Share

Bab 59

Penulis: Emilia Sebastian
Sayangnya, sebelum Adika sempat melakukan apa-apa, Shanti tiba-tiba berjalan masuk dari luar dengan membawa setumpuk buku sutra. Saat mendengar tangisan Syakia, dia buru-buru berjalan ke sisi tempat tidur.

“Ada apa? Mana yang sakit?”

Shanti buru-buru meletakkan buku sutra yang dibawanya, lalu mendorong Adika dan langsung memeluk Syakia. Dia menggunakan tangannya yang agak kasar untuk menyeka air mata dari pipi Syakia dan berkata, “Nggak apa-apa. Guru sudah memeriksamu. Luka di dahimu nggak akan meninggalkan bekas, luka di tubuh dan matamu juga akan pulih. Semuanya akan kembali seperti semula.”

Setelah merasakan tangan yang menyentuhnya dengan hati-hati itu, Syakia secara refleks menempelkan wajahnya ke dada Shanti. Dia teringat bahwa ketika ibunya masih hidup, ibunya juga selalu memeluknya dan menghiburnya setiap kali dia menangis.

Adika menyaksikan adegan ini untuk sesaat sebelum akhirnya berkata, “Master Shanti, Sahana takut menunda waktu upacara doa karena nggak bisa hafal semua doa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 617

    "Jadi, kamu sama sekali nggak perlu khawatir. Waktu nggak ada apa-apa, dia akan sembunyi. Kamu cuma perlu anggap nggak ada apa pun di tubuhmu.""Oke, aku mengerti!"Syakia sudah melengkapi Cempaka dari luar dan dalam. Namun, dia masih agak khawatir. Jadi, sebelum Cempaka tidur, dia menuangkan secangkir air spiritual untuknya."Ini sejenis obat yang khusus kusiapkan untuk memulihkan tubuh. Karena bahan obatnya sangat langka dan jumlahnya nggak banyak, kamu harus menghabiskannya.""Obat?" Cempaka mengambil cangkir itu dan melihat air jernih di dalamnya. Dia bertanya dengan agak bingung, "Kamu yakin ini bukan sekadar air, tapi obat?""Tentu saja, cepat minum. Habis minum, kamu tidur saja. Kamu akan rasakan manfaatnya waktu kamu bangun besok pagi."Setelah mendengar apa yang dikatakan Syakia, Cempaka pun meneguk beberapa teguk air spiritual. "Hmm ... rasanya lumayan menyegarkan."Setelah menghabiskannya, Cempaka merasa itu benar-benar bukan air biasa. Sebab, tubuhnya langsung terasa segar

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 616

    "Apa?"Secepat itu? Syakia pun terkejut.Cempaka mengangkat bahunya. "Ibu Suri merasa sudah hampir waktunya.""Gimana denganmu?" tanya Syakia sambil menatap Cempaka dengan cemas.Cempaka tersenyum acuh tak acuh dan menjawab, "Aku bisa melakukannya kapan saja."Lagi pula, dia sudah melakukan persiapan mental. Hanya saja, semuanya berlangsung sedikit lebih awal dari yang diperkirakan.Syakia menatap Cempaka yang berpura-pura santai dan tidak berbicara untuk waktu yang lama. Setelah beberapa saat, dia baru berujar dengan pelan, "Jadi, para pembunuh itu tahu berita tentang kamu yang akan diangkat jadi permaisuri, makanya mereka mau membunuhmu duluan?"Hanya Tuhan yang tahu berapa banyak orang di istana yang terus mengawasi siapa yang akan diangkat sebagai permaisuri sejak sang Kaisar Muda naik takhta.Sebelumnya, ada Janda Permaisuri yang menunda masalah ini dengan alasan Kaisar masih muda. Namun, sekarang Kaisar sudah dewasa dan masalah pemilihan permaisuri tidak bisa ditunda lagi.Hanya

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 615

    Setelah itu, situasinya berubah menjadi sangat berat sebelah. Cempaka dengan terkejut menyaksikan belasan pria bertopeng yang mengepungnya tewas di tangan sosok cantik itu hanya dalam sekejap."Nona Cempaka, majikanku memintaku untuk datang menjemputmu."Pada saat ini, Cempaka akhirnya mengenali sosok itu. Matanya pun seketika berbinar. "Hala? Ternyata itu kamu!"Hala yang telah membunuh semua orang melangkah maju untuk memapah Cempaka berdiri. "Nona Cempaka, kamu masih bisa jalan?""Masih bisa kalau dipaksakan." Cempaka tersenyum, lalu tiba-tiba teringat sesuatu .... Oh iya, Laras!Cempaka menoleh dan melihat bahwa tempat Laras berdiri tadi sudah kosong.Hala berkata, "Begitu aku beraksi, orang itu sudah langsung kabur."Ada sedikit keraguan dan kebingungan dalam nada suara Hala. Berhubung tadi Laras mengenakan topi jerami petai, Hala yang tidak mengenalinya merasa agak heran. Dia tidak tahu entah apakah pihak lain mengenalnya atau apa, intinya orang itu langsung lari tanpa ragu."Oh,

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 614

    "Kamu?" Cempaka menatapnya dengan tidak percaya dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan?"Laras tersenyum dan menjawab, "Kamu nggak tahu? Kukira, Nona Cempaka tahu segalanya. Gimanapun, aku yang atur perjalanan Kia ke Kalika untuk berdoa memohon hujan setelah dia menjadi putri suci. Hal itu yang membuatnya terkenal."Cempaka langsung berseru marah, "Ternyata memang kamu dalangnya! Laras, kenapa kamu bisa begitu nggak tahu malu dan bahkan berani ngaku itu ulahmu? Kamu nggak tahu kamu hampir membunuh Kia!"Sebelumnya, Syakia pernah menyinggung tentang insiden percobaan pembunuhan di Kalika kepada Cempaka, tetapi hanya sepintas. Pada saat itu, Cempaka sudah menyadari kejanggalannya. Setelah melakukan penyelidikan, Cempaka mengetahui bahwa Syakia menghadapi beberapa percobaan pembunuhan dalam perjalanan ke Kalika. Jika bukan karena perlindungan Adika di sepanjang perjalanan, Syakia mungkin tidak akan pernah kembali lagi, apalagi terkenal!"Kamu ngerti apa? Untuk dapat kehormatan dan kejayaan

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 613

    Namun, keraguan ini langsung sirna ketika Cempaka melihat Laras.Cempaka bangkit sambil menggertakkan gigi, lalu menatap Laras dengan dingin. "Kenapa? Karena tahu aku sudah kembali ke ibu kota, kamu nggak bisa diam lagi? Tapi, aku nggak nyangka kamu benar-benar mau aku mati. Sepertinya, kamu benar-benar membenciku." Sejak dulu, Cempaka tahu bahwa Laras selalu menyimpan permusuhan dan kebencian yang tak terjelaskan terhadapnya. Dia pikir itu karena dirinya pergi ke kediaman Keluarga Panjalu untuk memaki Laras dengan kasar, juga membuat semua orang di ibu kota tahu bahwa Laras tidak tahu berterima kasih dan mengkhianati temannya sehingga hidup Laras terpuruk lagi. Namun, itu sepertinya juga tidak masuk akal. Sebab, kebencian Laras memang dimulai setelah insiden itu, tetapi permusuhan Laras sudah ada sejak mereka pertama kali bertemu. Sampai sekarang, Cempaka masih belum bisa memahaminya. Namun, dia samar-samar mengerti bahwa itu pasti karena Syakia. "Cempaka, kenapa kamu kembali ke ib

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 612

    Kait besi itu menembus jendela kereta kuda dan mengait erat pada badan kereta. Ketika melihat keadaan ini, Cempaka pun terbelalak. "Gawat!"Pada saat yang bersamaan dengan miringnya kereta kuda, Cempaka melompat keluar."Nona, hati-hati!"Begitu Cempaka mendarat di lantai, dua pria bertopeng langsung menyerbu ke arahnya. Untungnya, Cempaka bereaksi cepat dan segera mengayunkan cambuknya tanpa ampun."Plak!" Suara cambuk yang nyaring ini segera memicu pertarungan.Memang ada 30 pria bertopeng yang mengikuti mereka. Mereka mengepung Cempaka dan para pengawalnya di hutan, lalu langsung mulai membantai orang tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Apalagi terhadap Cempaka, ada beberapa orang yang mengepung dan menyerangnya sekaligus. Jika para pengawal yang dibawanya bukan yang terbaik di antara yang terbaik, dan dia juga bisa melawan 3 orang sekaligus dengan kemampuannya sekarang, takutnya mereka sudah mati begitu pertarungan dimulai.Meskipun begitu, kelompok Cempaka juga tidak dapat bertah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status