Share

Bab 58

Author: Emilia Sebastian
Syakia sontak merasa panik. Masih ada banyak doa yang belum dihafalnya. Dia tidak mungkin dapat menghafal semuanya dalam waktu 9 hari.

“Nggak bisa! Aku harus kembali sekarang juga.”

Syakia harus kembali ke Kuil Bulani. Begitu memikirkan ada begitu banyak doa yang masih harus dihafalnya, mana mungkin dia masih sempat peduli pada anggota Keluarga Angkola?

“Pangeran Adika, boleh tolong suruh orang siapkan kereta kuda untuk antarkan aku ke Kuil Bulani nggak?” Syakia yang tidak dapat melihat apa-apa bangkit untuk duduk dengan hati-hati dan meraba-raba ke samping. Alhasil, dia tidak sengaja menyentuh sebuah lengan yang kekar.

Syakia tidaklah bodoh. Dia dapat merasakan kehangatan sesuatu yang terpegangnya itu bahkan melalui kain yang membungkusnya. Apa lagi itu jika bukan tubuh manusia?

Selain itu, tidak ada orang ketiga yang berbicara di dalam kamar ini. Selain diri Syakia, hanya ada Adika. Jadi, setelah menyadari bahwa dirinya tidak sengaja menyentuh tubuh Adika, dia buru-buru menarik kemb
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 466

    “Sembarangan! Mana mungkin putraku melakukan hal seperti itu! Dia ....”Ike langsung membela putranya secara refleks. Akhirnya, Syakia malah langsung menyela.“Benar, dia nggak mungkin melakukannya. Dia paling-paling cuma bisa melakukan hal-hal seperti mencuri dan menuduh orang. Contohnya, dia curi krim pelembap Yui milikmu, lalu menuduhku. Benar, ‘kan?”Syakia tersenyum sinis dan tatapannya penuh ejekan.Dalam sekejap, wajah Ike pun memerah karena marah.“Apanya yang mencuri! Itu krim pelembap Yui milikku. Putra yang mengambil barang ibunya mana termasuk mencuri?”“Emm, benar. Dia cuma mengambilnya untuk diberikan ke orang lain. Itu memang nggak ada hubungannya denganku. Jadi, yang penting Nyonya Ike gembira.”Mana mungkin Ike gembira! Dia sudah marah sampai wajahnya juga menjadi sangat muram. Hanya Tuhan yang tahu seberapa sakit hatinya ketika mengetahui bahwa putranya diam-diam mengambil krim pelembap Yui miliknya untuk menyenangkan Ayu.Dari 3 botol krim pelembap Yui itu, putranya

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 465

    “Baik, Guru.”Tidak lama kemudian, Syakia pun meninggalkan Kuil Bulani lagi. Eira tentu saja mengikuti Syakia tanpa ragu. Kedua orang itu naik ke kereta kuda baru yang diganti oleh Adika sebelumnya. Kereta kuda ini tentu saja lebih dari cukup untuk menampung mereka berdua.Kereta kuda melaju cepat menuruni gunung. Ketika melewati rumah gubuk seseorang, Syakia secara tidak sadar meliriknya, tetapi tidak menemukan orang tersebut. Setelah menyadari apa yang dilakukannya, Syakia segera mengalihkan pandangannya dengan kening berkerut.“Eira, percepat lajunya. Hari ini, kita harus pulang secepat mungkin.”“Baik. Putri Suci duduk yang baik, ya.”Kereta kuda Syakia pun dengan cepat meninggalkan tempat ini. Seiring dengan berlalunya waktu, suasana hati Syakia yang agak kacau juga berangsur-angsur tenang.Tiga jam kemudian, kereta kuda Syakia sudah tiba di ibu kota. Syakia segera melaju ke Kediaman Keluarga Darsuki dan mengetuk pintu. Kemudian, terlihat sebuah sosok berjalan keluar dari dalam.

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 464

    Shanti sudah hidup selama ini di ibu kota, tetapi tidak ada yang tahu identitas aslinya. Itu berarti dia tidak ingin orang lain mengetahuinya. Jadi, Syakia tidak boleh membongkar identitas gurunya.Namun, Deska malah bersikeras mengatakan bahwa dirinya tidak salah lihat. “Aku yakin ada kata hantu! Tadi, aku sudah melihatnya!”Dulu, Deska hanya pernah melihat seseorang menggunakan sarung jarum akupunktur seperti ini. Orang itu tidak lain adalah Raja Racun Tabib Hantu.Dalam menghadapi tatapan tajam Deska, Syakia hanya bisa bersandiwara. “Benar-benar nggak ada. Kamu salah lihat. Kalau nggak percaya, aku akan memperlihatkannya padamu.”Kemudian, Syakia memiringkan tubuhnya sedikit untuk menghalangi pandangan Deska. Setelah mengulurkan tangan untuk membuka kotak obat, dia buru-buru mengeluarkan satu set jarum akupunktur yang dipakainya dulu dari ruang giok, lalu menyimpan sarung jarum akupunktur bertulisan hantu itu.Selanjutnya, Syakia berpura-pura mengeluarkan 2 set jarum akupunktur itu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 463

    “Apa rencana Nona sekarang? Apa aku perlu pergi beli beberapa ladang obat lagi?” tanya Yanto.Setelah mendengar kabar ini, Yanto juga buru-buru mengikuti Deska datang ke Kuil Bulani. Dia ingin tahu apa rencana Syakia selanjutnya.Syakia menggeleng. “Nggak, jangan beli lagi. Kalau mereka mau beli, biarkan saja mereka membelinya. Dalam hal ini, kita nggak akan bisa mengalahkan mereka.”Begitu mendengar jawaban Syakia, Yanto merasa agak terhibur. Syakia memang pintar.Namun, Deska malah tidak mengerti. “Hmm? Kenapa? Kalau mereka dibiarkan untuk membeli semuanya, gimana dengan kalian?”Yanto menggantikan Syakia menjelaskan hal ini. Dia menjawab sambil tersenyum, “Ladang-ladang di sekitar ibu kota nggak sesederhana yang terlihat di permukaan. Di baliknya, ada kekuatan besar yang saling terkait. Kerumitannya bisa menyaingi intrik di dalam istana.”“Di balik setiap perkebunan, mungkin ada dukungan seorang pejabat tinggi. Kebanyakan dari mereka adalah pejabat sipil. Sedangkan orang yang paling

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 462

    Panji juga berkata dengan ekspresi mengejek, “Memangnya kenapa kalau kita punya janji pernikahan? Putri Adipati Pelindung Kerajaan bukan cuma kamu seorang. Meski punya janji pernikahan, selama aku nggak mau menikahimu, nggak ada yang bisa paksa aku untuk melakukannya!”Setelah itu, Syakia pun pergi dengan perasaan sedih.Begitu mengingat kembali kejadian itu, Syakia merasa sepertinya Abdi dan orang lainnya juga ada di tempat ketika dia pergi mencari Panji. Mereka juga sudah menyaksikan hal ini. Pantas saja ketika dia pergi ke Gunung Selatan untuk mencari Shanti, kelompok Abdi begitu yakin bahwa dia melakukannya demi Panji.Syakia pun menghela napas. Waktu itu, dia masih muda, bodoh, dan tidak memahami cinta. Sekarang, dia juga masih tidak paham. Namun, dia sudah bisa melihat segala sesuatu dengan lebih jelas daripada dulu.Untungnya, pada upacara kedewasaan hari itu, Panji membatalkan janji pernikahan mereka di depan umum. Sementara itu, Syakia juga menyetujuinya di depan umum. Jadi, m

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 461

    Berhubung waktu sudah cukup larut, Syakia pun bangkit dan pamit.Adika segera mengikutinya berdiri. “Aku akan mengantarmu.”Syakia mengira Adika hanya akan mengantarnya ke depan pintu. Tak disangka, begitu tiba di luar, dia baru menyadari bahwa kereta kuda kecilnya sudah hilang dan digantikan dengan sebuah kereta kuda besar yang mewah, tetapi tidak mencolok.“Tadi, bawahanku bilang roda kereta kuda kecilmu rusak.”“Hah? Rodanya rusak?”Syakia merasa bingung. Kenapa dia merasa semuanya baik-baik saja selama perjalanan datang?Adika menjawab dengan tenang, “Iya. Aku sudah suruh orang perbaiki, tapi tetap nggak berhasil. Jadi, aku langsung menukarnya dengan kereta kuda baru.”“Baiklah.”Syakia juga tidak curiga. Dia berpikir bahwa mungkin saja Taraka tidak sengaja merusak kereta kudanya ketika merebutnya tadi.Setelah naik ke kereta kuda, Syakia melambaikan tangannya pada Adika. “Pangeran nggak usah antar aku lagi. Masuklah. Kami sudah harus pergi juga.”“Oke. Aku akan pergi mencarimu bes

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status