ayu berubah drastis. Namun, pada detik berikutnya, Syakia lanjut berkata, “Tapi, hal ini memang nggak boleh diabaikan. Berhubung Nona Ayu begitu khawatir, aku akan menggeledah dengan berdiri di depan pintu.”Menggeledah dengan berdiri di depan pintu? Bagaimana Syakia mau menggele

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 547

    “Sembarangan!”Ada kilatan bahaya yang melintasi tatapan tajam Damar. Dia menatap kereta kuda yang dinaiki Syakia. Melalui celah dari tirai kereta kuda, dia langsung menyalahkan Syakia.“Syakia, kamu tahu apa yang lagi kamu lakukan? Ini adalah tindakan menjebak pejabat istana dan merupakan kejahatan serius! Kalau kamu nggak bisa keluarkan buktinya, meski kamu itu mantan putriku, aku juga nggak akan ampuni kamu!”“Untuk apa Adipati buru-buru menggertakku seperti itu?”Saat berbicara, Syakia membuka tirai kereta kuda, lalu berjalan keluar dengan perlahan.Eira melangkah maju dengan gesit, lalu memapah Syakia turun dari kereta kuda dengan perlahan layaknya para dayang putri keluarga bangsawan.Setelah turun dari kereta kuda, Syakia memandang Damar yang berdiri di seberang Pasukan Bendera Hitam dan tersenyum tipis. “Kalau nggak punya bukti, mana mungkin Putri Suci ini berani memimpin pasukan untuk mengepung kediaman Adipati?”Bertindak menggunakan plat pribadi Adika berbeda dengan bertinda

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 546

    Memangnya kenapa meskipun Adika mendukung Syakia? Kahar tidak percaya hanya seorang Pangeran Pemangku Kaisar dapat memaksanya membatalkan pernikahan!Setelah mendengar ucapan Kahar, Damar pun meliriknya dengan dingin dan berujar, “Sebaiknya kamu pikirkan dulu bagaimana cara menyelamatkan kakakmu. Kalau kakakmu meninggal, kamu juga nggak perlu pikirkan pernikahanmu lagi. Aku nggak punya putra yang nggak punya hati nurani sepertimu!”Ekspresi Kahar langsung menjadi suram. Dia tahu putra kesayangan ayahnya bukanlah dirinya, melainkan Abista yang dibimbing dengan sepenuh hati. Namun, dia tidak menyangka ayahnya begitu kejam. Meskipun masalahnya sudah mencapai tahap ini, ayahnya masih mengancamnya dengan menggunakan perjanjian nikah itu.Kahar tidak lagi berbicara.Namun, pada saat ini, kepala pelayan malah berujar dengan ekspresi masam, “Adipati, Tuan Kahar, yang memimpin Pasukan Bendera Hitam kali ini bukan Pangeran Adika.”Setelah mendengar ucapan itu, Damar menoleh lagi ke arah kepala p

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 545

    “Eira, kemari. Biar aku periksa wajahmu.”Setelah mengusir Damar dan Kahar, Syakia buru-buru menarik Eira mendekatinya.“Nggak apa-apa. Tamparan itu nggak kena wajahku. Tadi, aku berhasil menghindar sedikit. Jadi, cuma kena kepalaku.”Meskipun begitu, tamparan Kahar tadi benar-benar kuat. Kepala Eira sampai berdengung beberapa saat sebelum kembali normal.“Jangan khawatir. Aku pasti akan membuatnya merasakan balasan yang setimpal,” ujar Syakia dengan ekspresi suram dan nada yang sangat marah.Eira segera menyahut, “Jangan, jangan. Putri Suci, nggak perlu kok. Tadi, kamu sudah bantu aku menamparnya. Masalah ini nggak perlu diperpanjang lagi.”Eira sama sekali tidak memiliki kenalan di ibu kota. Namun, setelah mengikuti Syakia selama ini, hal yang diketahuinya pun makin banyak. Dinilai dari percakapan Syakia dengan ayah dan anak tadi, dia tentu saja bisa langsung menebak identitas mereka. Yang satu adalah mantan ayah Syakia, sedangkan yang satu lagi adalah mantan kakaknya. Hubungan mere

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 544

    Kahar menggigit bibirnya dengan kuat, juga sepertinya tidak menyadari bahwa bibirnya telah berdarah. Dia membiarkan darah itu mengalir dari sudut bibirnya secara perlahan.“Di mana Cempaka?” tanya Kahar dengan tiba-tiba. “Aku mau menemuinya.”“Dia nggak ingin menemuimu,” jawab Syakia dengan acuh tak acuh.“Sudah kubilang aku mau menemuinya!” seru Kahar dengan tiba-tiba. kemudian, dia langsung menepis tangan Eira.Eira yang tangannya ditepuk pun merasa kesakitan dan terkejut. Ketika tersadar kembali dan mengulurkan tangannya lagi, dia hanya berhasil menangkap surat pembatalan pernikahan itu. Sementara itu, giok itu jatuh ke lantai dan menimbulkan suara retak yang nyaring. Giok itu seketika terbelah dua.Begitu mendengar suara itu, Kahar yang masih murka tiba-tiba menunduk dan langsung panik. Dia buru-buru memungut giok itu dan menatap bekas retakannya dengan amarah yang tidak tertahankan lagi. Dalam sekejap, dia pun meluapkan amarahnya pada Eira.“Siapa yang suruh kamu membanting barang

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 543

    Kahar menatap Damar dengan tidak percaya. “Ayah, apa maksud ucapanmu itu?”Damar terdiam sejenak dan menjawab, “Kamu seharusnya mengerti, Kahar.”“Aku nggak ngerti!” seru Kahar. Dia menatap ayahnya lekat-lekat.Damar menghela napas lagi. “Itu cuma perjanjian nikah. Ayah tahu kamu nggak rela. Tapi, waktu yang dimiliki kakakmu nggak banyak lagi. Kalau kita nggak bawa pulang obat herbalnya, dia akan segera tewas. Kahar, memangnya kamu mau biarkan kakakmu mati dengan begitu saja?”Setelah mendengar ucapan itu, Kahar bertanya dengan suara yang agak gemetar, “Jadi, Ayah mau korbankan pernikahanku demi menolong Kak Abista? Kita jelas-jelas masih punya cara lain, kenapa Ayah bersikeras mau memohon pada Syakia?”“Cara lain apa?” Ekspresi Damar pun mendingin. Dia berujar dengan nada yang sangat buruk, “Baik itu teratai salju, jamur ganoderma 100 tahun, ataupun safron yang nggak pernah kita dengar itu, kamu merasa obat herbal apa yang mudah ditemukan?”“Kalau keadaan kakakmu masih bisa diulur sam

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status